PILIHAN HATI

Aku mencintainya, tapi mengapa sahabatku tak ingin aku mencintainya?
Aku selalu memikirkannya, tapi mengapa sahabatku tak suka itu?
Apa salah aku mencintai dia, seseorang yang dinilai buruk oleh sahabatku? –Larissa-
Mungkin aku hanya seorang gadis biasa yang tak begitu menarik dihati lelaki. Tapi apa salah kalau aku mencintai seoarang lelaki? Sekalipun lelaki itu buruk di mata teman-temanku dan lelaki itu cukup menarik perhatian banyak gadis diluaran sana?
Kuakuin aku mudah jatuh di berbagai hati, kuakui aku mudah mencintai tapi apa salah jika aku rasakan hal itu, kupikir itu wajar saja aku seoarang gadis berumur 16 tahun dan sangat wajar jika aku mencintai sesorang tapi kenapa rasanya banyak sekali penghalang untukku dan untuknya? Sahabat, Popularitas, dan Perasaan semua itu membuatku merasa sulit menghadapi ini.
“Hey…” tiba-tiba seseorang membangunkaku dari lamunan. Aku yang awalnya duduk termenung sendiri di dalam kelas mendongakkan kepalaku menatap orang itu.
“Mikirin dia lagi?” tanyanya. Aku hanya menyungggingkan sebaris bibirku tipis.
“Kenapa sih loe selalu mikirin dia, dia itu gak baik buat loe.. gue itu tahu dia… dia terlalu gondhes…” kata orang itu. (gondhes=sebuah kata yang mengibaratkan seseorang cowok yang ugal-galan)
“Tapi Ik, gue suka sama dia… dia istimewa…” kataku padanya. Dia adalah Oik sahabat terdekatku.
“Apa istimewanya sih seorang anak band dengan aliran metal core… loe tuh udah buang-buang waktu untuk mencintai diaa…” kata Oik. Dia memang tidak setuju dengan pilihanku kali ini, dia pikir pilihanku kali ini salah.
“Gue tahu Ik.. gue tahu kalau selama ini gue udah buang-buang waktu buat mencintai dia… Tapi please donk hargain gue… gue yang cinta sama dia dan gue gak akan terlalu berharap untuk dapetin dia… tapi apa salah kalau gue menjadikannya angan dalam hidup gue? Itu hak gue…” kataku memperjuangkan perasaanku, walaupun aku tahu sebenarnya salah aku mengatakan hal seperti itu karena aku tahu memang benar apa yang dikatakan oleh Oik. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku tidak berharap untuk mendapatkannya tapi setidaknya aku akan menjadikannya anggan dalam hidupku, apa itu salah.
“Tapi Cha… loe bisa gak janji sama gue…” kata Oik.
“Apa?” tanyaku.
“Tolong loe lupain dia, gue yakin dia bukan yang terbaik buat loe… loe boleh kok mikirin dia, tapi jangan berharap terlalu dalam sama dia ya Cha.. gue takut loe sakit lagi… loe itu sahabat gue Cha… gue gak mau lihat loe sedih…” kata Oik.
“Tenang aja Ik Mungkin waktu gue banyak tersita buat memikirkan dia, tapi gue gak akan terlalu berharap dia jadi milik gue, karena gue tahu dia terlalu diingini oleh gadis diluaran sama” kataku dengan wajah yakin pada Oik, sejurus kemudian Oik tersneyum dan merangkulku bangga.
“Gue hara loe bisa tepatin janji loe yaaa…” kata Oik sambil merangkulku, aku hanya tersneyum namun sejurus kemudian aku tertunduk lemas.
“Apa mungkin aku bisa?” rutukku dalam hati.
***
Mengapa semakin aku ingin melukapannya, aku semakin memkirkannya?
Sebuah kesalahan di masa lalu, membuatku terjebak di sebuah cinta yang semakin rumit?
Apa yang harus aku lakukan? Mengapa ? Begini? –Larissa-
Sudah 2 hari setelah aku berjanji untuk melupakan pilihanku itu tapi jujur sampai sekarang aku belum bisa melupakannya, aku bingung mengapa sulit untukku melupakannya… ini bukan perkara aku takut melanggap janjiku pada sahabatku, namun ini karena aku semakin yakin sulit untuk mendapatkannya terlebih sikap ramahnya terhadap banyak gadis, itu membuatku cemburu, pesimis, takut, marah. Kenapa orang lain bisa dekat dengannya sedangkan aku tak bisa? Jika memang dia bukan untukku kenapa aku tak bisa melupakannya? Mengapa jadi begini sulit untukku?
Saat ini aku sedang termenung dari atas lantai dua gedung sekolahku pandanganku menatap lurus kearah lapangan yang berada di bawah, aku sedang memandang sosok pilihanku, dia sedang asik mempermainkan sebuah benda bulat berwarna hitam putih bersama dengan sahabat-sahabatnya, ya sahabat-sahabatnya, ingin sekali aku menjadi satu dia antara mereka bahkan aku menginginkan lebih dari itu, tapi apa mungkin? Dia terlalu istimewa untukku dan sulot bagiku untuk melupakannya.
“Tuhan, mengapa sulit bagiku untuk melupakannya? Awalnya aku sama sekali tak menyangka bisa mencintainya, dia hanya pelarianku untuk melupaka cintaku yang sebelumnya… tapi kenapa ini menjadi semakin sulit untukku melupakannya??” rutukku dalam hati sembari menatap pilihaku itu. dari atas dia Nampak menawan dengan kelihatiannya memainkan si kulit bundar.
