masih ingat dengan petualan RAR? penasaran gak sama kelanjutannya? bagaimana cara mereka keluar dari masalah ni? apakah akhir cerita ini benar-benar akan berakhir...? atau ? hahaha... sudahlahh kita lihat sajaaa..
check this Out :)
***

***
“KYAAAAA!!!”
“I…..i….t….t….u…u…”
“Hanya 24 Jam.. selamatkan kami dan temanmu atau kita tak akan pernah bisa keluar…”
***
“KYAAAAA!!!” teriak Ray kaget saat melongokkan kepalanya ke dalam mulut sumur.
“I…i…t…t…u…u…” Ray teraggap setelah melihat banyak orang yang mati membusuk dalam sumur itu.
“Iyaaa…” jawab cewek itu datar.
“Ta…tapi…” kata Ray tergagap.
“Dia adalah korban yang gagal keluar dari sini…” kata gadis itu. Ray semakin bingung.
“mak,maksud loe?” tanya Ray bingung.
“Aku dan kakakku akan bernasib sama jika kau tak menolongku…” kata gadis itu.
“Ka,kakak? ta,tapi ke,kenapa, bi,bisa?” tanya Ray masih tergagap.
“Kami menerima surat tantangan dari SMA 666…” jawab cewek itu.
“Su,surat tantangan? Su,surat apa?” tanya Ray masih bingung.
“malam itu aku dan kakakku sedang bernyanyi-nyanyi di balkon kamarku sampai surat itu datang...” kata gadis itu seraya menerawang kejadian yang pernah dia alami dengan kakaknya.
FLASHBACK ON::
“theres only one way two say those three words and that's what i'll do…”saat itu aku dan kakakku sedang menyanyikan lagu 1,2,3,4 dari Plain White T’s tiba-tiba sebuah kertas diterbangkan menuju balkonku dan tepat berada di depanku dan kakakku.
“eh… apa ini?” tanya kakakku seraya mengambil surat itu.
“Gak tahu kak Oik… coba aja di buka…” kataku padanya.
“iya Ris…” kata kakakku kemudian membuka surat itu, aku melihat kakakku membaca surat itu tiba-tiba air mukanya berubah menjadi takut dan surat itu terlepas dari tangannya.
“Kenapa kak?” tanyaku, kakakku sama sekali tak menjawab karena heran aku memutuskan untuk mengambil surat itu dan membacanya.
“Datanglah jika kau berani… bawa serta adikmu… ini bukan ajakan tapi ini tantangan, jika kau tak datang, maka kau dan adikmu akan mati…”aku membaca surat itu dan sejurus kemudian air mukaku tak jauh beda dengan kakakku setelah membaca surat itu.
“Apa maksudnya ini kak?” tanyaku masih bergetar.
“Entahlah Ris… kita harus datang… ini bukan main-main…” kata kakakku dengan tatapan kosong, seperti dia terhipnotis.
“Tap,tapi kak…” kataku tak yakin.
“POKOKNYA KITA DATANG! SMA 666…” katanya dengan nada tinggi, entah mengapa sikapnya malam itu sangat mengerikan aku hanya bisa menuruti katanya dan kamipun masuk ke SMA 666 setelah kakakku mengajukan kepindahan sekolah.
FLASHBACK OFF::
“Dan seterusnya sama seperti apa yang dialami olehmu dan teman-temanmu…” kata gadis itu.
“Teman-teman gue… dari mana kau tahu tentang teman-teman gue…” tanya Ray bingung.
“Suara…” kata gadis itu. “Suaramu dan suara teman-temanmu terdengar jelas oleh telingaku…” lanjutnya.
“Bagaimana bisa? Dan bagaimana bisa gue sampai di sini?” tanya Ray masih bingung.
“Semua yang menerima surat itu akan datang ke salah satu tempat dari 3 tempat pembunuhan…” kata gadis itu.
“Ta,tapi gue gak pernah menerima surat itu…” kata Ray.
“Mungkin bukan kamu tapi temanmu…” kata gadis itu. Ray seraya berfikir.
“Rio…” lirih Ray.
“Larissa…” tiba-tiba seoarang gadis dengan langkah yang meraba-raba datang. Sang empunya namapun menengok dan menyambut sang empunya suara.
“Kak Oik…” kata gadis itu yang bernama Larissa sambil meraih tangan kakaknya.
“Apa ada orang di sini?” tanya kakaknya seakan meraba-raba keadaan.
“Iya kak.. dia yang akan menolong kitaa…” kata Larissa.
“Dia kakak loe?” tanya Ray.
“Iya dia kak Oik..” jawab Larissa.
“Diaa…” kata Ray tak berani melanjutkan kata-katanya.
“Iya… dia buta, pembunuh itu mencongkel kedua mata kak Oik ketika kak Oik hendak melawannya, untung saja aku dan kakakku bisa kabur…” tutur Larissa.
“Siapa dia Ris?” tanya Oik.
“Dia penolong kita kak… dia adalah jawaban untuk pertanyaan kita kak…” kata Larissa girang. Mendengar itu Ray merasa malu, dirinya yang selama ini pengecut ternyata diharapkan menyelamatkan nyawa 2 gadis yang sangat mengaharpkan bantuannya.
“Gue? Penolong? Bagaimana mungkin? Gue hanya seorang pengecut…” batin Ray tertunduk.
“Ka,kamu… terima kasih…” kata Oik sambil meraba-raba lembut wajah Ray, seraya ingin melihat wajah penolongnya itu. Ray semakin malu, kali ini dia benar-benar diharapkan untuk menjadi penolong. Ray bingung mau menjawab apa tapi tiba-tiba kata-kata yang ray paling takuti keluar dari mulutnya tanpa dia sadari.
“I,iya gue akan tolong kalian…” kata Ray tanpa sadar. Kata-kata itu membuat Larissa dan Oik semakin berharap pada pertolongan Ray tapi kata-kata itu juga membuat ray merutuki dirinya sendiri sebagai pengecut. Waktupun terus berjalan.
***
“I…..i….t….t….u…u…” kata Rio kaget.
“Iya…itu laut kematian…” jawab gadis itu.
“La,laut kematian? Maksudnya?” tanya Rio heran, sejurus kemudian gadis itu menatap Rio, kali ini tatapannya sejuk dan lembut.
“Tolong aku… aku tak ingin mati… tolong aku…” kata gadis itu.
“Ma,mati? Ta,tapi.. ke,kenapa bisa?” tanya Rio heran.
“Pembunuh itu menjebakku…” katanya.
“Menjebak?” tanya Rio.
“Surat tantangan itu…” kata gadis itu.
“Surat tantangan? Jadi loe juga dapet?” tanya Rio.
“Ya, dan aku melakukan kebodohan karena menerimanya…” kata gadis itu.
“Tapi kenapa loe bisa di sini?” tanya Rio heran.
“Aku juga gak tahu… tiba-tiba saja aku berada di sini, mungkin arwah korban sebelumnya yang sudah membawaku ke sini…” kata gadis itu.
“Jadi tadi kita?” tanya Rio.
“Ya, kita di bawa oleh arwah penasaran di pantai ini…” jelas gadis itu.
“Tapi elo bukan…” kata Rio waswas takut-takut gadis itu juga hantu.
“Bukan…gue Cuma korban nama gue Alyssa tapi kalau kita tidak segera pergi dari sini kita akan menjadi seperti mereka…” kata gadis iyang bernama Alyssa itu. Rio semakin heran dia hanya bisa terdiam dan menatap ngeri laut kematian itu, dia kuatir dengan keadaan teman-temannya, dia merasa bersalah karena kebodohannya menerima tantangan itu dia dan teman-temannya berada dalam bahaya. Waktupun terus berjalan.
***
“Hanya 24 Jam.. selamatkan kami dan temanmu atau kita tak akan pernah bisa keluar…” kata gadis itu yang kembali pingsan dan tubuhnya sangat dingin.
