Rabu, 31 Oktober 2012

Beetwen ...

Tentang cinta dan persahabatan ... Jujur dulu kalau gue suruh milih antara cinta dan persahabatan gue bakalan milih sahabat. But now kalau seandainya loe udah dapetin cinta tapi tiba tiba sahabat loe pergi karna dia ngerasa loe berubah . Apa yang bakalan loe lakuin ? Loe udah berusaha buat minta maaf tapi mereka seakan gak mendengarkan apa yang loe denger. Loe bakalan gimana ? Loe pilih sahabat atau loe pilih cinta loe yg selalu ada saat loe butuh dia... It is complicated, right ? 

Rabu, 18 April 2012

KARENA KAU BUKAN DIA 2


hai semua... i'm back... sorry ya telat banget nie lanjutannya.. banyak tugas nie soalnya... hehehehe... langsung aja deh ini lanjutan kisah sedih Ray-Acha... hehehe...

let's read... Check This Out... :D

KARENA KAU BUKAN DIA 2


*** 
“Akhirnya aku harus meninggalkanmu... maafkan aku darl... aku cinta padamu tapi aku juga tak ingin melihat mamaku menderita... maaf darl.. aku tetap mencitaimu” –R.P-

Ray sudah mengantarkan pulang Acha. Kini dia sudah tiba di depan rumahnya. Tapi ada yang aneh dengan rumahnya.
RUMAH INI DI SITA! Tidak ada satu jam Ray pergi dari rumahnya tiba-tiba di depan rumahnya terdapat plang bertuliskan seperti itu. Dilihatnya juga beberapa orang keluar masuk rumahnya membawa beberapa barang-barang yang semula berada dirumahnya.

“Jangan sita rumah saya... jangan bawa barang-barang saya.. saya mohon.. ini rumah saya...!” terdengar suara mama Ray yang berusaha melindungi barang-barangnya.

“Mama...” Ray langsung berkari menuju mamanya yang terpuruk di depan rumahnya sambil memangis.

“Ini ada apa ma?” tanya Ray bingung.

“Bisnis mama Ray... bisnis mama...” ratap mama Ray.

“Bisnis mama? Maksud mama apa?” tanya Ray belum paham.

“Papa keke benar-benar kejam.. dia benar dengan ancaman pada mama kalau mama tidak bisa membuat kamu meninggalkan Acha... dia menjebak mama. Dia memutuskan semua kontrak kerja kita dan menjadikan hutang atas suntikan dananya pada bisnis kita.” jelas mama Ray sambil terisak. Ray tersentak kaget.

“Apa?! Jadi... sialan!! Gue harus lakuin sesuatu..!” geram Ray.

“Gak Ray... kamu gak bisa lakuin apapun sekarang... yang kamu hadapi sekarang adalah papa Keke. Dia bisa lakukan apapun demi anaknya.” Kata mama Ray.

“Tapi mah? Apa papa Keke gak punya sedikitpun hati nurani...” tanya Ray tak percaya.

“Sayangnya gak Ray... sekarang kamu lihat sendiri kan ? semua milik kita sudah di rampas dan mama takut papa Keke juga akan merampas kebahagiaan oma sama opa kamu...” kata mama Ray terisak. Mendengar kata oma dan opa Ray terenyun.

“Omma.. oppa...” kata Ray lirih. Dia teringat bagaimana perngorbanan oma dan opanya untuk merawat Ray. Dia pun teringat masa-masa kecilnya yang di rawat oleh oma dan opa nya.
flashback on:: 
“Dum dum dum.. cres cres...” di sebuah rumah sederhana terlihat sosok anak kecil yang sedang asik bergaya seperti drummer dengan retetan panci seolah rangkaian drum yang lengkap.

“Ray...” tiba-tiba seoarang wanita tua mendatangi anak kecil yang berkisar umur 5 tahun.

“omaa..” Ray kecil girang melihat omanya datang. dia langsung menghentikan aksinya dan melonjak ke arah omanya dan langsung melompat ke arah pangkuan omannya.

“uh.. cucu oma paling ganteng tambah pinter main drum nya.. oma bangga banget sama Ray...” puji omannya sambil memangku Ray kecil.

“hehe.. oma bica aja...” kata Ray dengan gaya anak kecil seumurnya.

“Jelas donk.. cucu siapa dulu...” tiba-tiba seoarang lelaki tua datang dan mengambil duduk di sebelah oma Ray.
“Opa..” Ray nampak senang.

“Suatu saat nanti oma harus lihat cucu oma jadi seoarang drummer terkenal...” kata oma.

“Tapi Ray harus ingat jadilah drummer yang baik hati dan rela berkorban demi orang lain...” kata opa menambahkan.

“Satu lagi Ray... jangan lupa kamu harus terus jaga mama kamu... karena dia adalah orang tua kamu satu-satunya. dia sudah berkorban sendirian merawat kamu...” kata oma.

“kalau udah besar Ray tidak boleh egois dan memikirkan perasaan Ray sendiri... oke..” kata oppa. Ray seksama mendengarkan petuah oma dan opanya.

“Baik oma opa..” kata Ray manggut-manggut.
 flashback  off::

“Oma... Opa...” kata Ray lirih.

“Mama...” kemudian Ray menatap mamanya yang terisak.

Dia tidak tega melihat sosok mamanya menangis dan menderita seperti ini. Dia teringat pesan oma dan opanya kalau dia tidak boleh egois pada perasaannya sendiri dan dia harus selalu menjaga mamanya karena hanya mama yang Ray punya.

“Kalau ini memang yang papa Keke pingin Ray akan kasih mah...” kata Ray mantap. Mendengar itu mama Ray tak mengerti.

“Apa maksud kamu? Apa yang akan kamu lakukan?” tanya mama ray di sela tangisnya.

Ray tak menjawab dia hanya mengambil teleponnya dan langsung menghubungi papa Keke.

“Selamat sore...” sapa Ray dingin.

“Selamat sore.. dengan siapa saya bicara..” kata orang disebrang, dia adalah papa Keke.

“Saya Raynald Prasetya yang hidupnya telah anda beli paksa...” kata Ray dingin.

Papa Ray mendesah sombong.

“Jadi kamu Ray...” kata Papa Keke.

“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya papa Keke kemudian.

“Saya bersedia berada di samping anak anda tapi saya mohon kembalikan kehidupan saya, mama saya dan seluruh keluarga saya...” kata Ray.

“Ou.. ternyata kamu sudah berubah pikiran?” tanya papa Keke.

“iya..” jawab Ray dingin.

“Baik... ini semua demi Keke..” kata papa Ray dan langsung mematikan sambungan. Ray sempat kaget. Tidak sopan, pikirnya.

“Akhirnya aku harus meninggalkanmu... maafkan aku darl... aku cinta padamu tapi aku juga tak ingin melihat mamaku menderita... maaf darl.. aku tetap mencitaimu” batin Ray teriris.

“Apa yang kamu lakukan Ray?” tanya mama Ray tak percaya.

“Oma sama opa selalu bilang sama Ray kalau Ray gak boleh egois sama perasaan Ray dan Ray harus selalu jaga mama...” kata Ray sedih.

“Ta,ttapi Ray.. bagaimana dengan Acha?” tanya mama Ray.

Ray hanya menggeleng mendandakan juga tak mengerti harus bagaimana.

“Gak seharusnya kamu lakuin ini...” kata mama Ray.

“Tapi ini yang harus Ray lakukan. Demi mama...” kata Ray menatap sayang mamanya walaupun dalam hatinya seakan teriris karena harus meninggalkan Acha demi Keke.