“OPER SINI WOY!” dia begitu enerjik memainkan si kulit bundar, keringat yang mengucur dari tubuhnya menambah pesona dalam dirinya.
“GO RAYNALD! GO RAYNALD GO GO GO…” aku baru sadar kalau di pinggiran lapangan ada sekumpulan cewek-cewek yang menyemanagati pilihanku itu dan yang paling menonjol adalah Aren, cewek yang di gosipkan dekat dengan kak Ray(begitulah aku menyebut namanya), pujaan hatiku, pilihan jiwaku.
“Huft…” aku semakin pesimis melihat Aren menyemangati kak Ray terlebih kak Ray menanggapinya karena kak Ray memang begitu ramah dengan semua orang termasuk cewek.
“masih belum bisa ngelupain dia sist?” tiba-tiba sesorang datang menyebelahiku dan ikut memandang kearah kak Ray. Dari suaranya aku tahu siapa dia.
“Oik…” ucapku lirih.
“Huft… bukannya gue sok ngatur masalah cinta loe Cha tapi gue Cuma gak mau loe menelan kekecewaan lagi Cha… loe lupa dulu loe pernah kan disakiti sama Kak Ozy.. semua perhatian loe, pemujaan lo eke dia sama sekali gak mendapatkan balasan kan? dan ujungnya loe juga yang sakit kan Cha… gue gak mau loe lakuin hal yang sama dan gue gak mau loe entar sakit hati… loe itu sahabat sejati gue Cha…” kata Oik. Kak Ozy? huft.. kenapa Oik harus mengingatkanku dengan kak Ozy?
“Kak Ozy? huft… kenapa harus dia lagi sih Ik? Aku capek denger nama dia lagi…” kataku sebal.
“Ini gue lakuin biar loe sadar Cha… biar loe gak gegabah mencintai orang lain… loe harusnya mikir donk Cha.. sosok kak ozy yang melankolis aja bisa nyakitin loe, gimana dengan kak Ray yang metal abis… dia bakalan nyakitin loe lebih dalem Cha…” kata Oik, jujur saat itu aku tertegun mendengar kata-kata Oik. Apa benar yang dikatakan Oik kalau Kak ray akan menyakitiku lebih dalam Cuma kerena dia anak metal? Tapi ada orang bilang don’t judge book from the cover kan?
“Tapi Ik… belum tentu kan dia nyakitin gue?” tanyaku.
“Cha… loe belum deket dan jadi pacar dia aja , loe makan ati kan? loe sering cemburu kan? loe sering liaht dia deket sama cewek kan? gimana kalau loe udah deket dan jadi pacarnya, loe bakalan di sakiti sama Cha… gue gak mau itu terjadi sama loe..” kata Oik. Segitu parahkan nantinya? Tapi… ahh sudahlah buat apa aku memikirkan lebih jauh? Untuk dekat dengannya saja sulit bagaimana mungkin aku jadi pacarnya.
Akupun menghela nafas “Aku laper… ke kantin yuk…” ajakku guna mengalihkan pembicaraan yang semakin lama akan semakin membuatku bingung anatar pilihan hati dan sahabat.
“Okeoke…” kata Oik pasrah. Akhirnya aku dan Oik pergi meninggalkan tempat itu dan menuju kantin.
-Author-
Baru beberapa detik Acha pergi Ray yang berada di bawah mendongakkan kepalanya tepat di tempat, dimana tadi Acha memandangnya.
“Gadis itu lagi? siapa ya dia…” batin Ray sambil mendongakkan kepalanya.
***
Aku bosan sendiri, aku ingin memiliki kekasih,
Tapi bukan sekedar Kekasih, aku ingin kekasih sejati,
Dapatkah kutemukan Kekasih Sejati? –Prasetya-
Mungkin aku memiliki popularitas sebagai anak band dengan aliran metal core, permainan drumku yang memukau mungkin bisa membuat ratusan wanita tertarik bahkan mengingkan diriku? Tapi jujur sampai sekarang ini aku belum menemukan sosok wanita yang cocok buatku.
“Di manakah kau berada bidadariku, Kemana kah ku harus mencari” dengan gitar milikkku, aku menyanyikan sepenggal lagu Tangga berjudul Dimanakah Bidadariku, memang secara keseluruhan lagu itu tidak menggambarkan kegalauan hatiku, namun sepenggal lagu ini sedikit mencerminkan kegalauan hatiku saat ini.
“Ecieeee si Gocap lagi galau niee…” tiba-tiba Cakka sepupuku datang sambil membawa du gelas vanilla late.
“hahaha, lebay loe Kka…” kataku sambil mengambil satu gelas vanilla late dari tangannya.
“Hahaha, kapan sih loe bakalan cari cewek? Perasaan banyak banget cewek yang ngejar loe… tapi gak ada yang cocok juga…” kata Cakka sembari meneguk secangkir vanilla late miliknya.
“Hahaha, lebay loe… semua cewek itu Cuma temen kok…” kataku mengelak.
“Alah.. temen kok sering wall-wallan di FB.. udah pilih aja salah satu.. lagian loe juga ganteng kok… pasti mau deh sama loe…” kata Cakka.
“Hahaha, Cuma temen Kka… kalau masalah ganteng mah, masih gantengan loe kok…” kataku memujinya. Aku dan Cakka memang saling memuji dan saling merendahkan diri masing-masing.
“Ha? Gue ganteng? Prekkk! Gantengan loe Ray…” kata Cakka malah balik memujiku.
“Yaampun Cakka kawekas.. dimana-mana juga cakepan loe kok.. santai ajaa.. hehehe..” balasku.