“24 jam? Apa maksudnya?” tanya Alvin dalam hati, saat ini dia benar-benar bingung mau berbuat apa. Apa semuanya sudah terlambat? Bagaimana cara keluar dari tempat ini? dan dimana Ray dan Rio? Alvin benar-benar bingung.
Setelah gadis itu pingsan Alvin terpaksa menggendongnya masuk ke dalam rumah tua itu, awalnya Alvin takut tapi dia tidak mungkin membiarkan gadis itu tergeletak di luar yang sangat dingin, dengan segenap keberaniannya Alvin menggendong gadis itu dan memasuki rumah tua itu.
Setibanya di dalam rumah tua itu Alvin merasakan kengerian tapi dia harus menebang semua ketakutannya dan meletakan gadis itu di kursi yang berada dalam rumah tua itu. sejenak setelah gadis itu dibaringkan di kursi Alvin hendak mencari sesuatu untuk menghangatkan tubuh gadis yang dingin itu tapi saat Alvin hendak melangkah tangannya di tahan.
GYUT…
“eh…” Alvin membalikkan bandannya dia lihatnya gadis itu sudah setengah sadar dan tangannya menahan langkah Alvin.
“Loe udah sadar?” tanya Alvin.
“Selamatkan aku…” kata gadis itu lemas. Alvin berusaha mendekatkan dirinya pada gadis itu, ketika dia mendekatkan dirinya pada gadis itu dia melihat sebuah liontin bertuliskan ‘Sivia’
“Sivia? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi dimana ya?” batin Alvin bingung.
“Selamatkan aku…” kata gadis itu benar-benar lemas.
“Apa maksud loe?” tanya Alvin.
“Dia telah mengambil seluruh keluargaku…” kata gadis itu.
“Mengambil? Apa maksud loe?” tanya Alvin semakin tidak mengerti.
“Dia membunuh seluruh keluargaku…” katanya.
“Keluarga yang terbunuh? Tunggu ! aku ingat dia.. dia yang beberapa minggu lalu berada di koran. Dia anak dari pengusaha pemilik Azizah corporation. Dia korban penculikan setelah keluarganya di bunuh…” batin Alvin.
“Lo,loe anak pemilik Azizah corporation?” tanya Alvin. gadis itu mengangguk lemas.
“Tapi kenapa loe ada di sini?” tanya Alvin.
“Surat tantangan itu… sehari setelah seluruh keluargaku di bunuh aku menerima surat tantangan itu, kalau aku mau bertemu dengan keluargaku lagi, aku harus masuk ke SMA 666…” jelas Sivia dengan sisa-sisa tenaganya.
“Surat tantangan? Jangan-jangan… Rio juga menerimanya, makanya dia ngebet sekolah di SMA 666, dia kan gila tantangan… dasar Rio bodoh, gara-gara dia kita semua dalam bahaya…” rutuk Alvin dalam hati.
“Sudah berapa lama loe di sini?” tanya Alvin.
“Mungkin 1 minggu…” kata Sivia.
“Tanpa makan?” tanya Alvin. Sivia mengangguk.
“Mukjizat, dalam keadaan seperti ini loe bisa bertahan tanpa makan?” kata Alvin.
“Tapi aku sudah gak kuat… dalam waktu 24 jam kalau kita tidak segera keluar kita akan terjebak selamanya di sini..” kata Sivia.
“Tapi bagaimana bisa kau tadi tiba-tiba membawa gue ke sini?” tanya Alvin.
“Entalah, aku hanya berjalan dan menemukanmu dan mengajakmu berjalan bersamaku, tiba-tiba aku kembali ke sini lagi, tempat aku di sekap…selamatkan aku…” kata Sivia.
“Ta,tapi gimana caranya?” tanya Alvin, Sivia hanya bisa terdiam. Mereka sama-sama tidak tahu bagaimana cara menyelamatkan diri mereka. waktupun terus berjalan.
***
“Gimana gue bisa bantuin Larissa sama Oik? Gue kan penakut.. ke kamar mandi malem sendiri aja gue gak berani masak gue harus bebasin mereka dari tempat yang gue sama sekali gak tahu.. arghhh…” Ray mengacak-acak rambut gondrongnya kesal, saat ini Ray sedang termenung memikirkan sebuah cara untuk menyelamatkan dia, Larissa dan Oik dari keadaan seperti ini. waktu sudah berjalan 5 jam. Ya selama 5 jam itu Ray terus berfikir cara untuk keluar dari hutan itu.
“Mungkin keberanian…” tiba-tiba Larissa datang dan mengambil duduk di sebelah Ray.
Ray tertegun mendengar perkataan Larissa.
“Keberanian? Tahu dari man aloe?” tanya Ray.
“Entahlah, aku hanya asal berbicara… tapi aku yakin dengan keberanian kita bisa keluar dari sini…” kata Larissa. Ray Nampak berfikir.
“Keberanian? Darimana gue bisa dapet keberanian itu?” batin Ray tertunduk.
“Tapi…” kata Ray ragu.
“Kamu gak sendiri kok, ada aku kan kak Oik yang bakalan bantu kamu…” kata Larissa tersenyum tulus. Ray tertegun mendengar kata-kata Larissa.
“L,loe… sifat loe beda banget sama yang tadi, waktu pertama loe tarik gue ke sini…” kata Ray heran. Larissa hanya tersenyum tipis.
“Maaf soal yang tadi, sebenrnya aku gak sedingin itu… aku hanya terlalu putus asa…” kata Larissa.
“kasihan gadis ini… dia sudah cukup menderita terjebak dalam hutan ini…” kata Ray sambil menatap Larissa kasihan.
“Gadis ini bener… gue harus berani, saatnya gue buktiin kalau gue bukan penakut dan gue seorang yang pemberani…” batin Ray sejurus kemudian beranjak berdiri dan langsung meraih tangan Larissa.
“eh..” tanggap Larissa saat tangannya tiba-tiba diraih oleh Ray sejenak setelah Ray beranjak.
“Kita harus segera pergi… waktu kita tak banyak…” kata Ray menatap Larissa penuh keyakinan, nampak senyum tersungging di bibir Larissa, Larissapun beranjak berdiri. Akhirnya Ray, Larissa dan Oik mulai petualangna mereka untuk keluar dari hutan itu.
***
“Gimana caranya kita keluar dari sini?” tanya Rio saat dia dan Alyssa sedang bingung mencari jalan keluar. Waktu juga sudah berjalan 5 jam.
“Entahlah, aku juga bingung, aku sudah berusaha untuk keluar dari sini percuma… paling mentok aku hanya bisa berpindah dari pantai ini ke sekolah dan aku tidak bisa keluar dari sekolah…” jelas Alyssa.
“Gimana car aloe bisa pindah dari pantai ini ke sekolah?” tanya Rio.
“Keyakinan…” kata Alyssa, Rio mengerutkan keningnya.
“Keyakinan? Maksud loe?” tanya Rio.
“Aku meyakinkan diriku kalau aku bisa keluar dari pantai ini tetapi entah kenapa paling mentok aku hanya pindah ke sekolah petaka itu.” kata Alyssa.
“Jadi.. kita hanya perlu yakin?” tanya Rio.
“Mungkin saja.. yang aku tahu hanya dengan itu aku bisa keluar dari pantai ini, tapi tidak mudah untuk mendapatkan keyakinan itu…” kata Alyssa.
“maksudnya? Apa susahnya mendapatkan keyakinan itu.” kata Rio.
“Jangan salah, aku sudah ribuan kali mencoba yakin tapi baru beberapa hari ini aku bisa melakukan perpindahan itu…” kata Alyssa. Rio semakin mengerutkan keningnya.
“Kalau begitu ajari gue untuk yakin…” kata Rio.
“Tidak bisa…” kata Alyssa.
“Loh gimana sih loe.. elo yang suruh gue bantuin loe keluar dari sini, tapi kenapa loe gak mau bantuin gue mendapatkan keyakinan…” kata Rio sebel. Alyssa hanya tersenyum.