“Ray...” mamanya semakin sedih. Dia terenyuh akan perlakuan Ray. Dia pun langsung memeluk Ray erat. Dia bangga dengan anak semata wayangnya itu.

“Iya baik pak...” salah satu petugas yang menyita barang-barang di rumah Ray sedang menerima telepon dari seseorang. Dia mengakhiri teleponya.

“SEMUANYA kembalikan barang-barang ini !” kata petugas itu. Mama Ray dan Ray kaget mendengar teriakan patugas itu. Mereka langsung melepaskan pelukan mereka.

Semua petugas mengembalika barang-barang di rumah Ray dan salah satu petugas mencabut plang bertuliskan “rumah ini di sita”

“Ray..” mama Ray menatap senang.

“Iya mah...” balas Ray dengan tatapan mencoba senang walaupun dalam hatinya benar-benar teriris.
Sekarang semuanya sudah terjadi. Ray sudah mengambil keputusan besar untuk meninggalkan Acha demi mama nya.

***

“Apa yang terjadi padamu darl?” –L.S-

Keesokan harinya.

“Aduh Ray mana sih?” Acha nampak bingung karena Ray tak kunjung menjemputnya. Dia berulang kali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

“Kamu kenapa sih sayang? Kok kayaknya bingung gitu?” tanya mama Acha yang tiba-tiba datang.

“Gimana Acha gak bingung mah.. sampek jam segini Ray belum jemput juga...” adu Acha.

“Loh? Ini kan udah mau jam set 7... udah kamu telepon belum?” tanya mama Acha.

“ini mau Acha telepon. Kata Acha yang sudah siap menelpon Ray.

Sementara itu di rumah Ray.

Ray sedang sarapan dengan mamanya tiba-tiba handphone berbunyi. Ray menengok kearah layar handphone yang dia letakan di kanan piring sarapannya.

Melihat nama yang tertera di layar itu Ray sempat kaget, namun sebisa mungkin dia bersikap acuh. Diapun membiarkan panggilannya.

“siapa Ray?” tanya mama nya.

“Acha..” jawab Ray singkat dan tanpa ekspresi.

“Maaf ya sayang...” kata mama Ray menyesal, dia merasa bersalah pada keadaan Ray sekarang.

“Ini keputusan Ray mah...” kata Ray datar. Mamanya tak bisa berkata apapun dia hanya bisa terdiam penuh sesal.

@rumah Acha

“Gimana sayang?” tanya mama Acha.

“Gak diangkat mah...” kata Acha sambil mematikan sambungan.

“Ray kenapa sih? Gak biasa-biasanya dia kayak gini...” kata Acha heran.

“Siapa tahu ada halangan atau gimana gitu..” kata mama berusaha positive thingking.

“Tapi kan mah... ini gak kayak biasa...” kata Acha.

“Yaudah lah sayang mendingan kamu sekarang berangkat sendiri dulu... nanti kalau di sekolah ketemu Ray baru minta penjelasan.” Usul mama.

“Tapi mah..” Acha ragu.

“udahlah daripada kamu terlambat juga...” kata mama. Acha berfikir sejenak.

“yaudah deh. Acha berangkat dulu ya...” pamit Acha.

“Iya.. hati-hati ya sayang..” nasehat mama. Acha hanya mengangguk dan langsung berjala pergi.

“Apa yang terjadi padamu darl?” batin Acha sambil berlalu pergi

***

“udah jalan hidup Ray... Ray harus jalani ini...” –R.P-

Ray mengakhiri sarapannya.

“Ray berangkat dulu ya mah...” Ray beranjak berdiri.

“Loh? Kunci mobil?” tanya mama Ray yang heran karena Ray tidak membawa serta kunci mobil.

“Ray naik motor...” kata Ray.

“motor?” tanya mama Ray heran. Sudah lama Ray tidak naik motor.

“sejak awal Ray kan pengendara motor. Alasan ray menjadi pengendara mobil kan karena...” tiba-tiba Ray terdiam. Dia teringat Acha.

Dia mencoba menguatkan hatinya untuk menyebut nama Acha.

“Acha...” Ray tersenyum kecut.

“Maaf Ray...” mamanya kembali merasa bersalah.

“Udahlah mah... ini udah jalan hidup Ray... Ray harus jalani ini...” kata ray mencoba kuat.

“Ray...” mamanya terenyuh.

“Yaudah ray pamit...” pamit Ray.

“Eh ray.. tunggu...” tahan mamanya.

“Kenapa?” tanya Ray.

“Sepulang sekolah kamu bisa jenguk Keke?” kata mama.

Ray mendesah.

“jadi pekerjaan Ray sudah mulai? Oke.. demi gaji yag setimpal.” Kata ray sinis dan langsung berlalu. Mama Ray hanya bisa iba dengan keadaan Ray.

***

“Astaga Ray!” –L.S-

Pagi ini Acha terpaksa berangkat sendiri karena Ray tiba-tiba tidak ada kabar. Acha merasa pagi ini adalah pagi yang menyebalkan. Ray tiba-tiba berubah tanpa sebab. Apa ini ada hubungannya dengan perubahan sikap mommy kemarin? Itu adalah pertanyaan yang kini menghinggapi perasaan Acha.

Acha berjalan dengan langkah gontai.

Tiba-tiba sebuah motor melaju kencang di sebelah Acha. Acha sempat kaget.

BRUM BRUM motor itu berlalu dengan kencang melalui Acha.

“Sia...” Acha hendak marah tapi dia kaget melihat plat nomor motor itu. B 124 YRR (asal)

“Ray...” Acha kaget. “Ray naik motor? Tapi kan dia udah...” Acha heran sekaligus bingung. Pengendara motor itu melepas helm fulfacenya dan terlihat sosok Ray.

“Astaga Ray!” Acha kaget sekaligus kecewa. Acha menatap Ray dari kejauhan. Ray menyadari keberadaan Acha. Dia berusaha membuang muka dari Acha. Acha heran karena sikap Ray.

“Ray buang muka sama gue?” Acha heran dan bingung.

Acha hendak menhampiri Ray untuk meminta penjelasan tapi tiba-tiba teman Ray datang dan mengajak Ray pergi. Acha menhentikan langkahnya. Sempat dia memergoki Ray menatapnya sinis sebelum pergi.

“tatapan Ray?” tanya Acha heran. Dia benar-benar bingung. Apa yang terjadi.

“Acha...” tiba-tiba datang salah satu teman Acha.

Acha terbangun dari lamunannya.

“Eh? Dea? Kenapa?” tanya Acha.

“Loe di cari sama pak Frans...” kata Dea.

“Pak Frans? Pagi-pagi gini?” tanya Acha heran. “ngapain?” tanya Acha kemudian.

“Gak tahu deh...” kata Dea.

“Ou.. yaudah deh. Makasih ya..” kata Acha. Dea pun langsung pergi. Sejenak Acha melupakan pikirannnya tentang sikap ray yang berubah. Dia berjalan menuju ruang Pak Frans yang notabene adalah wakasek di sekolah itu.

*** 
“Terus darl.. kalau ini memang cukup buat kamu tenang aku rela kamu tampar ribuan kali. Maafin aku darl...” –R.P-

TOK TOK TOK...

Acha mengetuk pintu ruang bertuliskan “Ruang Wakil Kepala Sekolah”

“Silahkan masuk...” kata orang dari dalam. Acha langsung membuka pintu dan masuk ke dalam. Dilihatnya pak Frans sang kepala sekolah dan seaorang murid lain, Acha belum menyadari sosok murid baru itu.