“Ora Ray.. cakepan loe… sumpah Ray.. loe tuh putih, lucu, apikkan neh…” kata Cakka terus memujiku.
“Gimana bisa? Aku kan pendek.. gantengan ya gantengan loe.. loe tinggi, putih, jago basket… wes too gantengan loe Kka..” kataku memujinya. Kalau sudah begini pasti aku dan Cakka saling memuji satu sama lain dan ujungnya kami malah akan bercanda-canda gak jelas. Hehehe. Cakka memang sahabatku yang paling baik dan gokil, dia selalu bisa membuatku tersenyum.
Kamipun terus bercanda dan saling melemparkan pujian.
***
Mengapa dia datang di saat seperti ini?
Mengapa masa laluku kembali lagi?
Mengapa luka lama yang aku coba tutup kembali terbuka lagi?
Mengapa kau kembali?
Mengapa?
Siang ini aku hendak pergi ke salah satu toko buku sepulang sekolah, tapi sayangnya Oik tidak bisa ikut denganku karena dia ada urusan di rumahnya.
“Acha, sorry y ague gak bisa temenin loe beli novel…” kata Oik dengan wajah merasa bersalah.
“Udah gak papa kok… gue bisa sendiri…hehehe..” kataku mencoba tak membuatnya merasa bersalah.
“Hahaha, yaudah kalau gitu gue balik dulu yaaa..” kata Oik. “Byeee..” diapun menlambaikan tangannya.
“Byee…” balasku, setelah melihatnya masuk ke mobil jemputannya aku berjalan mencari angkutan menuju toko buku itu. saat sebuah angkutan tepat melewati depan sekolahku, belum sempat aku menyetopnya tanganku sudah di raih oleh seseorang.
GYUT tiba-tiba tanganku di tarik oleh seseorang.
“Eh?” kataku kaget dan sejurus kemudian tanganku ditarik mendekati orang itu. aku kaget saat melihat orang yang menarik tanganku itu.
“Ka,Kamu…” kataku tergagap saat mendapati sosok di depanku.
“I,iya… ini aku… aku kak Ozy…” kata orang itu. ya dia adalah kak Ozy, masa laluku. Melihat wajahnya sontak aku langsung menepis tanganku yang tadi dia cengkram.
“Lepasin…” kataku menepis tangan kak Ozy.
“Ngapain kamu ke sini?” tanyaku ketus.
“Aku mau ngomong sama kamu…” katanya.
“Ngomong? Mau ngomong apa lagi? aku udah cukup sakit hati sama kamu…” kataku masih ketus.
“Please Cha.. kasih aku kesempatan… aku mau minta maaf sama kamu…” katanya.
“Maaf.. untuk apa? Udah gak ada yang perlu dimaafin lagi…aku udah cukup tenang kamu udah lulus dan gak akan sesekolah sama aku lagi.. jadi please jangan ganggu aku…” kataku.
“Tapi Cha…aku mohon.. kasih aku kesempatan , aku nyesel udah nyakitin kamu.. aku udah sadar Cha…” katanya terus meyakinkanku.
“Sadar tentang apa?” tanyaku jengkel.
“Aku sadar kalau ternyata aku cinta sama kamu Cha…” katanya sambil memegang kedua tanganku, jujur saat itu jantungku berdejat kencang, melihat dia menatapku aku merasakan angin segar yang berhembus di dalam tubuhku, namun melihat tatapannya itu juga membuatku ingat sakit hati yang dia berikan padaku.
“Aku sayang sama kamu Cha…” kata kak Ozy lembut. Aku mencoba berfikir, apa semudah ini aku memaafkan dia? Atas semua perlakuannya yang membuatku sakit hati? Enggak! Aku gak akan jatuh di lubang yang sama. Itu menyakitkan.
“ENGGAK kak!” kataku melepaskan tanganku dari tangannya. Nampak jelas dalam wajahnya eksepresi tak menyangka dan kecewa.
“ta,tapi kenapa Cha.. kenapa? Bukannya dulu kamu cinta sama aku? Kenapa semudah itu kamu lupain aku?” tanyanya.
“Mungkin dulu aku mencintaimu kak, tapi penghinaan kakak atas cintaku itu udah membuang semua rasa cintaku… kakak lupa, betapa teganya kakak menagatkan, kalau aku masih kecil dan aku gak tahu apa tentang cinta… itu sakit kak.. sakit… kakak pikir aku mainan yang dengan mudah kakak buang dan kakak ambil lagi? enggak kak! Aku punya harga diri…” kataku penuh penekanan dan tanpa kusadari air mata mulai mengucur dari pelupuk mataku.
“Tapi Cha, aku udah sadar sekarang…” katanya kali ini mulai memaksaku, dia mengambil tanganku lagi.
“Lepasin kak!” aku berusaha melepaskan tanganku, tapi dia mencengkramku lebih keras.
“Enggak! Aku gak akan lepasin kamu, sebelum kamu jujur dan kamu bilang kalau kamu sayang sama aku…” paksanya.
“Sayang? Enggak! Aku udah gak sayang sama kakak…” kataku makin menangis. “Lepasin kak..!” katany berusaha melepaskan tanganku tapi percuma saja.
“Enggak.! Kamu harus ikut aku… aku akan buat kamu cinta sama aku lagi” kata kak Ozy berusaha menarikku pergi namun aku tak mau, Dia semakin kencang mencengkram tanganku dan menarikku. Kali ini air mata yang aku tumpahkan bercampur dengan rasa sakit akibat cengkraman dan tarikannya.
“Aku gak mau ikut kak…Lepasin kak.. sakit…” rintihku.