“Keyakinan itu tidak bisa di buat dengan cara begitu… keyakinan itu muncul secara langsung dari hatimu…” kata Alyssa.
“Dari dalam hati? Maksudnya?” tanya Rio lagi.
“Pikirkan siapa-siapa saja orang yang ingin kamu sayangi dan tak ingin kamu tinggalkan.. yakinkan hatimu kalau kamu akan bertemu mereka, jadikan mereka motivas untukmu…” kata Alyssa. Rio tertegun.
“Ray, Alvin…” kata Rio teringat sahabatnya. Sejurus kemudian Rio mencoba menutup matanya dan dia duduk bersila di pasir, dia biarkan udara pantai kematian merasuki tubuhnya dia mencoba mengumpulkan segenap keyakinannya. Alyssa yang melihat Rio mulai menyusun keyakinannya itupun melakukan hal yang sama.
***
“Gimana? apa loe bisa jalan?” tanya Alvin pada Sivia yang mencoba bangkit dari tidurnya. Waktu sudah berjalan 5 jam.
“Aku coba…” kata Sivia mencoba bangkit.
“Ah…” Sivia terjatuh karena dia tak sanggup berdiri, untung saja Alvin respect menolongnya.
“Eh…” Alvin berusaha menahan tubuh Sivia yang nyaris terjatuh.
“Loe gak papa kan?” tanya Alvin.
“Gak papa kok.. kita harus segera pergi dari sini, waktu kita semakin habis,, tinggal 20 jam lagi…” kata Sivia berusaha bangkit lagi namun kali ini di cegah oleh Alvin.
“Udah gak usah di paksaain lagi, loe terlalu lemes..” kata Alvin menahan gerakan Sivia.
“Ta,tapi… kalau aku gak bangun kita gak akan bisa keluar dari sini…” kata Sivia. Alvin tak berkata apapun dia hanya berjongkok membelakangi kursi di mana Sivia terbaring.
“Ka,kamu…” kata Sivia kaget.
“naik ke pundak gue.. gue akan gendong loe sampai kita bisa keluar dari sini…” kata Alvin.
“Ta,tapi…” kata Sivia ragu.
“Waktu kita tak lama…” kata Alvin. Siviapun mengalah dan dia pun naik ke pundak Alvin. kemudian Alvin menggendong Sivia dan mulai berjalan mencari jalan keluar.
“Maafin aku, karena aku kamu jadi berkorban seperti ini…” kata Sivia dalam gendongan Alvin.
“Gue harus berkorban kalau kita mau keluar dari sini…” kata Alvin terus berjalan. Sivia hanya tersenyum dalam gendongan Alvin.
***
Keberanian Ray
“Kita di mana Ris?” tanya Oik saat dia diajak jalan oleh Larissa dan Ray. Ray, Larissa dan Oik sudah berjalan cukup lama, sekitar 9 jam berarti waktu mereka tinggal 10 jam lagi.
“Kita akan segera keluar dari sini kak…” kata Larissa berbinar sambil mengandeng kakaknya. Terlihat wajah Oik menjadi berbinar. Ray hanya tersenyum saat melihat rona bahagia di wajah Larissa dan Oik.
Mereka bertiga terus berjalan menyusuri hutan tiba-tiba Ray melihat secercah cahaya di ujung jalan yang mereka susuri.
“Larissa.. lihat itu.. ada cahaya…” kata Ray sambil menunjuk secerca cahaya itu.
“Cahaya? Akhirnya ada cahaya… mungkin itu jalan keluar kita. ayo kita harus segera ke sana..” ajak Larissa.
“Apa kita akan selamat?” tanya Oik.
“Iya kak.. kita akan selamat.. ayoo kita harus segera ke sana..” ajak Larissa. mereka bertigapun mempercepat langkah mereka tapi tiba-tibadi tengah jalan mereka bertiga di hadang oleh sekumpulan mayat hidup yang bergentayangan di hutan itu sontak mereka berteriak kecuali Oik yang tidak bisa melihat apa yang ada.
“KYAAAAA!!” teriak Larissa dan ray bersama. Ray sangat takut sekali. Hal yang dia takuti benar-benar terjadi, dia bertemu dengan hantu, makhluk yang paling dia takuti selain Tuhan.
“MAMAAA!!!” teraik Ray kencang. Tubuhnya bergetar dan bulu kuduknya berdiri semua.
“GRAA.. GWRA…” segerombolan mayak hidup itu semakin mendekati Ray, Larissa dan Oik.
“A,ada apa Ris?” tanya Oik bingung bercampur panic.
“Ma,mayat hidup kak..” jawab Larissa panic.
“Kyaa..” Ray Nampak panic sekali, lebih panic dari Larissa.
“Gimana nie Ray…” kata Larissa panic.
“gu,gue juga gak tahu…gu,gue takuttt…” kata Ray bergetar, keringatnya sudah mengucur dan bulu kuduknya semakin berdiri.
“Te,terus gimana? kamu udah janji kan bakalan bantuin aku dan kakakku keluar dari sini.. tunjukin kalau kamu berani!” kata Larissa.
“GUE GAK BERANI! GUE TAKUT!” teriak Ray ketakutan dan kali ini bercampur air mata.
“GRA.. GRAUW…” mayat-mayat itu terus mendekat.
“Ris apa yang terjadi?” tanya Oik.
“hikshiks.. Larissa gak tahu kak.. Larissa takut…” kata Larissa menangis. “Gue mohon tolong!!” pinta Larissa pada Ray.
“ENGGAK! GUE GAK BERANI!” teraik Ray benar-benar ketakutan.
“KAMU BERANI!!!!!!!!!” kata Larissa berteriak kencang. Suasana benar-benar genting saat ini.
“GAK BISA! GEU GAK BERANI!” kata Ray keringat dingin dia mengambil jarak menjauh dari Larissa dan Oik.
“TUNJUKIN KEBERANIANMU!!!!!!!!!!” teraik Larissa sekencang-kencangnya. Ray mencoba menetralisir ketakutannya. Dia mencoba mengatur nafasnya.
“Gue gak bisa…gue takut…” ucap Ray lirih, semakin lama mayat itu semakin dekat.
“Mama bantu aku…” kata Ray tanpa sadar mayat itu sudah sangat dekat dan menangkap Larissa dan Oik.
“KYAAAA!!!” teriak Larissa yang tangannya sudah diraih oleh mayat-mayat hidup ini. sontak Ray mendongak kearah Larissa.
“LARISSA OIK!” teriak Ray kaget.
“TOLONG!!!!!” teriak Larissa.
“LARISSA!” Ray hanya bisa berteriak memanggil Larissa tanpa berani menyelamatkan Larissa dan Oik.
“TOLONG!!” teriak OIk.
“OIK!!!” teriak Ray.
“TUNJUKIN KEBERANIANMU! AYOOO!! SELAMATKAN KAMI!!!!!” pinta Larissa. Ray mencoba tenang dan mengumpulkan segenap keberaniannya.
“Gue bisa.. gue harus berani.. keberanian kuncinya!” kata Ray meyakinkan dirinya.
“LARISSA OIK! Gue akan selametin loe…” kata Ray sejurus kemudian Ray mendekat dan mencoba menyelamatkan Larissa. dia mememdam segala ketakutannya, yang ada dalam diri Ray sekarang adalah keberanian.
“CIATTTT!!!” Ray melawan seluruh mayat itu dan berusaha menyelamatkan Larissa dan Oik. Dengan segenap tenaga dan keberaniannya Ray melawan mayat hidup itu, maka terjadilah pertarungan diantara Ray dan mayat hidup itu.
***
Keyakinan Rio
Sudah berjam-jam Rio mengumpulakn keyakinannya dengan Alyssa. Mata Rio terus tertutup selama kurang lebih 9 jam, memang benar kata Alyssa, sulit untuk mengumpulaan sebuah keyakinan yang akan membuat kita berpindah ke sekolah itu.