“Ada apa ya pak Frans?” tanya Acha sambil berjalan mendekat. Murid lain itu tertegun ketika mendengar suara Acha.

“Acha...” kata murid itu lirih sambil melirik kearah kanan persis saat Acha berada di sebelah kanannya.

“Ray?” Acha kaget melihat Ray. Ray berusaha sebiasa mungkin melihat sosok Acha. Ray langsung buang muka dan bersikap sinis pada Acha. Acha tersentak kaget.

“Silahkan duduk Acha...” kata pak Frans. Achapun duduk sambil menatap heran Ray. Sedangkan Ray berusaha sekuat tenaga untuk bersikap cuek.

“Jadi apa maksud bapak memanggil saya ke sini?” tanya Ray dingin.

“Baiklah... jadi maksud saya ke sini untuk meminta bantuan kepada kalian untuk mengisi acara di acara pesta nama sekolah kita..” jelas pak Frans.

“Bantuan apa pak?” tanya Acha.

“Seisi sekolah tahu bahwa Ray selain jago bermain drum juga jago bermain gitar selain itu di sekolah ini yang memiliki suara emas adalah Acha...” kata pak Frans.

“Terus maksud bapak?” tanya Ray.

“Bapak ingin kalian berduet...” kata pak Frans. Acha sempat senang. Berduet? Disaat yang tepat. Siapa tahu ini bisa menjawab semua pertanyaan Acha tentang Ray yang berubah.

“Maaf pak saya menolak...” kata Ray langsung beranjak berdiri. Acha tersentak kaget melihat penolak Ray yang begitu keras.

“Loh? Kenapa? Bukannya kalian pacaran ya? Kenapa kalian menolak...” tanya pak Frans heran.

“Tidak lagi...” jawab Ray. Jawaban ray itu membuat Acha benar-benar kaget. Apa maksud Ray.

“Ray?!” Acha tersentak kaget. Dia beranjak berdiri.

“Maaf pak saya rasa sudah tidak ada yang harus di bicarakan lagi.” Kata Ray langsung berlalu.

“Ray!” teriak Acha berusaha mencegah kepergian Ray. Tetapi Ray tidak perduli dia terus berlalu.

“Apa yang terjadi ini?” tanya pak Frans heran.

“Maaf pak saya harus pergi...” kata Acha tanpa menjawab pertanyaan pak Frans. Achapun langsung berlari mengejar Ray.

“Ckckckck.. dasar anak muda...” Pak Frans geleng-geleng melihat tingkah Ray dan Acha.

Acha terus mengejar Ray. Untung Ray berjalan dengan santai jadi Acha sempat mengejarnya.

Acha meraih tangan Ray untuk menghentikan langkah Ray.

“Tunggu Ray...” tahan Acha. Langkah Ray pun terhenti. Dia sama sekali tidak menengok kearah Acha dia malah berdiri mematung pada posisinya.

“Ada apa ini?” tanya Acha heran. Ray tak bergeming dia masih berdiri mematung.

“Kamu kenapa Ray?” tanya Acha mengooyang-goyangkan tangan Ray. Ray masih saja diam. Wajahnya nampak menahan segala gejolak dalam hatinya. Sedih, menyesal, kecewa, dan sebagainya.

“RAY! Jawab!!” kali ini Acha berteriak. Untung saja saat itu suasana sekolah sudah berangsur sepi karena bel sudah berbunyi sebelumnya. Ray tersentak. Dia menghela nafas panjang guna mencari kekuatan. Perlahan dia membalikkan tubuhnya menghadap Acha. Hatinya tersentak ketika melihat sosok tercintanya nyaris menangis. Ingin sekali rasanya ia memeluk erat Ray dan menangkannya tapi sekarang keadaannya telah berbeda dia tak mungkin melakukan hal itu.

“Ray...” kata Acha lirih dan bulir-bulir air mata menetes dari pelupuk matanya.

“Loe denger kan yang gue bilang ke pak Frans tadi...” kata Ray datar. Acha tersentak, Gue-elo? Kenapa Ray gunakan kata itu lagi.

“Iya aku denger... tapi apa maksud kamu ngomong hubungan kita udah berakhir...? maksud loe apa?” Acha mencoba meminta penjelasan.

“Gue bosen sama loe...” jawab Ray dingin. Bagaikan tersambar petir, Acha kaget air matanya semakin berlinang.

“Apa?! Kamu... tapi kenapa Ray?” tanya Acha kecewa.

“Sejak awal gue gak pernah tulus sayang sama loe. gue mau jalanin semua ini demi Ozy gak lebih. Dan sekarang gue bosen sama semuanya. Jadi sekian aja.” Jelas Ray dingin.

JLEB! Acha benar-benar tak percaya dengan apa yan g terucap dari bibir Ray. Jadi selama ini Ray hanya berpura-pura. Tapi ucapan sayang dan janji-janji Ray selama ini? Apa artinya. Mustahil jika semuanya hanya bualan. Saat itu juga Acha merasa sangat marah. Dia tidak menyangka jika sosok yang selama ini mendampingi dan mewarnai hidupnya melakukan hal sejahat itu. Tanpa sadar Acha menampar Ray.

PLAK!

“Kamu jahat Ray!” amarah Acha tanpa sadar. Ray tersentak ketika tangan mulus Acha menampar pipinya. Sontak tangannya memegang pipinya yang di tampar Acha.

“Terus darl.. kalau ini memang cukup buat kamu tenang aku rela kamu tampar ribuan kali. Maafin aku darl...” batin Ray menahan sakit.

“Ray... ma.maafin aku...” Acha menyesal melakukan hal itu. Dia tak menyadari perbuatannya itu.

Ray hanya tersenyum sinis.

“Gue anggep ini persetujuan dari loe. sekian...” kata Ray dingin dan langsung pergi meninggalkan Acha. Acha menyesal dengan perbuatannya.

“Ray... tunggu Ray... aku...” Acha berusaha menahan Ray tapi percuma Ray tetap pergi meninggalkan orang yang sangat dia cintai.

“Maafin aku darl...” kata Ray lirih sambil berjalan pergi.

“Kenapa semuanya harus berakhir kayak gini...” ratap Acha.

***

“GOD is a director” –A-

“hikshikshikshiks...” Acha terpukul dengan kejadian yang dia alami sekitar 5 menit yang lalu. Acha memutuskan merenung di taman sekolahnya dan membolos sekolah.

“Kenapa kamu kayak gini Ray? Apa ada yang salah Ray? Apa yang terjadi... kenapa kamu berubah secepat ini?” ratap Acha yang terduduk merana di bawah teduhan pohon.

“Hiks hiks hiks hiks...” entah berapa ribu air mata yang sudah tumpah dari mata indah Acha.

Acha terus saja menangis. Tangisannya pun kini di temani oleh guguran dedaunan pohon yang seakan ikut menangis menemani Acha.

Suasana sekitar Acha sangat sunyi hingga desiran angin di taman itu terdengar mengalun mengiringi tangisan Acha maklum saja seluruh siswa sedang melaksanakan KBM kecuali Acha dan...

BRUKK!

Tiba-tiba dari atas pohon tersebut jatuh sebuah. Oh bukan sebuah tepatnya seseorang. Acha kaget saat orang itu terjatuh dari pohon tersebut. Untung pohon itu tidak terlalu tinggi jadi orang itu tidak terluka hanya saja pantatnya mungkin terasa nyeri.