“Aku gak akan lepasin kamu sebelum kamu ikut aku…” paksanya. Dia terus memaksaku untuk ikut dengannya.
***
Aku tak menyangka jika orang yang selama ini dianggap buruk memiliki hati yang baik…
Kedatangannya membuatku semakin yakin, stigma dari orang-orang sekitarku salah…
Dia yang semula dia anggap buruk ternyata memiliki jiwa yang lembut…
Don’t judge book from the cover :) –Larissa-
Kak Ozy masih terus memaksaku ikut dengannya.
“Ikut aku…” paksanya.
“Gak mau kak…Lepasinn..” rintihku makin menangis.
“HEY! LEPASIN TANGANNYA!” tiba-tiba muncul seseorang yang sangat aku kenal, dan dia mendekatiku dan kak Ozy.
“Siapa loe?” tanya Kak Ozy menatap orang itu dengan tatapan membunuh.
“Loe gak perlu tahu siapa gue… lepasin cewek itu…” katanya dengan berani.
“gak akan.. dia akan ikut gue… gue akan buktiin kalau dia masih cinta sama gue” kata kak Ozy masih belum mau melepas cengkramannya dari tanganku.
“Bodoh! Loe pikir dengan seperti itu dia akan mencintai loe? Bulshit broo…” kata cowok itu, aku tidak menyangka dia begitu pemberani.
“heh. Loe tuh gak tahu apa-apa yaaa.. jadi jangan ikut campur deh loe…” kata kak Ozy.
“Gue emang gak tahu apa-apa tapi setidaknya gue masih peka dan gue masih kasihan lihat seoarang cewek MENANGIS…” katanya sambil menunjukku yang penuh air mata. Tatapannya lembut.
“Acha…” Kak Ozy menatapku yang penuh air mata, sejurus kemudian dia melepaskan cengkaramnnya, seperti orang yang kesurupan kini setan yang merasukinya seketika hilang.
“Ma,maafkan aku Cha…” katanya bergetar. Aku sama sekali tak menawabnya, aku hanya menangis dan berlari mendekati sosok penolongku itu.
“Berfikirlah atas apa yang kau lakukan.. jangan paksakan orang lain untuk mencintaimu, sekalipun dulu dia pernah mencintaimu…” katanya pada kak Ozy, Nampak jelas dalam wajah kak ozy rasa jengel bercampur menyesal. Tanpa berkata apapun kak ozy pergi menelan kekecewaan.
Kini tinggalalah aku dengan penolongku itu.
“Terima kasih ya Kak Ray…” kataku. Ya penolongku itu adalah kak ray, pilihan hatiku. Betapa senangnya hatiku saat melihat kak ray membelaku di depan kak Ozy, ternyata dugaan Oik selama ini salah, kak Ray bukan sosok yang jahat dan sosok yang akan menyakitiku nantinya.
“Eh? Loe tahu nama gue?” tanya kak ray bingung. Astaga, apa yang barusan aku ucapkan, menyebut namanya? Bodoh. Itu akan membuatnya curiga, selama ini kan aku tak pernah berkenalan dengannya.
“E…eee…mm.. gue…” kataku gugup. Saking gugupnya aku langsung berlari pergi meninggalkan kak Ray saking malunya.
***
Gadis itu?siapa dia?
Apa dia gadis yang selama ini melihatku dari lantai atas?
Memikirkannya terus… apakah bisa membuatku menyatakan cinta?
Tapi Siapa dia? –Prasetya-
“E…eee…mm.. gue…” kata gadis gugup, belum sempat dia menjawab pertanyaanku, dia sudah keburu pergi. Saat aku melihatnya berlari tiba-tiba aku teringat dengan gadis yang selalu memperhatikanku dari lantai atas.
“Eh?” kataku kaget ketika melihat gadis itu berlari membelakangiku.
“Gadis itu? jangan-jangan gadis itu…” kataku mencoba menerka-nerka.
“Ahh sudahlah, mungkin ini Cuma perasaan gue aja…” kataku sejurus kemudian berjalan pergi, namun baru berapa langkah aku jalan aku menginjak sebuah gantungan kunci.
KREK..
“Eh?” akupun mengehentikan langkahku dan mengambil apa yang kuinjang.
“Gantungan kunci?” kataku. Gantungan kunci itu merupakan sebuah rangkaian kata.
“A-C-H-A… Acha…” kataku membaca tulisan itu.
“Jangan-jangan ini punya gadis itu? mungkin jatuh waktu dia di paksa sama cowok tadi, wahh kalau iya gue harus segera balikin nie, dia pasti nyariin…” akupun menggenggam gantungan itu dan langsung berlari mencari gadis itu.
Aku terus berlari tapi ternyata gadis itu sudah naik angkutan dan angkutan itu sudah berjalan cukup jauh, susah bagiku untuk mengejarnya.
“Yaahh udah jalan lagi…” kataku menyesal.
“Yaudah lah, besok aja geu balikin… besok gue cari dia di seluruh anak kelas X…” kataku. Sejurus kemudian mebalikkan badanku dan pulang ke rumah.
@rumah
Saat ini aku sudah berada di kamar sambil tiduran, sejak sepulang sekolah tadi aku terus memikirkan masalah gadis tadi dan gantungan itu.