Mungkin karena Rio tipe orang yang tak sabar dia membuka matanya, perlahan matanya terbuka dan saat matanya terbuka dia melihat sosok yang sama seperti yang pernah dia lihat di kelas, cewek dengan lumuran darah di kepalanya.
“KYAA!” teriak Rio langsung tersentak jatuh ke belakang.
“Konsentrasi…” kata Alyssa yang matanya masih terpejam.
“Ta,tapi… hantu…” kata Rio kali ini ketakutan.
“Itu Cuma godaan… kita harus temukan keyakinan itu…” kata Alyssa.
Rio mencoba mengontrol ketakutannya dan dia kembali berkonsentrasi dan memejamkan matanya, awalnya dia tidak bisa berkonsetrasi karena godaan-godaan dari arwah gentayangan di laut itu.
“Lys..” panggil Rio masih belum bisa konsetrasi.
“Apa?” jawab Alyssa.
“Kok loe bisa sih konsetrasi… loe juga gak takut??” tanya Rio.
“Karen ague udah biasa dan gue memiliki kemauan untuk keluar dari sini…” kata Alyssa
“Tapi itu susah.. sudah berjam-jam kita di sini…tapi hasilnya…” kata
“Shutt… pikirkan saja orang yang kamu cintai… dan yakin tidak ada hal yang mustahil” kata Alyssa masih terpejam.
Rio berdiam sejenak, pikirannya kembali pada Ray dan Alvin, sahabat yang paling dia sayangi, sahabat yang sekarang sedang terjebak dalam bahaya karena ulahnya. Selain itu dia juga memikirkan keluarga yang akan kehilangan dia kalau di gagal keluar dari tempat terkutuk itu.
“Ray… Alvin…Mama…Papa…” kata Rio mencoba konsentrasi lagi.
“Gue yakin Gue akan keluar dari tempat ini, Gue yakin aku akan keluar dari tempat ini, Gue yakin Gue akan keluar dari tempat ini…” Rio terus mengucapkan kata-kata itu sembari menyusun keyakinan dalam dirinya.
***
Pengorbanan Alvin
Sudah berjam-jam –sama seperti lamanya Rio memejamkan matanya dan Ray berjalan menyusuri hutan- Alvin menggendong Via, mereka terus berputar-putar mengelilingi sekitar rumah tua itu, tapi hasilnya mereka terus kembali ke rumah tua itu. berjam-jam jalan mengendong seseorang dalam pundaknya bukan hal mudah, kalau boleh jujur Alvin sangat lelah langkahnya mulai terbata-bata. Kalau bukan karena pengorbanannya untuk keluar dari tempat itu dan mengelamatkan Sivia, mungkin Alvin sudah lama menjatuhkan Sivia tapi dia tidak tega karena Sivia sudah cukup lelah selama 1 minggu hidup tanpa makanan.
Alvin terus berusaha berjalan namun mereka kembali ke rumah tua itu lagi. ini sudha yang ke 15 kali mereka kembali lagi ke rumah tua itu setelah jalan cukup lama.
“Astaga! Rumah ini lagi…” rutuk Alvin.
“Kita kembali ke sini lagi?” tanya Sivia dalam gendongan Alvin.
“Gue rasa gitu deh…” jawab Alvin.
“Ah…” gendongan Alvin semakin melemas.
“Eh…” kata Sivia kaget.
“So,Sorry…” kata Alvin berusaha menaikan gendongannya namun tubuhnya melemas tangannya bergetar.
“Turunin aku…” pinta Sivia.
“Enggak… loe masih lemes…” kata Alvin tak mau menurunkan Sivia.
“Tapi kamu lebih lemas… kamu sudah menggengdongku lebih dari 7 jam… turunkan aku…” pinta Sivia.
“Tidak.. sebuah pengorbanan tidak boleh setengah-setengah…” kata Alvin.
“Ta,tapi…” kata Sivia. Alvin tidak menggubrisnya dia terus berjalan dengan menggendong Sivia. Pengorbanan Alvin terus berjalan dan sering juga Alvin terjatuh, namun saat Sivia meminta di turunkan Alvin menolak dan tetap berjalan sambil menggendong Sivia.
3 jam kemudian Alvin benar-benar merasa lelah dia terjatuh bersama dengan Sivia.
BRUKKK
Alvin ambruk dan dia nyaris saja pingsan, wajahnya sudah pucat, bibirnya sangat kering.
“Ka,kamu..” kata Sivia panic.
“ka,kamu gak papa kan?” tanya Sivia panic. Alvin menggeleng lemas dia berusaha bangkit.
“Gak.. gue gak papa…” kata Alvin berusaha bangkit, dia mencoba menatap wajah Sivia, tiba-tiba yang dia lihat dari wajah Sivia adalah seorang gadis dengan lumuran darah di wajahnya.
“KYAAA!!!!” teriak Alvin kaget.
“Loh.. kamu kenapa?” tanya Sivia panic.
“Ha,hantuuu!!” teriak Alvin sambil menunjuk-nunjuk Sivia.
“hantu? Mana?” tanya Sivia bingung.
“Lo,Loe hantu…” kata Alvin panic.
“A,aku.? Aku bukan hantu.. aku Sivia… ini aku Sivia…” kata Sivia meyakinkan Alvin.
“Wajah loe.. wajah loe… kyaa…” teriak Alvin.
“Wajahku? Kenapa dengan wajahku… ini aku.. aku Sivia…” kata Sivia.
“KYAAAA!!!” teriak Alvin menutup wajahnya.
“Please.. lihat aku lagi… ini aku Sivia.. jangan takut.. Cuma kamu yang bisa bantu aku…” kata Sivia. Alvin berusaha tenang dan perlahan dia membuka tangannya, memang benar itu Sivia.. jadi wajah tadi? Hanya halusinasi.. mungkin Alvin lelah.
“Sivia…” kata Alvin.
“Iya ini aku Sivia…” kata Sivia.
“Sorry.. tadi gue lihat wajah loe bener-bener nyeremin…” kata Alvin. Sivia menghela nafas.
“Mungkin kamu terlalu lelah, berjam-jam kamu menggendongku. Aku juga sering mengalamu halusinasi seperti itu…” kata Sivia. “Yasudah kita lanjutkan lagi perjalanan kita… Aku sudah agak enakkan kok…” kata Sivia. Alvin Cuma bisa mengangguk. Merekapun melanjutkan perjalanan mereka.
***
Hasil dari Keberanian Ray
Sekitar 5 jam lamanya Ray melawan segerombolan mayat hidup. Tak mudah untuk melawan sekitar 20 mayat hidup yang selalu bangkit lagi ketika di matikan. Ray mulai lelah tapi tidak ada satupun mayat yang mati.
“hoshos…” nafas ray mulai terengah-engah.
“Larissa. aku udah gak kuat…” kata ray sambil menepis beberapa perlawanan dari mayat hidup itu.
“KEBERANIAN! GUNAKAN ITU UNTUK MELAWANNYA! KEBERANIAN!” teriak Larissa yang masih di pegang oleh beberapa mayat.
“GUNAKAN KEBERANIANMU! MAYAT HANYALAH MAYAT MEREKA SUDAH MATI!” kali ini Oik ikut menyemangati Ray walaupun dirinya masih di tahan oleh mayat hidup itu.
Ray merasa mendapatkan sebuah kekuatan saat di beri semangat oleh Larissa dan Oik.
“Larissa, Oik…” kata Ray sejenak dia berfikir.
“benar.. sebuah keberanian… selama ini aku tak pernah berani.. saatnya aku meluapkan semua keberanianku… mayat hanyalah mayat mereka sudah mati… seharusnya aku bisa melawan mereka sejak awal.. sebuah keberanian!!!!” batin ray.
“KEBERANIAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Ray penuh keberanian. Seketika muncul cahaya dari tubuh Ray, seperti kekuatan gaib yang tak bisa di percaya, namun inilah yang terjadi pada Raynald Prasetya karena sebuah keberanian. Seketika seluruh mayat tadi lenyap satu persatu puluhan mayat itu musnah, Ray tidak menyangka dengan sebuah keberanian dia bisa melawan puluhan mayat, hal yang selama ini dia takuti.
“Gue… gue berhasil…” kata ray sambil tak menyangka.
“Kamu berhasil…” girang Larissa mendatangi Ray bersama dengan Oik.
“Terima kasih … terima kasih…” kata Oik tulus.
“Ini juga berkat kalian…” kata Ray. “yasudah waktu kita tak lama lagi… kita harus segera menembus cahaya itu….” kata ray.
“Iya…” jawab Larissa girang. Mereka bertigapun segera berlari menembus cahaya itu. seketika mereka semua hilang di telan cahaya itu.
***
Hasil dari Keyakinan Rio
5 jam kini sudah berlalu lagi, selama 5 jam itu Rio tak lepas dari godaan, bisikan-bisikan setan dan sentuhan-sentuhan arwah yang sangat membuat Rio tak berkonsetrasi. Sudah berjam-jam Rio mencari Keyakinan itu tapi percuma. Rio marah, Rio sebel. Dia memutuskan untuk mengehntikan semua itu.
“CUKUP!” Alvin membuka matanya dan beranjak berdiri. Alyssa tersentak kaget dan dia ikut membuka mata dan beranjak berdiri.
“Kenapa?” tanya Alyssa.
“Percumaa!!! Sudah hampir 20 jam kita melakukan hal bodoh ini… semuanya percuma. Kita tak bisa diam saja, lebih baik aku melawan ratusan mayat daripada duduk diam hanya untuk mencari sebuah keyakinan? Bulshit!” teriak Rio sebal.
“ternyata aku salah mengajakmu ke sini… aku salah…” kata Alyssa Nampak kecewa.
“Aku pikir kamu bisa menolongku… aku pikir kamu bisa membantuku.. kamu harus ingat satu hal sebuah keberanian tak akan terwujud tanpa keyakinan…” kata Alyssa. Rio tersentak, dia merasa malu saat ini.
“Tapi lyss… ini sudah 20 jam dan waktu kita hanya tinggal 4 jam…” kata Rio.
“Oleh karena itu… kumpulkan keyakinannmu, keyakinan bukan perkara berapa lama waktunya tapi seberapa besar keyakiannmu…” kata Alyssa. Rio terdiam.
“Sekarang kamu pikir… kalau kamu tidak segera mendapatkan keyakinan itu seluruh orang yang kamu cintai akan mati termasuk kamu dan sahabatmu…” kata Alyssa.
“Ray… Alvin…” kata Rio Lirih.
“pikirkan mereka.. yakinlah kalau kamu bisa menemui mereka.. yakinlah kalau kita bisa keluar dari sini… KEYAKINAN! KEYAKINAN !” kata Alyssa sejenak Rio sadar dan dia mulai memejamkan matanya diikuti oleh Alyssa.
“KEYAKINAN! KEYAKINAN!” teriak rio kali ini benar-benar penuh keyakinan.
“KEYAKINAN! KEYAKINAN!” Rio dan Alyssa berteriak bersama saling bergandengan tangan. Seketika seperti yang terjadi pada Ray dari tubuh Rio terpancar cahaya keyakinan dan seketika Rio dan Alyssa menghilang dari pantai itu.
***
Hasil dari Pengorbanan Alvin
5 jam kini sudah berjalan lagi. Alvin dan Sivia terus saja berputar-putar sekitar rumah tua itu. Sivia kembali melemas tubuhnya semakin bergetar dan dia nyaris terjatuh, untung saja Alvin menolongnya.
“ah…” Sivia melemas.
“eh…” Alvin sontak menolong Sivia yang hendak jatuh pingsan lagi.
“Loe gak papa?” tanya Alvin panic.
“Aku capek…” kata Sivia. Tanpa babibu Alvin langsung membopong Sivia kali ini bukan denga pundaknya tapi dengan kedua tangannya.
“Eh..” kata Sivia heran.
“Udah.. loe gak usah protes lagi.…” kata Alvin.
“Tapi kamu kan juga capek.. muka kamu lemas…” kata Sivia.
“Udah ini sebuah pengorbanan…” kata Alvin, merekapun terus berjalan. Baru berjalan beberapa langkah Alvin nyaris tersungkur namun kali ini dia mencoba menahannya dia berjalan dengan penuh pengorbanan.
“Tuhan aku mohon beri aku kekuatan…” batin Alvin sambil berjalan terbata-bata.
Alvin berjalan lagi, dia tersungkur lagi.
“TUHANN AKU MOHON BERI AKU KEKUATAN… DEMI SEBUAH PENGORBANAN!!!” teriak Alvin dengan sepenuh hati. Seketika karena kelutusan Alvin untuk berkorban demi Sivia, sama seperti yang dialami oleh ray dan rio muncul cahaya dari tubuh Alvin dan seketika Alvin dan Sivia hilang besamaan dengan cahaya itu.
***
Keberanian, Keyakinan, dan Pengorbanan
Di lapangan sekolah SMA 666 tampak seberkas cahaya dari 2 sudut yang berbeda lama kelamaan cahaya itu semakin besar dan tiba-tiba muncul seseorang dari dalam cahaya itu.
SRESSSSSSSS muncul 7 orang dari 3 cahaya itu.
“KYAAA!!!” teriak semua orang itu.
Ternyata ada Ray, Alvin, Rio, Larissa, Oik, Sivia, dan Alyssa yang keluar dari cahaya itu.
“Rio, Alvin?” ray nampak bahagia melihat sahabatnya.
“Ray, Alvin?” Rio juga Nampak bahagia melihat sahabatnya.
“Rio, Ray?” Alvin tak kalah bahagianya melihat sahabatnya.
“Kalian selamat?” kata RAR bersamaan. Sejurus kemudian mereka saling berpelukan.
“Tak semudah itu anak muda…” tiba-tiba muncul seoarang pria dengan jubah hitam.
“Di,dia… dia pembunuh itu…” kata Sivia panic. Mendengar suara Sivia Alvin langsung mengarahkan pandangannya kea rah pria itu diikuti oleh Ray dan Rio
“pak Duta?” kaget RAR.
“Ya,, ternyata kalian bukan orang bodoh yaa.. kalian bisa lolos dari jeratan Duta The Shadow…” kata pak Duta.
“Ja,jadii.. kata-kata pak duta itu.. anjritt,, loe udah buat gue sama temen-temen gue dalam bahaya dan elo juga udah buat banyak orang mati.
“Persetan dengan semua itu… yang jelas kalian aku mati!!!” kata Duta sambil menodongkan pistol.
“Anjrit.. dia bawa pistol… kita gak akan mungkin ngelawan mereka dan wanita-wanita di belakang kita butuh bantuan kita” bisik Alvin.
“Kita gak boleh takut… kita harus berani.. sebuah KEBERANIAN…” kata Ray. Alvin dan Rio sontak kaget dengan kata-kata Ray, seoarang Ray bis mengatakan kata keberanian.
“Loe bener Ray… dengan sebuah KEBERANIAN… dan KEYAKINAN bahwa tak ada yang mustahil..” kata Rio.
“sebuah KEBERANIAN untuk maju di tengah KEYAKINAN bahwa tak ada yang mustahil maka kita akan melakukan PENGORBANAN untuk orang yang kita sayangi…” kata Alvin.
“KEBERANIAN!!!!” teriak Ray mengandeng Rio
“KEYAKINAN!!!!” lanjut Rio menggandeng Ray dan Alvin.
“PENGORBANAN!!!” lanjut Alvin menggandeng Rio bersamaan dengan itu peluru dalam pistol Duta tepat meluncur mendekati RAR. Mereka bertiga saling bergandengan dan berteriak bersama dalam KEBERANIAN, KEYAKINAN dan PENGORBANAN.