“Siapa loe?” tanya Acha yang merasa kaget karena pohon itu membuahkan seoarang anak berpakaian sama dengannya.
Seraya berdiri dari jatuhnya anak itu menjawab pertanyaan Acha.

“Harusnya gue yang tanya sama loe... loe siapa?” tanya anak itu.

Acha mengkerut heran. Dia memperhatikan wajah anak itu. Seakan mengenalnya, bahkan sangat mengenalnya. Tanpa dia sadari dia menempelkan kedua tangannya pada kedua pipi anak itu. Dia mendekatkan wajah anak dan memperhatikannya dengan seksama sampai akhirnya dia tertegun saat mengetahui mirip siapakan anak itu. Anak itu sempat kaget dengan perlakuan Acha namun dia tidak bisa mengelak.

“Fauzy...” kata Acha lirih masih menempelkan kedua tangannya pada kedua pipi anak itu.

Anak itu terheran saat Acha mengatakan kata Fauzy.

“Siapa Fauzy?” tanya anak itu dengan wajah yang begitu dekat dengan Acha.

Acha terus memperhatikan wajah anak itu. Semakin dia perhatikan dia sadar itu bukan Fauzy hanya saja mereka memang mirip bahkan sangat mirip seperti pinang di belah dua.

“Bukan... loe bukan Fauzy...” kata Acha seraya melepaskan kedua tangannya. Acha nampak kecewa dan sedikit malu.
Anak itu semakin heran dengan Acha.

“Loe kenapa sih? Tadi gue lihat loe nangis sendiri terus loe pegang-pegang gue padahal kita sama sekali belum ketemu. Sekarang loe bilang gue Fauzy tapi terus loe bilang lagi gue bukan Fauzy... maksud loe apa sih? Dasar cewek aneh..” kata anak itu.

 “Loe anak baru ya?” tanya Acha tanpa menggubris pertanyaan anak itu

Anak itu memutar bola matanya seraya berfikir.

“iya...” jawab anak itu santai.

“Sorry gue pikir tadi loe almarhum mantan cowok gue...” kata Acha.

“ooo...” anak itu meng-o-kan bibirnya.

“Jadi loe nangis karena mantan cowok loe meninggal?” tanya anak itu.

“bukan...” jawab Acha. Anak itu heran.

“Lah terus loe nangis karena apa?” tanya anak itu heran.

“Gue di putusin cowok gue...” jawab Acha dengan tatapan kosong seraya galau.

“Ha? Di putusin cowok loe? maksud loe almarhum cowok loe?” tanya anak itu.

“Bukan! Beda lagi...” kata Acha.

“Ha? Gimana sih gue gak ngerti...” kata anak itu bingung.

“Ah udah ah masalah gue itu rumit.. gue sendiri aja gak tahu kenapa semuanya terjadi sama gue. Seraya hidup ini tu gak adil buat gue...” kata Acha.

“Lah.. aneh loh...” kata anak itu. Acha hanya tersenyum kecut dan kembali dengan tatapan galaunya.

Sejenak keadaan hening.

“humm... apapun masalah loe gue yakin loe bisa selesaiin kok... gak akan ada masalah tanpa penyelesaian... iya kan?” kata anak itu memecah keheningan dan memecah kegalauan Acha.

“Apa maksud loe?” tanya Acha heran.

“Ya... GOD is a director. Dan seorang sutradara gak akan membuat cerita tanpa akhir yang jelas bukan? Sama seperti Tuhan, Dia tidak akan menciptakan sebuah masalah tanpa penyelesaian yang jelas. Jadi menurut gue walaupun gue gak tahu masalah loe gue yakin masalah loe bisa selesai kok...” kata anak itu. Entah mengapa setelah mendengar perkataan anak itu Acha seraya mendapatkan sebuah percikan cahaya terang.

“Benar juga kata anak itu...” batin Acha.

“Kok diem sih?” tanya anak itu saat melihat Acha malah terdiam.

“ha?” Acha gelagapan.

“Nama loe siapa?” tanya Acha.

“Ardi... Ardiansyah...” kata anak itu.

“Eh? Namanya mirip sama Fauzy... tapi... enggak ini buakn Fauzy...” kata Acha dalam hati.

“nama loe?” tanya Ardi balik.

“Acha... Larissa...” kata Acha. Ardi hanya membulatkan bibirnya.

“Oke kalau gitu kita berteman ya...” kata Ardi menjulurkan tanggannya.

“Eh” Acha kaget tapi sesaat kemudian langsung menjabat tangan Ardi. “Iya kita berteman...” kata Acha kemudian.

“Loe teman pertama gue Acha...” kata Ardi senang.

Ardi tersenyum menatap Acha begitu juga Acha tersenyum menatap Ardi. Sejenak masalah Acha terlupakan.

***

“Bukan seperti ini yang keke minta pah bukan...” –G.A-

Semenjak kejadian di koridor sekolah itu hubungan Acha dengan Ray benar-benar menjadi jauh. Sebenarnya Acha tidak suka dengan keadaan seperti ini bahkan dia benci dengan keadaan seperti ini. Untung saja di sampingnya ada Ardi si anak baru yang selalu mengekor sosok Acha. Sedangkan Ray. Dia kembali seperti sebelum mendapatkan cinta Acha. Dia cuek tidak hanya dengan Acha tetapi dengan semua orang. Ray menjadi sosok yang tertutup dan dingin. Setiap bertemu dengan Acha Ray benar-benar dingin terlebih dengan Ardi tatapan mata Ray seakan ingin membunuh Ardi yang selalu mengekor Acha.

Kini seakan kehidupan berubah 360 derajad bagi Acha dan Ray.  Entah adakah penyelesaian atas skenario Tuhan ini. Semuanya hanya akan menjadi misteri.

Sekarang hidup Ray menjadi hampa kembali. Dia bagaikan boneka bagi papa Keke. Hari-harinya hanya di lalui dengan menemani sosok Keke yang sama sekali tidak di cintainya.

“Makasih ya Ray loe dah mau temenin gue selama beberapa hari ini...” kata keke yang terbaring di kasur sedangkan Ray terduduk di sampingnya. Jujur sebenarnya walaupun raga Ray berada di samping Keke namun pikiran Ray sama sekali tak berada di sana. Pikiran Ray melayang memikirkan kedekatan Acha dengan sosok yang tidak dia kenali namun wajahnya begitu mirip dengan Fauzy.

“Siapa sih anak itu? Kenapa dia deket banget sama sama Acha. Dan wajahnya itu.. begitu mirip dengan Fauzy...” Ray terus saja memikirkan hal itu. Dia sama sekali tidak mendengarkan perkataan Keke.

“Gue gak nyangka kalau loe mau rela-rela nemenin gue setiap hari Ray...” kata Keke berbinar.

“Kenapa dia harus dateng di saat hubungan gue sama Acha kayak gini? Apa ini memang pertanda kalau gue gak berjodoh sama Acha? Tapi gue gak ikhlas. Gue harus segera cari jalan keluar masalah ini...” batin Ray.

Keke terus saja berbicara namun tidak di gubris oleh Ray bahkan Ray tidak memperhatikan Keke. Sampai akhirnya keke sadar dan merasa kesal.

“RAY!” teriak Keke kesal.

“ha?!” Ray tersentak.

“Loe gak dengerin gue ya dari tadi?” tanya Keke sedikit kesal.

“Sorry...” jawab Ray singkat.

“Loe kenapa sih Ray?” tanya Keke.