“Acha… apa dia gadis yang sering gue lihat itu?? tapi kenapa dia langsung pergi saat gue tanya tau darimana dia nama gue?” aku terus menatap gantungan itu sambil tiduran. Jujur baru kali ini aku merasakan gejolak aneh dalam diriku. Aku merasakan sesuatu yang gak biasa saat melihat gadis itu. apa jangan-jangan aku suka padanya? Tapi apa semudah itu? begitu banyak gadis yang dekat denganku tetapi tak pernah kurasakan gejolak seperti ini. apa mungkin aku cinta padanya? Mengenalnya saja tak pernah. Huft… dia terus terngiang dalah pikiranku. Tapi Siapa Dia??
***
Sebuah kesengajaan yang membuatnya yakin tentang cintanya…
Tak di sangka Masa lalunya lah yang membuatnya dekat dengan pilihan hatinya…
Tapi bagaimana dengan Stigma sang sahabat mengenai pilihan hatinya???
Bisakah Stigma itu di patahkan olehnya??? –Author-
Saat ini Acha sedang membaca novel barunya di kelas, kejadian kemarin tak membuat Acha mengurungkan niatnya untuk membeli novel, bahkan bagi Acha dengan membeli novel dia bisa melupakan masalah itu.
“Hey Cha…” tiba-tiba Oik datang.
“Eh loe Ik.. kenapa?” tanya Acha seakan tak pernah terjadi sesuatu kemarin, kali ini dia memenag sedang tak ingin membahas masalah kemarin.
“Gimana kemarin loe jadi beli novel kan?” tanya Oik.
“Jadi donk… nie…” kata Acha sambil menunjukan novel yang dia baca tadi.
“Eh Ik.. gue boleh minjem komik conan vol 61 gak?” selain membaca novel, Acha juga suka membaca komik khususnya conan.
“Boleh kok.. kebetulan gue bawa…” kata Acha.
“Eh? Serius loe? Mana?” pinta Oik semangat.
“Bentar yaa…” kata Acha sejurus kemudian mengambil tasnya dan hendak membukanya, ketika tangannya hendak membuka resleting tas itu Acha baru sadar kalau gantungannya hilang.
“Loh..gantungan gue mana?” tanya Acha.
“Kenapa Cha?” tanya Oik.
“Gantungan gue Ik…gantungan gue ilang…” adu Acha.
“Ha? Gantungan? Yang mana?” tanya Oik.
“Gantungan yang ada nama gue… gantungan itu ilang Ik… aduhh mana yaa.. itukan gantungan dari kakak gue…” kata Acha panic.
“Eh serius loe? Masak sih?” tanya Oik gak percaya.
“beneran Ik… gue gak bohong…” kata Acha.
“Cob aloe cari dulu deh Cha, mungkin aja jatuh di dalem tas loe…” kata Oik mencoba menenangkan Acha.
“Gak mungkin Ik…” kata Acha udah panic banget. Acha terlihat sangat panic dan mencari-cari gantungannya.
“Cari ini..” tiba-tiba Ray datang membawa gantungan Acha, setelah bertanya-tanya yang bernama Acha, akhirnya Ray menemukan Acha di kelas X.2
Seketika Acha mendongakkan kepalanya.
“Kak ray…” kata Acha kaget.
“Loe cari ini kan…” kata ray menyodorkan gantungan Acha, melihat gantungan itu Acha langsung mengambilnya dengan girang.
“gantungan gue..astagaaa.. untung gak ilang…” kata Acha berbinar.
“Kemaren jatuh waktu kakak itu maksa loe…” kata Ray sambil tersenyum.
“Apa? Jadi kemaren jatuh yaa?? Yaaampunn, bodoh banget sih gue…” kata Acha.
“Bukan elo kok yang bodoh, tapi kakak kemaren aja yang terlalu kasar…” kata Ray. Acha hanya tersenyum malu.
“Loh Cha.. emang kemaren loe diapain?” tanya Oik yang sedari tadi gak donk.
“Entar gue ceritain deh…” kata Acha.
“Oiya, makasih ya kak.. untuk ada kakak yang mau mungut gantungan ini…” kata Acha senang.
“Iya sama-sama.. oiya entar istirahat ada urusan gak?” tanya Ray malu-malu.
“Hem? Istirahat? Enggak sih kak.. emang kenapa?” tanya Acha gugup, bayangkan saja, saat ini Acha sedang berbicara dengan pilihan hatinya.
“Hmm.. mau makan ke kantin bareng?” tawar Ray. sungguh seperti mendapatkan udara segar, Acha sangat kaget dan hatinya terlonjak bahagia, tapi tidak untuk Oik, dengan stigma yang selama ini dia miliki Oik Nampak kaget dan tak suka dengan penawaran Ray.
“Ma,makan kak?” kata Acha gugup.
“Loe gak mau yaa?” kata Ray. buru-buru Acha menepis perkataan Ray.
“Enggak kok kak.. Acha mau.. istirahat kak…” kata Acha girang. Terlihat wajah ray berbinar.
“yaudah kalau gitu entar waktu istirahat gue tunggu loe yaa..” kata Ray.
“I,iya kak…” kata Acha tersenyum. Sejurus kemudian ray pergi meningglakan Acha.
“Cha! Loe serius nerima tawaran dia? Cha.. gue udah bilang kan dia gak baik buat loe…” kata Oik.
“Please Ik.. kali ini ijinin gue yaa… ini kesempatana buat gue buktiin ke elo, kalau selama ini stigma loe salah tentang pilihan hati gue…” kata Acha penuh keyakinan. Melihat wajah Acha yang yakin Oik hanya pasrah saja.
“terserah loe deh… geu Cuma pingin yang terbaik buat loe…” kata Oik pasrah.
Dan akhirnya Achapun bisa menerima tawaran Ray tanpa beban.