“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!” teriak mereka bersama-sama dalam KEBERANIAN, KEYAKINAN dan PENGORBANAN.
***
Pagi ini di sebuah perumahan.
“KYAAA!!!” dari 3 rumah yang bersebelahan terdengar sebuah teriakan bersamaan dari 2 lelaki.
“It’s just dream?” kata 3 cowok itu. mereka adalah RAR.
“Hahahahaha..” mereka pun tertawa dari tempat yang berbeda. Karena jam sudah menujukan pukul 06.00 dan pada minggu ini mereka berencana bermain bersama merekapun bangkit dan bersiap-siap.
Secara bersamaan mereka keluar dari rumah mereka masing-masing.
“Woi ma broo…” sapa Alvin yang rumahnya berada di tengah.
“Woi…” balas Ray dan Rio. Merekapun berjalan dan bertemu di depan rumah Alvin, pertengan rumah mereka bertiga.
“Semalem gue mimpi…” ucap mereka bersama.
“jadi… hahahahaha…” mereka tertawa bersama.
“udah ahh gue males bahas…” kata Rio.
“hahaha.. sama…” kata Alvin setuju.
“Hahahaha..” merekapun tertawa bersama. Ditengah tawanya tiba-tiba muncul 4 cewek cantik.
“Hey…” sapa cewek itu. RAR pun menegok dan mereka kaget saat mendapati 4 cewek yang wajahnya mirip dengan cewek yang ada di mimpi mereka.
“Kita penghuni baru di rumah depan… nama gue..Ify…” kata gadis yang kurus dan manis itu memperkenalkan diri.
“Gue Acha…” kata yang paling imut.
“Gue Via…” kata yang paling cubby dengan rambut lebatnya.
“Gue Oik kakaknya Acha…kami berempat ngekost di rumah depan” katanya yang rambutnya paling pendek.
Terlihat wajah RAR berbinar.
“Hahahahahahahahahaha…” mereka semua malah tertawa sedangkan Ify, Acha, Via dan Oik cengo melihat tingkah RAR yang tertawa lepas seperti itu.
***
hehe, maaf kalau jelek.. :)
maaf kalau masih gantung...
I don't know...Iit's mystery :)
apa mungkin masih ada petualangan lagi?
hehehe..
I'm Sorry, It's just dream... :)
coment please. :)
check this Out :)
***

***
“KYAAAAA!!!”
“I…..i….t….t….u…u…”
“Hanya 24 Jam.. selamatkan kami dan temanmu atau kita tak akan pernah bisa keluar…”
***
“KYAAAAA!!!” teriak Ray kaget saat melongokkan kepalanya ke dalam mulut sumur.
“I…i…t…t…u…u…” Ray teraggap setelah melihat banyak orang yang mati membusuk dalam sumur itu.
“Iyaaa…” jawab cewek itu datar.
“Ta…tapi…” kata Ray tergagap.
“Dia adalah korban yang gagal keluar dari sini…” kata gadis itu. Ray semakin bingung.
“mak,maksud loe?” tanya Ray bingung.
“Aku dan kakakku akan bernasib sama jika kau tak menolongku…” kata gadis itu.
“Ka,kakak? ta,tapi ke,kenapa, bi,bisa?” tanya Ray masih tergagap.
“Kami menerima surat tantangan dari SMA 666…” jawab cewek itu.
“Su,surat tantangan? Su,surat apa?” tanya Ray masih bingung.
“malam itu aku dan kakakku sedang bernyanyi-nyanyi di balkon kamarku sampai surat itu datang...” kata gadis itu seraya menerawang kejadian yang pernah dia alami dengan kakaknya.
FLASHBACK ON::
“theres only one way two say those three words and that's what i'll do…”saat itu aku dan kakakku sedang menyanyikan lagu 1,2,3,4 dari Plain White T’s tiba-tiba sebuah kertas diterbangkan menuju balkonku dan tepat berada di depanku dan kakakku.
“eh… apa ini?” tanya kakakku seraya mengambil surat itu.
“Gak tahu kak Oik… coba aja di buka…” kataku padanya.
“iya Ris…” kata kakakku kemudian membuka surat itu, aku melihat kakakku membaca surat itu tiba-tiba air mukanya berubah menjadi takut dan surat itu terlepas dari tangannya.
“Kenapa kak?” tanyaku, kakakku sama sekali tak menjawab karena heran aku memutuskan untuk mengambil surat itu dan membacanya.
“Datanglah jika kau berani… bawa serta adikmu… ini bukan ajakan tapi ini tantangan, jika kau tak datang, maka kau dan adikmu akan mati…”aku membaca surat itu dan sejurus kemudian air mukaku tak jauh beda dengan kakakku setelah membaca surat itu.
“Apa maksudnya ini kak?” tanyaku masih bergetar.
“Entahlah Ris… kita harus datang… ini bukan main-main…” kata kakakku dengan tatapan kosong, seperti dia terhipnotis.
“Tap,tapi kak…” kataku tak yakin.
“POKOKNYA KITA DATANG! SMA 666…” katanya dengan nada tinggi, entah mengapa sikapnya malam itu sangat mengerikan aku hanya bisa menuruti katanya dan kamipun masuk ke SMA 666 setelah kakakku mengajukan kepindahan sekolah.
FLASHBACK OFF::
“Dan seterusnya sama seperti apa yang dialami olehmu dan teman-temanmu…” kata gadis itu.
“Teman-teman gue… dari mana kau tahu tentang teman-teman gue…” tanya Ray bingung.
“Suara…” kata gadis itu. “Suaramu dan suara teman-temanmu terdengar jelas oleh telingaku…” lanjutnya.
“Bagaimana bisa? Dan bagaimana bisa gue sampai di sini?” tanya Ray masih bingung.
“Semua yang menerima surat itu akan datang ke salah satu tempat dari 3 tempat pembunuhan…” kata gadis itu.
“Ta,tapi gue gak pernah menerima surat itu…” kata Ray.
“Mungkin bukan kamu tapi temanmu…” kata gadis itu. Ray seraya berfikir.
“Rio…” lirih Ray.
“Larissa…” tiba-tiba seoarang gadis dengan langkah yang meraba-raba datang. Sang empunya namapun menengok dan menyambut sang empunya suara.
“Kak Oik…” kata gadis itu yang bernama Larissa sambil meraih tangan kakaknya.
“Apa ada orang di sini?” tanya kakaknya seakan meraba-raba keadaan.
“Iya kak.. dia yang akan menolong kitaa…” kata Larissa.
“Dia kakak loe?” tanya Ray.
“Iya dia kak Oik..” jawab Larissa.
“Diaa…” kata Ray tak berani melanjutkan kata-katanya.
“Iya… dia buta, pembunuh itu mencongkel kedua mata kak Oik ketika kak Oik hendak melawannya, untung saja aku dan kakakku bisa kabur…” tutur Larissa.
“Siapa dia Ris?” tanya Oik.
“Dia penolong kita kak… dia adalah jawaban untuk pertanyaan kita kak…” kata Larissa girang. Mendengar itu Ray merasa malu, dirinya yang selama ini pengecut ternyata diharapkan menyelamatkan nyawa 2 gadis yang sangat mengaharpkan bantuannya.
“Gue? Penolong? Bagaimana mungkin? Gue hanya seorang pengecut…” batin Ray tertunduk.
“Ka,kamu… terima kasih…” kata Oik sambil meraba-raba lembut wajah Ray, seraya ingin melihat wajah penolongnya itu. Ray semakin malu, kali ini dia benar-benar diharapkan untuk menjadi penolong. Ray bingung mau menjawab apa tapi tiba-tiba kata-kata yang ray paling takuti keluar dari mulutnya tanpa dia sadari.
“I,iya gue akan tolong kalian…” kata Ray tanpa sadar. Kata-kata itu membuat Larissa dan Oik semakin berharap pada pertolongan Ray tapi kata-kata itu juga membuat ray merutuki dirinya sendiri sebagai pengecut. Waktupun terus berjalan.