“Gak papa kok...” jawab Ray.

“Udah lah loe cerita aja ke gue... gue kan sahabat loe.. masak sih loe gak mau cerita masalah loe ke gue..” kata Keke. Ray menatap Keke ragu.

“Emank kalau gue cerita loe bisa bantu gue?” kata Ray dingin.

“Sebisa gue pasti gue bantu kok, kita kan sahabat...” kata Keke tersenyum.

“Sekalipun loe harus ninggalin gue ?” kata Ray yang membuat Keke tertegun.

“Apa maksud loe?” tanya Keke kaget.

“Cukup ke! Gue udah cukup capek buat berpura-pura terus sama perasaan gue... gue capek....” kata ray sudah di ambang batas kesabaran. Keke tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Ray karena sebenarnya Keke memang tidak tahu apa yang terjadi.

“Berpura-pura gimana sih Ray? Gue gak ngerti sama omongan loe... berpura-pura gimana?” tanya Keke tidak mengerti.

“Loe tahu gue sekarang di sini dan setiap hari rela nungguin loe karena bokap loe... karena kekuasaannya buat ngatur hidup gue...” jelas ray.

“kekuasaan ? kekuasaan gimana?” tanya keke tak mengerti.

“dengan kekuasaan bokap loe dia bisa paksa gue buat ninggalin cinta gue dan berkorban demi keluarga gue...!” jelas Ray kesal. Keke kaget mendengar pernyataan Ray.

“Jadi maksud loe, bokap gue udah buat loe ninggalin Acha demi gue?” tanya Keke tak percaya.

“bukan demi loe! tapi demi keluarga gue. Bokap loe udah ancam gue dan mama gue bakalan batalin kontrak kerja kalau gue gak ninggalin Acha dan bersama loe. gue gak ada pilihan lain. Keluarga gue sangat berharga buat gue tapi menyesal udah ninggalin Acha. Cinta sejati gue...” jelas Ray meluap. Keke merasa tidak percaya dan sedih. Perlahan air matanya tumpah.

“tapi kenapa ray? Gue pikir loe lakuin ini demi... demi gue..” kata Keke terisak.

“Bukan! Bukan demi loe! tapi demi nyokap gue. Gue pikir gue bisa bertahan sama keadaan ini. Tapi ternyata gue gak bisa ninggalin Acha. Gue gak bisa. Gue sayang sama Acha sayang banget... tapi bokap loe! dia udah berhasil buat misahin gue sama Acha. Sekarang loe puas kan lihat gue bisa ada di sampingmu. Ini kan yang loe mau! Gue ada di samping loe! tapi sorry ke secara raga gue memang ada di samping loe cinta dan hati gue akan selalu ada pada Acha bukan loe.” kata Ray tegas. Keke benar-benar terpukul mendengar perkataa Ray. Dia tidak menyangka dengan apa yang di lakukan oleh papanya.

“Tapi ray kenapa loe berubah? Dulu loe bilang sama gue kalau sayang sama gue kan? Dan loe akan selalu jaga gue... tapi sekarang mana janji loe?” kata Keke terisak. Air mata begitu lancar mengalir dari pelupuk mata Keke. Jujur melihat Keke seperti itu Ray tak tega, biar bagaimana pun Keke adalah sahabatnya. Mungkin keadaan lah yang membuat Ray harus bersikap kasar karena Ray sudah diambang batas kesabaran.

“Keke... gue emang sayang sama loe... dan gue pernah janji bakalan jaga loe... tapi bukan sebagai kekasih atau pun pendamping hidup loe. gue sayang sama loe sebagai adik, loe itu udah kayak adik gue sendiri dan gue juga akan jaga loe sebagai adik gue bukan kekasih gue. Gue sayang sama loe sebagai adik sedangkan gue sayang sama Acha sebagai kekasih dan pilihan hati. Jadi please Ke ngertiin gue kalau loe sayang sama gue...” kata Ray dengan nada yang lembut selayaknya seoarang kakak pada adiknya.

“Tapi Ray? Apa beda gue sama Acha? Apa?” tanya Keke sedih.

“Jelas loe beda sama Acha karena loe bukan Acha... dan sampai kapan pun loe gak akan pernah bisa jadi Acha karena loe ya elo Ke... elo itu Gabriel Angeline bukan Larissa Safanah... please pahamin itu...” kata Ray. Keke tak dapat berkata apapun sekarang hatinya telah hancur berkeping-keping. Dia tak menyangka bahwa orang yang amat dia cintai bisa mengatakan hal sekejam itu baginya.

“Sekarang loe udah tahu kan semuanya. Dan mulai sekarang gue gak bisa terus ada di samping loe. gue punya cinta ke dan gue harus pertahanin itu. Loe boleh bilang ini ke bokap loe. gue yakin selama masih ada Tuhan gue, nyokap gue sama seluruh keluarga gue bisa hidup tanpa memohon sama bokap loe. jadi gue pamit ke.” Kata Ray lantas beranjak pergi.

“Ray...” cegah Keke. Ray sempat mengintip Ray dari balik pundaknya.

“Maafin gue...” kata Keke terisak.

“Bukan loe yang salah... tapi bokap loe yang gak bisa pahamin keadaan sekitarnya...” kata Ray lantas pergi. Keke tak dapat menahan Ray dia hanya bisa terisak kecewa, bukan pada Ray tapi pada papanya. Sempat saat ray hendak membuka pintu papa Keke datang. dia sempat heran melihat Ray yang keluar dengan tatapan garang padanya.
Heran melihat tatapan Ray papa Keke lantas langsung masuk dia kaget melihat Keke yang terisak seperti itu.

“Astaga Keke! Kamu kenapa sayang?” tanya Papa keke panik.

“Ini semua salah papa... keke kayak gini sekarang itu karena papa...” kata Keke sambil memukul-mukul papanya.

“Apa maksud kamu sayang? Apa salah papa?” tanya papa keke tak mengerti.

“Kenapa papa jahat sama Ray? Untuk apa papa ancam keluarga Ray hanya agar Ray meninggalkan Acha dan bersama Keke? Kenapa pah?!” Keke berusaha meminta penjelasan pada papanya sambil terisak.

“Tapi sayang papa lakuin ini semua demi kamu... demi kesembuhan kamu. Bukannya kamu sendiri yang nulis di diary kamu kalau kamu akan lebih cepat sembuh jika bersama Ray? Bukan begitu sayang...” kata papa.

“Iya pah itu memang benar. Tapi caranya gak kayak gini! Bukan seperti ini yang keke minta pah bukan... Keke memang mencintai ray dan keke memang kecewa saat tahu Ray memiliki kekasih tapi itu bukan berarti Keke harus memaksa mereka berpisah pah... dan itu juga bukan berarti papa tega mengancam Ray dan keluarganya... bukan itu pah. Bukan. Ray selalu bilang pada Keke sampai kapan pun Keke gak akan pernah menjadi Acha karena Keke bukan Acha dan Keke sadar itu pah. Kalau Keke memang bukan jodoh Ray, keke gak bisa berbuat lebih...” tutur Keke. Papa nya tertegun mendengar perkataan anaknya.

“Maafin papa sayang. Semua ini papa lakuin demi kamu. Karena papa sayang sama kamu dan papa ingin kamu bahagia...” kata papa nya menyesal sambil mengusap lembut rambut Keke.

“Keke juga sayang sama papa tapi bukan itu yang keke inginkan pah...” kata Keke langsung memeluk papanya.