Benar saat istirahat Ray menjemput Acha di kelasnya dan mereka makan bersama di kantin. Banyak mata tertuju pada mereka terutama cewek, banyak mata-mata iri dan cemburu melihat Acha dekat dengan Ray, namun Acha dan Ray tak perduli dan terus melanjutkan makan mereka.
***
Kenapa di saat pilihan hatinya mendekat dan stigma buruk tentang pilihannya hilang…
Bayangan mengenai masa lalunya kembali muncul?
Mungkin dia katakan benci…
Namun itu hanya kebohongan untuk membuat masa lalu itu pergi…
Jika saja masa lalu itu muncul lebih cepat, mungkin ini tak akan sesulit ini… -Author-
Hari kehari Acha dan Ray semakin dekat, Acha sama sekali tidak menduga kalau dia bisa dekat dengan sosok pilihanya, awalnya Acha tak pernah membayangkan bisa terjadi seperti ini, tapi ternyata Tuhan berkata lain Acha semakin dekat dengan Ray. sikap perhatian Ray membaut Acha semakin cinta pada Ray. Ray tak hanya dekat dengan Acha, Ray juga mencoba mendekati Oik sebagai temannya, Ray bersikap sangat baik terhadap Oik terlebih Acha dan berkat sikap baik yang ditunjukan oleh Ray stigma Oik mengenai Ray perlahan hilang dan dia menyerahkan semua keputusan pada Acha untuk memilih pilihan hatinya.
Mungkin masalah Oik sudah hilang, tapi masalah lebih besar muncul, kini dalam hati Acha tidak hanya ada Ray tapi muncul bayangan masa lalunya, dia adalah Ozy. mungkin karena cinta yang dulu begitu besar untuk Ozy membuat Acha kembali teringat tentang Ozy, bahkan Acha sempat berfikir, jika saja Ozy lebih cepat mengatakan maaf itu mungkin Acha kini sudah bahagia dengan Ozy, tapi sekarang masalahnya Acha juga jatuh di hati yang lain, dia adalah Ray, sosok yang sangat Acha sayangi.
Saat ini adalah saat yang paling tak di duga oleh Acha, secara tiba-tiba Ray menyatakan cinta pada Acha, sebenarnya ini sudah bisa di duga oleh Acha, dari semua perhatian dan kasih sayang yang Ray berikan tapi Acha tidak pernah berfikir kalau akan secepat ini.
“Cha… gue mau ngomong sama loe…” kata Ray saat dirinya dan Acha sedang berjalan-jalan di taman kota.
“Mau ngomong apa kak?” tanya Acha.
“Duduk sini dulu yuk…” ajar ray. akhirnya Ray dan Acha duduk di salah satu bangku taman. Tanpa babibu Ray berdiri lagi dan berjongkok di depan Acha sembari membawa bunga yang selama ini dia sembunyikan di balik badannya saat berjalan dengan Acha.
“Do you want to be my girlfriend Cha…” kata ray sambil menyodorkan bunga mawar di depan Acha. sontak Acha kaget, dia gak menyangka kalau ini akan terjadi, seketika wajah Acha memerah.
“Ka,kakak…” kata Acha gugup, ray hanya tersenyum tulus.
“Gimana Cha.. loe mau kan jadi cewek gue?” tanya Ray lagi. Acha Nampak bingung. Seharusnya ini mudah untuk Acha tapi entah mengapa ini terasa sangat sulit.
“A,Acha…” kata ACha gugup. Acha melihat wajah Ray yang berharap-harap cemas. Ketika meliaht wajah Ray tiba-tiba bayangan Ozy muncul wajah ray tiba-tiba berubaha menjadi Ozy dan berubah lagi menjadi Ray dan seterusnya, berulang kali dia melihat bayangan Ozy-Ray-Ozy-Ray-dan seterusnya. Wajah Acha Nampak bingung.
“Gimana Cha…” tanya Ray lagi. Acha masih belum menjawab, pikirannya buyar. Tanpa disadari ternyata dari jauh Ozy melihat kejadian itu dan buru-buru mencegah Acha berkata Ya.
“ACHA!!” tahan Ozy. Acha dan Ray Nampak kaget. Saat ozy semakin dekat Ray buru-buru bangkit untuk melindungi Acha.
“Ngapain lo eke sini lagi?” geram Ray sambil melindungi Ozy.
“Gue gak akan biarin loe miliki Acha… loe gak pantes buat Acha.. Cuma gue yang pantas buat Acha…” kata Ozy. Ray geram.
“Heh! Siapa loe… loe gak berhak atur gue.. Gue sangat menyayanyi Acha dan Acha juga sayang sama gue.. jadi gak ada yang bisa larang gue miliki Acha…” geram Ray.
“gak! Acha gak sayang sama loe.. Acha Cuma sayang sama gue.. ngerti loe! Dia lebih cinta sama gue…!” kata Ozy nyolot.
“Mungkin iya! Tapi itu dulu dan sekarang Acha cinta sama gue! Ngerti loe!” kata Ray gak kalah ngototnya.
“Dulu atau sekarang sama aja, Acha tetep cinta sama gue!” kata Ozy.
“Loe tuh ngeyel yaa!!” kata Ray sangat geram, ray hendak mengantam Ozy dan Ozy juga hendak menghantam Ray, hampir terjadi saling hantam anatar Ray dan Ozy namun Acha buru-buru menahannya.
“CUKUP!” tahan Acha yang mulai berlinang air mata sedari tadi melihat pertengkaran 2 orang yang pernah mengisi hatinya.
“Gue gak mau lihat perkelahian di sini.. !” kata Acha.