***
“I…..i….t….t….u…u…” kata Rio kaget.
“Iya…itu laut kematian…” jawab gadis itu.
“La,laut kematian? Maksudnya?” tanya Rio heran, sejurus kemudian gadis itu menatap Rio, kali ini tatapannya sejuk dan lembut.
“Tolong aku… aku tak ingin mati… tolong aku…” kata gadis itu.
“Ma,mati? Ta,tapi.. ke,kenapa bisa?” tanya Rio heran.
“Pembunuh itu menjebakku…” katanya.
“Menjebak?” tanya Rio.
“Surat tantangan itu…” kata gadis itu.
“Surat tantangan? Jadi loe juga dapet?” tanya Rio.
“Ya, dan aku melakukan kebodohan karena menerimanya…” kata gadis itu.
“Tapi kenapa loe bisa di sini?” tanya Rio heran.
“Aku juga gak tahu… tiba-tiba saja aku berada di sini, mungkin arwah korban sebelumnya yang sudah membawaku ke sini…” kata gadis itu.
“Jadi tadi kita?” tanya Rio.
“Ya, kita di bawa oleh arwah penasaran di pantai ini…” jelas gadis itu.
“Tapi elo bukan…” kata Rio waswas takut-takut gadis itu juga hantu.
“Bukan…gue Cuma korban nama gue Alyssa tapi kalau kita tidak segera pergi dari sini kita akan menjadi seperti mereka…” kata gadis iyang bernama Alyssa itu. Rio semakin heran dia hanya bisa terdiam dan menatap ngeri laut kematian itu, dia kuatir dengan keadaan teman-temannya, dia merasa bersalah karena kebodohannya menerima tantangan itu dia dan teman-temannya berada dalam bahaya. Waktupun terus berjalan.
***
“Hanya 24 Jam.. selamatkan kami dan temanmu atau kita tak akan pernah bisa keluar…” kata gadis itu yang kembali pingsan dan tubuhnya sangat dingin.
“24 jam? Apa maksudnya?” tanya Alvin dalam hati, saat ini dia benar-benar bingung mau berbuat apa. Apa semuanya sudah terlambat? Bagaimana cara keluar dari tempat ini? dan dimana Ray dan Rio? Alvin benar-benar bingung.
Setelah gadis itu pingsan Alvin terpaksa menggendongnya masuk ke dalam rumah tua itu, awalnya Alvin takut tapi dia tidak mungkin membiarkan gadis itu tergeletak di luar yang sangat dingin, dengan segenap keberaniannya Alvin menggendong gadis itu dan memasuki rumah tua itu.
Setibanya di dalam rumah tua itu Alvin merasakan kengerian tapi dia harus menebang semua ketakutannya dan meletakan gadis itu di kursi yang berada dalam rumah tua itu. sejenak setelah gadis itu dibaringkan di kursi Alvin hendak mencari sesuatu untuk menghangatkan tubuh gadis yang dingin itu tapi saat Alvin hendak melangkah tangannya di tahan.
GYUT…
“eh…” Alvin membalikkan bandannya dia lihatnya gadis itu sudah setengah sadar dan tangannya menahan langkah Alvin.
“Loe udah sadar?” tanya Alvin.
“Selamatkan aku…” kata gadis itu lemas. Alvin berusaha mendekatkan dirinya pada gadis itu, ketika dia mendekatkan dirinya pada gadis itu dia melihat sebuah liontin bertuliskan ‘Sivia’
“Sivia? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi dimana ya?” batin Alvin bingung.
“Selamatkan aku…” kata gadis itu benar-benar lemas.
“Apa maksud loe?” tanya Alvin.
“Dia telah mengambil seluruh keluargaku…” kata gadis itu.
“Mengambil? Apa maksud loe?” tanya Alvin semakin tidak mengerti.
“Dia membunuh seluruh keluargaku…” katanya.
“Keluarga yang terbunuh? Tunggu ! aku ingat dia.. dia yang beberapa minggu lalu berada di koran. Dia anak dari pengusaha pemilik Azizah corporation. Dia korban penculikan setelah keluarganya di bunuh…” batin Alvin.
“Lo,loe anak pemilik Azizah corporation?” tanya Alvin. gadis itu mengangguk lemas.
“Tapi kenapa loe ada di sini?” tanya Alvin.
“Surat tantangan itu… sehari setelah seluruh keluargaku di bunuh aku menerima surat tantangan itu, kalau aku mau bertemu dengan keluargaku lagi, aku harus masuk ke SMA 666…” jelas Sivia dengan sisa-sisa tenaganya.
“Surat tantangan? Jangan-jangan… Rio juga menerimanya, makanya dia ngebet sekolah di SMA 666, dia kan gila tantangan… dasar Rio bodoh, gara-gara dia kita semua dalam bahaya…” rutuk Alvin dalam hati.
“Sudah berapa lama loe di sini?” tanya Alvin.
“Mungkin 1 minggu…” kata Sivia.
“Tanpa makan?” tanya Alvin. Sivia mengangguk.
“Mukjizat, dalam keadaan seperti ini loe bisa bertahan tanpa makan?” kata Alvin.
“Tapi aku sudah gak kuat… dalam waktu 24 jam kalau kita tidak segera keluar kita akan terjebak selamanya di sini..” kata Sivia.
“Tapi bagaimana bisa kau tadi tiba-tiba membawa gue ke sini?” tanya Alvin.
“Entalah, aku hanya berjalan dan menemukanmu dan mengajakmu berjalan bersamaku, tiba-tiba aku kembali ke sini lagi, tempat aku di sekap…selamatkan aku…” kata Sivia.
“Ta,tapi gimana caranya?” tanya Alvin, Sivia hanya bisa terdiam. Mereka sama-sama tidak tahu bagaimana cara menyelamatkan diri mereka. waktupun terus berjalan.
***
“Gimana gue bisa bantuin Larissa sama Oik? Gue kan penakut.. ke kamar mandi malem sendiri aja gue gak berani masak gue harus bebasin mereka dari tempat yang gue sama sekali gak tahu.. arghhh…” Ray mengacak-acak rambut gondrongnya kesal, saat ini Ray sedang termenung memikirkan sebuah cara untuk menyelamatkan dia, Larissa dan Oik dari keadaan seperti ini. waktu sudah berjalan 5 jam. Ya selama 5 jam itu Ray terus berfikir cara untuk keluar dari hutan itu.
“Mungkin keberanian…” tiba-tiba Larissa datang dan mengambil duduk di sebelah Ray.
Ray tertegun mendengar perkataan Larissa.
“Keberanian? Tahu dari man aloe?” tanya Ray.
“Entahlah, aku hanya asal berbicara… tapi aku yakin dengan keberanian kita bisa keluar dari sini…” kata Larissa. Ray Nampak berfikir.
“Keberanian? Darimana gue bisa dapet keberanian itu?” batin Ray tertunduk.
“Tapi…” kata Ray ragu.
“Kamu gak sendiri kok, ada aku kan kak Oik yang bakalan bantu kamu…” kata Larissa tersenyum tulus. Ray tertegun mendengar kata-kata Larissa.
“L,loe… sifat loe beda banget sama yang tadi, waktu pertama loe tarik gue ke sini…” kata Ray heran. Larissa hanya tersenyum tipis.
“Maaf soal yang tadi, sebenrnya aku gak sedingin itu… aku hanya terlalu putus asa…” kata Larissa.
“kasihan gadis ini… dia sudah cukup menderita terjebak dalam hutan ini…” kata Ray sambil menatap Larissa kasihan.
“Gadis ini bener… gue harus berani, saatnya gue buktiin kalau gue bukan penakut dan gue seorang yang pemberani…” batin Ray sejurus kemudian beranjak berdiri dan langsung meraih tangan Larissa.
“eh..” tanggap Larissa saat tangannya tiba-tiba diraih oleh Ray sejenak setelah Ray beranjak.