***
“seharusnya itu hal yang aku lakukan dengan Ray bukan dengan Ardi.”-L.S-

Saat ini Acha sedang duduk di taman sambil membaca novel kesukaannya. Ya taman. Taman adalah tempat Acha merasa tenang saat hatinya sedang gundah terutama karena Ray.

Di temani tarian angin siang itu Acha hendak menghabiskan waktu istirahat 15 menitnya untuk membaca novel.
Belum ada 5 menit kenikmatan itu Acha rasakan Ardi datang dan mengagetkan Acha.

“Acha!” seru Ardi yang mengagetkan Acha.

“Eh? Elo di? Kenapa?” tanya Acha sambil mentup buku novelnya.

“Gue ada kabar bagus nie buat loe?” kata Ardi semangat. Wajahnya nampak berbinar-binar.

Acha malah heran keningnya berkerut.

“Kabar apa?” tanya Acha heran.

“Tadi pak kepsek panggil gue dan loe tahu apa yang dia bilang ke gue...” kata Ardi membuat Acha penasaran.

“Emang apaan?” tanya Acha.

“Dia minta gue jadi pasangan duet loe waktu acara pesta nama!” kata Ardi dengan semangat. Acha sontak keget mendengar itu.

“Apa? Berduet di pesta nama? Harusnya itu yang aku lakukan sama Ray? Tapi...” batin Acha malah melamun.

“Loh kok loe kelihatannya gak seneng gitu sih Cha??” tanya Ardi saat melihat ekspresi Acha tak sesuai keinginnannya.

“Ha? Enggak kok... gue seneng... hehe...” kata Acha dengan tawa terpaksa.

“seharusnya itu hal yang aku lakukan dengan Ray bukan dengan Ardi.” Batin Acha sedih.

***

“Kiss The Rain”-R.P

“I often close my eyes And I can see you smile You reach out for my hand And I'm woken from my dream Although your heart is mine It's hollow inside I never had your love And I never will”

DRTT... DRTT...

Belum satu bait lagu kiss the rain di dendangnakn oleh Acha dengan iringan gitar Ardi hape Ardi berbunyi. Latihan merekapun terhenti sejenak.

“Aduh bentar ya ada panggilan masuk...” kata Ardi sambil membuka hapenya. Acha hanya mengangguk. Dilihatnya nama yang tertera di layar hapenya. MAMA.

“Waduh dari mama gue.. gue keluar dulu yaa... gak enak kalau ngobrol di depan orang...” kata Ardi. Lagi-lagi Acha hanya mengangguk. Ardi pun keluar.

Tinggallah Acha di dalam ruang musik itu. Ruang musik yang menyimpan banyak kenangan tentang Acha dan Ray dan juga Ozy. Di sana pertama kalinya Acha di perkenalkan Ray pada Ozy yang membuat Acha jatuh cinta pada Ozy dan sebaliknya. Di tempat itu juga Ray dan Acha sering menghabiskan waktu berdua untuk mengenang almarhum Ozy. Sungguh ruang musik itu menyimpan banyak kenangan manis Acha dengan orang-orang tercintanya terutama Ray.
Sebegitu menikmatinya Acha pada kenangan ruang musik itu hingga tak bisa terucap kata-kata dari bibirnya dia hanya bisa memandangi sekeliling ruang musik itu dengan perasaan miris. Ditengah nostalgianya akan kenagan indahnya tiba-tiba terdengar dendangan sebuah lagu.

“I often close my eyes. And i can see you smile. You reach out for my hand and i’m woken from my dream...” Acha tertegun mendengrn suara itu sontak kepalanya terarah ke pintu masuk ruang musik. Dia syok saat melihat sosok yang menyanyikan lagu itu.

“R...Ray...” kata Acha terbata sangking terkejutnya melihat sosok Ray.

“Although your heart is mine it’s hollow inside I never had you love and never will...” Ray terus melagukan lagu itu sambil berjalan mendekat pada Acha. Acha tak percaya matanya terbelalak tak percaya.

Kini Ray sudah berada tepat di depannya.

“And every night i lie awake... thingking maybe you love me like i’ve always loved you...” Ray menatap Acha dalam denagan matanya yang berkaca-kaca.

“But how can you love me like i loved you when you can’t even look me straight in my eyes...” entah mendapatkan kekuatan dari mana saat membalas tatapan Ray Acha menyambung lagu itu dan terjadilah duet diantara mereka. Ray tersenyum mendengar Acha menyanyi.

“I’ve never felt this way... to be so in love... to have someone there... yet feel so alone... Aren’t you supposed to be... the one to wipe my tears... the on to say that you would never leave...” begitu indah duet mereka berdua. Sambil bernyanyi Ray lantas mengambil gitar yang bersandar tak jauh darinya. Ray mulai memetik gitar tersebut dan meleburkannya bersama suara emas Acha dan dirinya sendiri.

“The waters calm and still... my reflection is there... i see you holding me... but then disappear... all that is left of you... is a memory... on that only, exists in my dreams...” sungguh keindahan dunia. Suara mereka mampu menguasai seisi ruang musik. Mereka benar-benar bernyanyi dengan hati. Seakan dua hati bersatu mereka terus mendendangkan lagu itu. Saking menikmatinya duet mereka, mereka tidak sadar kalau sedari tadi ada Ardi yang hendak masuk ke dalam namun tertahan ketika melihat duet mereka yang indah.

“Begitu indah...” puji ardi kagum

“and every night i lie awake... thingking maybe you love me like i’ve always loved you... but how can you love me like i loved you when you can’t even look me staright in my eyes... i don’t know what hutrs you... but i can feel it too... and it just hurts so much... to know that i can’t do a thing... and deep down in my heart... somehow i just know... that no matter what... i’ll always...” mereka begitu menikmati duet mereka. Mata mereka tak beranjak satu dama lain. Mereka saling bertatap hingga tanpa di sadari Acha menitikan air mata. Entah air mata bahagia atau air mata kesedihan yang jelas itu hal terindah bagi Acha bisa menatap mata indah Ray sedalam itu dan itupun juga di rasakan Ray pada Acha.

“I often close my eyes and i can see you smile you reach out for my hand and i’m woken from my dream although your heart is mine its hollow inside i never had your and never will...” Mereka bagaikan dua malaikat cinta yang mendendangkan melodi surga.

“So why am i still here in the rain...” mereka berdua mengahiri duet merdu mereka. Sungguh indah. Sangat indah. Sejenak mereka saling bertatap mereka terhanyut dalam kebahagiaan masing-masing.

“R...R...R...” bibir Acha keluh seketika. Saat saling bertatap Acha tak sanggung berkata apapun.

“Shut...” Ray menempelkan jari telunjuknya tepat pada bibir mungil Acha.

“Jangan bicara darl... biarin suasana  ini hening agar aku bisa menatap wajah mu dengan tenang...” kata Acha lirih bahkan seperti berbisik. Mendengar itu Acha pun menurut dan keadaan kembali hening sangat hening dan merekapun kembali terhanyut pada keromantisan mereka yang sudah hilang beberapa hari ini. Ray sangat bahagia karena masih bisa menatap wajah Acha setelah kejadian yang membuatnya harus meninggalkan Acha. Dan Acha sangat bahagia karena bisa kembali menemukan cintanya yang hilang dari dalam diri Ray.

Dari kejauhan masih ada ardi yang melihat kejadian itu. Sejujurnya Ardi cemburu melihat kejadian itu karena jujur Ardi sudah jatuh cinta pada Acha namun baginya mencintai adalah saat kita turut bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia sekalipun kebahagiaan itu bukan dengannya.