“Acha…” ucap Ray lirih, melihat air mata yang mulai mengucur di pipi Acha, Ray merasa bersalah.
“Maafin aku Cha.. aku gak bermaksud buat kamu sedih…” kata Ray mendekati Acha, namun di tahan oleh Ozy.
“Tunggu…” tahan Ozy.
“Apa-apaan sih loe? Loe gak lihat Acha nangis.. gue mau nenangin dia..” geram Ray.
“gak ada yang boleh mendekati Acha sebelum Acha memilih…” kata Ozy. Acha terbelalak mendengar perkataan Ozy.
“Apa maksud kakak?” tanya Acha di sela tangisnya.
“Kamu gak bisa gini terus Cha… aku tahu kata-kata kamu dulu bukan kejujuran, makanya aku ngotot untuk ajak kamu pergi dan buktiin semua… tapi aku juga tahu kalau kamu cinta sama Ray… Tapi kamu gak boleh egois Cha… kamu harus milih Cha.. aku atau dia…” kata Ozy. Acha semakin bingung. Ray Nampak sependapat.
“Kak Ozy benar Cha… sejak awal aku melihat pertengkaran loe sama kak Ozy gue yakin kalau loe masih suka sama kak Ozy, tapi gue juga yakin kalau loe udah suka sama gue karena loe gadis yang selalu ngelihatin gue dari atas kan?” kata Ray. Acha Nampak kaget mendengar perkataan Ray.
“Lo,loe tahu dari mana kalau gue sering ngelihatin loe?” tanya Acha.
“Karen ague juga sering ngelihatin loe, tanpa loe sadar… awalnya gue gak tahu siapa loe, tapi setelah lihat loe dulu gue sadar loe gadis itu dan setelah dekat sama loe, gue ngerasa kalau gue cinta sama loe…” kata Ray.
“Ja,jadi…” kata ACha.
“Iya Cha.. dan saatnya loe milih sekarang… loe gak akan terus kayak gini kan?” tanya Ray lembut. Acha mencoba memejamkan matanya kemudian dia memandang Ray dan ozy secara bergantian. Acha gak bisa melakukan ini.. ini cukup susah.. Acha butuh waktu.
“Enggakk.. sorry.. gue belum bisa kasih pilihan sekarang… gue butuh waktu…” kata Acha masih terisak. Namapk wajah kecewa di wajah ozy dan Ray.
“Oke Cha.. mungkin ini sulit.. aku kasih kamu waktu sampai kamu siap… kalau kamu sudah siap, hubungi aku…” kata Ozy.
“Iya Cha.. gue juga setuju.. dan untuk mempermudah loe, mungkin gue gak akan nemuin loe untuk waktu dekat ini…” kata Ray, Nampak wajah lega di wajah Acha.
“makasih…” kata Acha. akhirnya Ray dan ozy memberikan Acha waktu untuk berfikir.
***
Kenapa aku harus dihadapkan pada pilihan seperti ini?
Aku jatuh pada dua pilihan hati yang sulit…
Aku cinta kamu, tapi aku juga cinta dia… -Larissa-
Sudah 1 minggu setelah Ray dan ozy memberiku waktu berfikir dan seperti janji Ray dia sama sekali tak mendekatiku untuk memberiku waktu berfikir, tapi sampai sekarang aku sama sekali belum menemukan jalan jawaban, aku bingung harus bagaimana lagi, aku jatuh di dua pilihan hati yang sulit.
Oik sebagai sahabatku sudah mengetahui kegalauanku, dia juga merasa kasihan denganku.
Saat ini aku sedang duduk termenung di taman sekolah sampai sesetang datang.
“Hey…” sapanya. Aku kenal suara itu, akupun mendongakkan kepalaku dan benar tebakanku.
“Kak Ray…” dia kak Ray, dia menemuiku setelah 1 minggu tak menemuiku, aku merasa senang sekali, karena jujur aku sangat merindukannya.
“maaf kalau gue ngelanggar janji gue untuk gak nemuin loe..” kata Ray.
“Gak papa kok kak Ray… gue seneng karena loe mau nemuin gue… gue kangen sama loe Kak Ray…” kataku girang. Tak seperti kak Ray yang ku kenal dia hanya tersenyum tipis menangapi kata-kataku.
“Maafin gue ya kalau gue menjadi penghalang antara loe sama kak Ozy… kalau aja gue gak pernah dateng di kehidupan loe, loe gak akan kayak gini…” katanya sambil menatap lurus taman itu.
“Loe ngomong apa sih kak? Gue sama sekali gak nyalahin karena loe masuk ke kehidupan gue… malahan gue terimakasih banget sama loe karena loe udah mewarnai hidup gue…sebelumnya gue sama sekali gak pernah ngerasa sebahagia ini kalau sama cowok…” kataku, tapi lagi-lagi dia hanya tersenyum tipis.
“Apa loe udah ada jawaban?” tanyanya datar, aku hanya menggeleng.
“Gue udah duga, memang sulit untuk memilih siapa yang akan loe jadiin pilihan hati loe…” katanya. Aku tertegun mendengar perkataannya.
“Cha…” panggilnya.
“Ya kak..” jawabku.
“Cinta itu gak harus memiliki kok, dan cinta itu bukan sekedar kata-kata. Cinta yang sejati akan selalu ada di hati… jadi kalau emang loe gak milih gue, gue bisa terima kok… karena cinta gue akan terus abadi hati loe dan hati gue…” katanya membuatku benar-benar tertegun.