“Gue adalah orang yang paling jahat kalau misahin kehangatan duet dan cinta mereka... gue harus lakukan apapun demi kehabagiaan Acha.. apapun...” tekat Ardi. Sejurus kemudian Ardi meninggalkan tempat itu seakan memberikan kesempatan bagi Ray dan Acha untuk saling mengenang cinta mereka yang sempat hilang.

***

“gue akan lakukan apapun demi kebahagiaan orang yang gue cinta sekalipun harus ninggalin dia” –A-

Sesuai tekatnya Ardi berusaha mencari cara untuk menyatukan cinta Ray dan Acha, dia berusaha mencari info mengenai duduk permasalahan yang dialami oleh Ray dan Acha. Karena keuletannya dalam mencari info akhirnya dia mendapatkan cara dan dia mengetahui tetang Keke, papa Keke dan masalah yang papa keke bawa. Hari ini juga tepat beberapa jam sebelum pesta nama sekolah diadakan Ardi hendak menemui Keke di rumah sakit.

“Jadi loe teman Acha pacar Ray?” tanya Keke setelah sedikit perkenalan dari Ardi sebelumnya.

“Iya...” jawab Ardi.

“Jadi apa mau loe?” tanya Keke.

“Gue gak suka basa-basi ya... gue pingin loe lepasin Ray. Biarin Ray bahagia sama Acha karena hanya dengan Acha Ray bahagia...” kata Ardi.

“Apa? Ngelepasin Ray? Apa maksud loe?” tanya keke.

“Loe gak usah sok gak ngerti lah... gue rasa loe dah tahu kan apa masalah yang udah loe buat sama bokap loe? jadi please jangan perbesar masalah itu...” kata Ardi. Keke tertegun.

“Apa motivasi loe lakuin ini?” tanya Keke.

“Karena gue cinta sama Acha...” jawab Ardi cinta. Keke kaget mendegar itu.

“Apa?! Loe cinta sama Acha dan loe mau Acha sama Ray... apa loe rela?! Loe gak bila kan?!” kta Keke.

“Gue gak gila kok... dan gue sangat rela...” kata Ardi sambil tersenyum.

“Tapi kan... apa loe bisa bahagia lihat orang yang loe cintai bersama orang lain” kata Keke heran.

“Buat gue cinta itu gak harus memiliki kok... dan gue pasti akan bahagia... karena apa? Karena kebahagiaan gue adalah saat melihat orang yang gue cintai bahagia sekalipun gak sama gue... dan gue gak akan bahagia kalau gue berada di samping orang yang gue sayang kalau orang itu gak bahagia berada di samping gue... gue akan lakukan apapun demi kebahagiaan orang yang gue cinta sekalipun harus ninggalin dia.” kata Ardi. Kata-kata ardi itu mampu membuat mata hati Keke terbuka. Kini hatinya terbuka tentang cintanya pada Ray.

“Apa yang harus gue lakuin agar buat Ray bahagia...” kata Keke. Ardi langsung tersenyum mendengar perkataan Keke. Seketika dia langsung mendekati Keke dan membisikan sebuah rencana pada Keke.

“Gimana loe bisa kan?” tanya Ardi.

“Apapun demi kebahagiaan Ray...” kata Keke tersenyum. Kali ini senyumnya sangat ikhlas.

“Masalah bokap loe?” tanya Ardi memastikan.

“Itu masalah gampang...” kata Keke.

“Oke makasih banget yaa...” kata Ardi senang.

“harusnya gue yang bilang makasih sama loe karena loe udah buka mata hati gue... dan loe udah ajari gue tentang pengorbanan...” kata Keke tersenyum.

“Hmm loe manis juga ya kalau senyum...” goda Ardi mulai kumat gombalnya. Keke mendadak memerah saat digombalin oleh Ardi. Ardipun hanya tersenyum geli melihat ekspresi wajah Keke.

***
“Ray...” –L.S-

“Yaampun si Ardi mana sih? Mana?!” pak Frans nampak panik. Bagaimana tidak panik tinggal setengah jam lagi Acha dan Ardi harus tampil berduet dia acara pesta nama sekolah mereka.

“telat mungkin pak...tenang dulu pak..” kata Acha mencoba menangkan pak Frans

“telat? Ini udha telat 2 jam.. kemaren kan bapak bilang kalian harus udah stand by 2 setengah jam sebelum ngisi acara kan ? tapi sampek sekarang Ardi belum dateng. Bagaimana bapak bisa tenang...” kata pak Frans emosi.

“Ya tapi kan pak...” Acha tak bisa berkata apapun kalau melihat pak Frans sudah marah.

Di sela kemarahan pak Frans tiba-tiba Ray muncul. Dia tidak sengaja lewat saat sedang berjalan-jalan.

“Ray!” seru pak Frans tanpa sadar saat melihat Ray. Ray yang mendengar namanya disebut langsung berhenti dan celingak celinguk.

“Ray! Sini Ray! Sini!” pak Frans memberikan isyarat pada Ray. Raypun melihatnya dan langsung menuju pada tempat pak Frans.

“Ada apa pak ?” tanya ray sambil garuk-garuk kepala.

“Untuk kali ini kamu tidak boleh menolak.! Kalau kamu menolak kamu akan saya skors 1 minggu...” kata pak Frans to the point. Ray sontak kaget. Tanpa pembicaraan apapun langsung aja dapet ancaman.

“What? Apaan pak?! Kok skors skors segala sih?! Emang bapak suruh saya apaan?” tanya ray bingung.

“Kamu harus duet dengan Acha untuk pesta nama. Titik.” Kata pak Frans yang membuat Acha dan Ray kaget.

“APA!?” kali ini malah Acha yang berteriak kaget bukannya ray. Ray nampak tenang dan santai.

“Gak ada protes gak ada penolakan. Waktu kamu 30 menit untuk latihan dengan Acha.” Kata pak Frans dan langsung pergi tanpa mau mendengarkan jawaban ray atas tawaran tanpa pilihannya itu.

“Ta,tapi pak...” Acha mencoba mencegah pak Frans. Tapi percuma pak Frans sudah pergi.

Acha putus asa. Apa mungkin bisa.

“Ray...” kata Acha ragu.

“Gue gak mau di skors.” Kata Ray dingin. Setelah itu tanpa di komando mereka langsung latihan berdua.

***
“KARENA KAU BUKAN DIA” –end-

Tiba saatnya penampilan Ray dan Acha. Kini mereka sudah berada di atas panggung. Seisi sekolah riuh bertepuk tangan ketika melihat Ray dan Acha berada di atas panggung. Mereka senang karena akan menyaksikan duet romantis Ray dan Acha yang terkenal indah dan menghanyutkan.

“Lakuin aja kayak biasanya...” kata Ray sambil mengecek gitarnya. Sesaat kemudian mereka mulai menyanyikan lagu duet mereka yaitu kiss the Rain. (skip)

Di tengah lagu mereka, dari atas panggung mereka melihat sosok yang tak terduga.

“Ardi...” kata Acha lirih saat melihat Ardi hendak duduk di bangku penonton.

“Mama...Keke... Om Kevin (papa Keke)...” kali ini Ray ikut berkata lirih ketika melihat mamanya, Keke dan papa Keke datang. dan yang mengejutkannya mereka datang bersama Ardi. Bagaimana Ardi bisa kenal dengan Mama, keke dan papa keke?

Acha dan Ray berusaha menyelesaikan duet mereka. Walaupun mereka nampak bingung dengan kedatangan 4 orang yang tak diduga mereka tetap saja memukau sebagai pasangan duet. Mereka benar-benar memberikan pasion yang sangat kuat. Petikan gitar Ray dan suara emas Acha menjadi satu melodi yang indah.
Seluruh penonton sangat menikmati duet mereka terumata Ardi, keke, papa keke dan mama Ray. Keke dan papa Keke semakin sadar bahwa mereka telah bersalah memisahkan ray dan Acha.

Duet indah Ray dan Acha berakhir. Diiringin dengan standing applause dan  tepuk tangan kagum seisi sekolah mereka merasa lega dapat menampilkan yang terbaik. Setelah memberikan salam terakhir mereka kembali kebalik panggung. Tak hanya Ray dan Acha. Keempat orang yang mengejutkan bagi mereka juga beranjak berdiri dan menuju belakang panggung.

“Selesai juga...” gumam Ray lega.

“Ray...” seru Acha lirih.

Ray hanya melirik.

“makasih ya loe masih mau duet sama gue..” kata Acha.

“Hmm..” jawab Ray singkat. Acha sedikit kesal, baginya itu tak sopan.

“kenapa sih Ray? Kamu masih aja kayak gitu sam aku?! Sebenernya aku salah apa sih?! Sampek sekarang aku tuh gak ngerti sama sikap kamu!” kali ini kesabaran Acha sudah habis. Sekian lama dia mememdam pertanyaan akan sikap Ray kini dia tak tahan dan emosinya membeludak.

“maksud loe?” tanya Ray dingin tanpa menatap Acha sedikitpun.

“RAY! Apa sih mau kamu?! Sejak awal kita baik-baik aja kan? Gak ada masalah tapi... kamu berubah berubah?! Dan itu semenjak sahabat kamu dateng?! Apa yang terjadi Ray apa?! Kamu udah permainin aku! Kamu gantungin aku! Kamu itu! Argh!!!!!” emosi Acha membeludak. Emosinya dicampur dengan tangisan kesedihan.

“Udah jelas kan... gue bosen sama loe...” kata Ray santai. Mendengar itu sontak Acha hendak mendaratkan tamparan di pipi Ray namun tangan Acha di tahan tapi bukan oleh Ray.

“Jangan di tampar donk pacarnya...” kata orang itu.

“Elo...” Acha kaget melihat orang itu.

“Keke?” kata ray kaget melihat Keke yang menahan tangan Ray.

“Iya ini gue Ray...” kata Keke melepaskan tangan Acha.

“Mama... Om Kevin... Ardi...” Ray heran melihat mereka semua berada di belakang Keke.

“Ini ada apa sih? Gue gak ngerti deh?! Kenapa tiba-tiba kalian ada di sini?!” Acha benar-benar bingung.

“Gue rasa yang bisa jawab semua ini Cuma Ray...” kata Ardi.

“Apa kok gue?” kata Ray heran.

“Karena Cuma loe yang tahu kenapa loe tega ngorbanin cinta loe demi semua kekacauan ini...” kata Ardi.

“Ha?” Ray malah bingung.

“udahlah Ray gue udah sadar kok... gak seharusnya gue buat loe ninggalin cinta loe... gue bener-bener minta maaf Ray... gue gak bermaksud buat ngehancurin kebahagiaan loe. selama ini gue udah dibuatain sama cinta. Dan gue sadar gue gak akan bisa gantiin posisi Acha di hati loe karena gue bukan dia...” kata Keke.

“A...apa? loe...” kata Ray tak percaya.

“Iya Ray... om juga minta maaf kalau selama ini om udah banyak bersalah sama kamu. Om sadar gak seharusnya om ikut campur dalam masalah ini. Om minta maaf ya... terutama buat kamu Acha...” kata papa Keke.

“Sa,saya?” kata Acha bingung. “Apa hubungannya sama saya?” tanya Acha bingung.

“Mungkin Ray gak pernah cerita, tapi yang jelas om minta maaf kalau selama ini om udah buat kamu jadi di jauhin sama Ray. Tapi sebenarnya Ray masih sayang banget sama kamu. Om yakin itu...” kata papa keke pada Acha.

“jadi maksud loe selama ini apa yang Ray lakuin karena om?” tanya Acha memastikan.

“Iya Cha... om minta maaf... om sadar om gak bisa maksain perasaan Ray buat meninggalkan kamu dan mencintai Keke...” kata papa Keke. Acha benar-benar tak menyangka. Dia tak bisa berkata apapun.

“Ray... jujur aja ya... gue itu cinta sama Acha tapi gue sadar cinta gue itu masih kecil banget sekecil butiran debu beda sama loe... cinta loe itu gede banget lebih gede dari hal terbesar di dunia ini.. jadi gue sengaja datengin orang-orang ini buat nyatuin cinta loe sama Acha. Karena gue yakin Cuma loe yang bisa bahagiain Acha. Lagian gue udah nemuin orang lain yang mau gue bahagiain kok.. ” Kata Ardi.

“Tapi Ar... gue...” kata Ray ragu.

“Kamu gak usah takut buat memiliki Acha lagi sayang... walaupun kamu memiliki Acha kamu gak akan kehilangan kehabagian mama. Karena apa? Karena om kevin udah hapus semua ancamannya... kita aman...” kata mama Ray.

“Apa mah? Jadi... Alhamdulilah mah...” Ray senang mendengar itu.

“Jadi Ray... apa salahnya kalau loe peluk kehabagiaan loe...” kata Ardi. Seketika Ray langsung memeluk Acha erat.

“Maafin aku darl aku janji aku gak akan ninggalin kamu lagi. Apapun yang terjadi. Maafin aku... aku akan selalu ada di samping kamu... aku cinta banget sama kamu...” kata Ray memeluk erat Acha.

“iya darl aku juga sayang banget sama kamu... aku maafin kamu kok...” kata Acha senang.

“Aduhh akhirnya kalian bisa menemukan kebahagiaan kalian... gue ikut seneng...” kata Ardi senang.

“Makasih banget ya Ar, Ke...” kata Ray sesaat setelah melepaskan pelukannya dari Acha dan beralih merangkul Acha.

“oiya Ardi tentang orang yang mau loe bahagian siapa tuh ? siapa cewek beruntung itu?” tanya Acha.

Ardi nampak malu-malu untuk menjawab.  Dan sejurus kemudian Ardi menyenggol Keke.

“APA?! Loe suka ya sama Keke?” kata Acha kaget bercampur senang. Ardi hanya senyum-senyum malu. Sedangkan keke dia nampak malu-malu kucing.

“Iya...” jawab Ardi malu-malu.

“Waduh... gimana nie om ada pendaftar baru tuh om...” kata Ray.

“Hmmm gimana yaa? Kalau saya sih terserah Keke kan dia yang mau jalanin... tapi yang jelas kamu harus jagain keke...” kata papa Keke.

“beres om...” kata Ardi

“Gimana Ke?” tanya Ardi malu-malu. Tanpa berkata apapun Keke menagangguk malu tapi mau.

“ECIEEE!!!!! Akhirnya kalian nemuin kebahagiaan kalian... hahahahahahahahaha...” kata Ray dan Acha kompak. Ardipun langsung memeluk Keke.

“Hahahahahahahahaha...” seketika semuanya tertawa bahagia. Semuanya.
Akhirnya semua masalah terselesaikan dan mereka tak harus menjadi orang lain. KARENA KAU BUKAN DIA... :D


TAMAT

***

kritik dan saran di tunggu :D