“Buat gue cinta itu bukan pilihan jadi loe gak mesti milih diantara cinta itu Cha… dan seandainya loe butuh keputusan loe tanya sama hati kecil loe… apa yang harus loe lakuin. Jawaban dari hati kecil loe itu adalah jawaban terbaik karena itu muncul dari diri loe…” kata kak Ray. Hati kecil? Benar! Hati kecilkulah yang akan menjawab semua ini.
Entah mengapa setelah mendengar perkataan kak Ray aku menjadi sadar tentang pilihan hatiku. Dan kini aku sudah menentukan pilihan hatiku. Ya! Pilihan hati yang muncul dari hati kecilku.
Akupun beranjak berdiri dari bangku itu, sejurus kemudian aku menatap kak Ray.
“terimakasih kak… berkat kakak aku tahu harus memilih apa..” kataku sambil tersenyum. Kak Ray hanya membalas senyumanku dengan senyuman.
“Besok jam 5 di Virgo café…” kataku. Kak Ray hanya mengangguk, akupun langsung pergi dan menghubungi kak Ozy.
***
Saatnya aku memilih…
Saatnya aku menentukan pilihan hatiku…
Siapapun yang aku pilih, itulah yang terbaik…
Karena pilihan ini muncul dari hati kecilku… -Larissa-
@virgo café – 17.14
Aku sengaja terlambat untuk menuju virgo café aku hanya ingin memberi waktu kak Ray dan Kak Ozy ngobrol, tapi ternyata yang aku lakukan salah, mereka sama sekali tidka berbicara, mereka hanya diam dengan tatapan sangar.
“Sorry Acha telat..” kataku. Akupun segera mengambil duduk di antara mereka berdua. Kami memilih meja yang berada di halaman agar bisa menikmati udara.
“udah pada pesen?” tanyaku basa-basi.
“gak usah Cha… sekarang apa jawabanmu?” Ozy nampak tak sabar sedangkan Ray tenang-tenang saja.
“Apa gak sebaiknya kita makan dulu…” kataku.
“Ayolah Cha…” kata ozy tak sabar. Aku menatap Ray dan Ray hanya mengisyaratkan padaku ini semua terserah padaku.
“Oke kalau memang kamu pingin aku kasih pilihan sekarang…” kataku. Akupun menghela nafas.
“Awalnya Acha bingung harus bagaimana, tapi kemarin Acha di datengin oleh seoarang cowok yang menyadarkan Acha untuk memilih sesuai hati kecil Acha…” kataku sambil tersenyum pada kak Ray.
“Terus?” tanya kak Ozy.
“Setelah Acha berfikir dan bertanya pada hati kecil Acha, Acha sadar dan Acha sudah memiliki jawaban untuk saat ini…” kataku. Aku sedikit menberi jeda pada kalimatku, aku mencoba mengela nafas.
“Untuk saat ini Acha memilih…………………………………………………….” Aku berhenti sejenak dan menatap dua cowok yang sudah berharap-harap cemas menanti jawabanku.
“Acha memilih, untuk tidak memilih siapapun…” kataku memebri jawaban. Namapk kak Ozy sangat kecewa, dan kak Ray sedikit kecewa namun Kak Ray mencoba untuk menghargai pilihanku.
“Maaf, untuk sekarang ini Acha gak bisa memilih salah satu diantara kalian berdua…” kataku.
“Tapi kenapa Cha?” tanya kak Ozy tidak puas dengan jawabanku.
“Cinta itu bukan pilihan kak… dan Acha yakin kalau memang kakak sayang sama Acha cinta Acha akan terus di hati kakak… untuk saat ini Acha belum bisa memilih diantara kalian…kalian begitu berharga untuk Acha… Acha gak mau menyakiti salah satu diantara kalian… lagipula Acha juga mau konsentrasi dulu sama prestasi Acha… Jadi maaf…” kataku. Kulihat Kak ozy sudah cukup menerima keputusanku.
“Oke Cha.. kakak ngerti kok sama keputusanku… maaf ya kalau selama ini kakak terkesan memaksa kamu…” kata kak Ozy.
“Iya kak.. Acha juga minta maaf… tapi percaya sama Acha, Acha sama sekali gak menyesal pernah mencintai kak Ozy dan kak Ray” kataku tulus.
“Oke kalau, Acha udah memebrikan jawaban kak, lebih baik Acha pulang aja deh… lagian Acha besok ada ulangan…” kataku beranjak berdiri dan hendak pergi.
“Tunggu Cha..” tiba-tiba suara kak Ray menahanku.
“Iya kak?” tanyaku.
“Kamu tetap ada di hatiku…” Astaga ini pertama kalinya dia menggunakan aku kamu.
Akupun tersenyum dan kembali jalan, namun aku mengentikan langkahhku ketika aku ingat sesuatu.
“Hey boys… ini bukan jawaban terakhir loh… hatiku masih terbuka lebah untuk yang masih mencintaiku… masih ada kesempatakan kok…:)” kataku tersenyum nakal sebelum aku melanjutkan langkahku aku sempat melihat mereka tesenyum bahagia atas harapan yang aku beri. Harapan ini bukan sekedar harapan loh.. aku benar-benar masih meberi mereka kesempatan untuk mereka yang masih mencintaiku.
“Achaaa… Aku akan buktiin kalau aku sayang sama kamu…” tak lama tersengar suara teriakan kak Ozy mengiringi langkahku.
“Achaaa… kamu tetap di hatiku… aku akan buktiin itu…” kali ini teriakan Kak ray yang mengiringi langkahku. Akupun hanya bisa tersenyum malu. Dan akhirnya berkat hati kecilku aku bisa menemukan Pilihan Hati…
-SELESAI-