“Kita harus segera pergi… waktu kita tak banyak…” kata Ray menatap Larissa penuh keyakinan, nampak senyum tersungging di bibir Larissa, Larissapun beranjak berdiri. Akhirnya Ray, Larissa dan Oik mulai petualangna mereka untuk keluar dari hutan itu.
***
“Gimana caranya kita keluar dari sini?” tanya Rio saat dia dan Alyssa sedang bingung mencari jalan keluar. Waktu juga sudah berjalan 5 jam.
“Entahlah, aku juga bingung, aku sudah berusaha untuk keluar dari sini percuma… paling mentok aku hanya bisa berpindah dari pantai ini ke sekolah dan aku tidak bisa keluar dari sekolah…” jelas Alyssa.
“Gimana car aloe bisa pindah dari pantai ini ke sekolah?” tanya Rio.
“Keyakinan…” kata Alyssa, Rio mengerutkan keningnya.
“Keyakinan? Maksud loe?” tanya Rio.
“Aku meyakinkan diriku kalau aku bisa keluar dari pantai ini tetapi entah kenapa paling mentok aku hanya pindah ke sekolah petaka itu.” kata Alyssa.
“Jadi.. kita hanya perlu yakin?” tanya Rio.
“Mungkin saja.. yang aku tahu hanya dengan itu aku bisa keluar dari pantai ini, tapi tidak mudah untuk mendapatkan keyakinan itu…” kata Alyssa.
“maksudnya? Apa susahnya mendapatkan keyakinan itu.” kata Rio.
“Jangan salah, aku sudah ribuan kali mencoba yakin tapi baru beberapa hari ini aku bisa melakukan perpindahan itu…” kata Alyssa. Rio semakin mengerutkan keningnya.
“Kalau begitu ajari gue untuk yakin…” kata Rio.
“Tidak bisa…” kata Alyssa.
“Loh gimana sih loe.. elo yang suruh gue bantuin loe keluar dari sini, tapi kenapa loe gak mau bantuin gue mendapatkan keyakinan…” kata Rio sebel. Alyssa hanya tersenyum.
“Keyakinan itu tidak bisa di buat dengan cara begitu… keyakinan itu muncul secara langsung dari hatimu…” kata Alyssa.
“Dari dalam hati? Maksudnya?” tanya Rio lagi.
“Pikirkan siapa-siapa saja orang yang ingin kamu sayangi dan tak ingin kamu tinggalkan.. yakinkan hatimu kalau kamu akan bertemu mereka, jadikan mereka motivas untukmu…” kata Alyssa. Rio tertegun.
“Ray, Alvin…” kata Rio teringat sahabatnya. Sejurus kemudian Rio mencoba menutup matanya dan dia duduk bersila di pasir, dia biarkan udara pantai kematian merasuki tubuhnya dia mencoba mengumpulkan segenap keyakinannya. Alyssa yang melihat Rio mulai menyusun keyakinannya itupun melakukan hal yang sama.
***
“Gimana? apa loe bisa jalan?” tanya Alvin pada Sivia yang mencoba bangkit dari tidurnya. Waktu sudah berjalan 5 jam.
“Aku coba…” kata Sivia mencoba bangkit.
“Ah…” Sivia terjatuh karena dia tak sanggup berdiri, untung saja Alvin respect menolongnya.
“Eh…” Alvin berusaha menahan tubuh Sivia yang nyaris terjatuh.
“Loe gak papa kan?” tanya Alvin.
“Gak papa kok.. kita harus segera pergi dari sini, waktu kita semakin habis,, tinggal 20 jam lagi…” kata Sivia berusaha bangkit lagi namun kali ini di cegah oleh Alvin.
“Udah gak usah di paksaain lagi, loe terlalu lemes..” kata Alvin menahan gerakan Sivia.
“Ta,tapi… kalau aku gak bangun kita gak akan bisa keluar dari sini…” kata Sivia. Alvin tak berkata apapun dia hanya berjongkok membelakangi kursi di mana Sivia terbaring.
“Ka,kamu…” kata Sivia kaget.
“naik ke pundak gue.. gue akan gendong loe sampai kita bisa keluar dari sini…” kata Alvin.
“Ta,tapi…” kata Sivia ragu.
“Waktu kita tak lama…” kata Alvin. Siviapun mengalah dan dia pun naik ke pundak Alvin. kemudian Alvin menggendong Sivia dan mulai berjalan mencari jalan keluar.
“Maafin aku, karena aku kamu jadi berkorban seperti ini…” kata Sivia dalam gendongan Alvin.
“Gue harus berkorban kalau kita mau keluar dari sini…” kata Alvin terus berjalan. Sivia hanya tersenyum dalam gendongan Alvin.
***
Keberanian Ray
“Kita di mana Ris?” tanya Oik saat dia diajak jalan oleh Larissa dan Ray. Ray, Larissa dan Oik sudah berjalan cukup lama, sekitar 9 jam berarti waktu mereka tinggal 10 jam lagi.
“Kita akan segera keluar dari sini kak…” kata Larissa berbinar sambil mengandeng kakaknya. Terlihat wajah Oik menjadi berbinar. Ray hanya tersenyum saat melihat rona bahagia di wajah Larissa dan Oik.
Mereka bertiga terus berjalan menyusuri hutan tiba-tiba Ray melihat secercah cahaya di ujung jalan yang mereka susuri.
“Larissa.. lihat itu.. ada cahaya…” kata Ray sambil menunjuk secerca cahaya itu.
“Cahaya? Akhirnya ada cahaya… mungkin itu jalan keluar kita. ayo kita harus segera ke sana..” ajak Larissa.
“Apa kita akan selamat?” tanya Oik.
“Iya kak.. kita akan selamat.. ayoo kita harus segera ke sana..” ajak Larissa. mereka bertigapun mempercepat langkah mereka tapi tiba-tibadi tengah jalan mereka bertiga di hadang oleh sekumpulan mayat hidup yang bergentayangan di hutan itu sontak mereka berteriak kecuali Oik yang tidak bisa melihat apa yang ada.
“KYAAAAA!!” teriak Larissa dan ray bersama. Ray sangat takut sekali. Hal yang dia takuti benar-benar terjadi, dia bertemu dengan hantu, makhluk yang paling dia takuti selain Tuhan.
“MAMAAA!!!” teraik Ray kencang. Tubuhnya bergetar dan bulu kuduknya berdiri semua.
“GRAA.. GWRA…” segerombolan mayak hidup itu semakin mendekati Ray, Larissa dan Oik.
“A,ada apa Ris?” tanya Oik bingung bercampur panic.
“Ma,mayat hidup kak..” jawab Larissa panic.
“Kyaa..” Ray Nampak panic sekali, lebih panic dari Larissa.
“Gimana nie Ray…” kata Larissa panic.
“gu,gue juga gak tahu…gu,gue takuttt…” kata Ray bergetar, keringatnya sudah mengucur dan bulu kuduknya semakin berdiri.
“Te,terus gimana? kamu udah janji kan bakalan bantuin aku dan kakakku keluar dari sini.. tunjukin kalau kamu berani!” kata Larissa.
“GUE GAK BERANI! GUE TAKUT!” teriak Ray ketakutan dan kali ini bercampur air mata.
“GRA.. GRAUW…” mayat-mayat itu terus mendekat.
“Ris apa yang terjadi?” tanya Oik.
“hikshiks.. Larissa gak tahu kak.. Larissa takut…” kata Larissa menangis. “Gue mohon tolong!!” pinta Larissa pada Ray.
“ENGGAK! GUE GAK BERANI!” teraik Ray benar-benar ketakutan.
“KAMU BERANI!!!!!!!!!” kata Larissa berteriak kencang. Suasana benar-benar genting saat ini.
“GAK BISA! GEU GAK BERANI!” kata Ray keringat dingin dia mengambil jarak menjauh dari Larissa dan Oik.
“TUNJUKIN KEBERANIANMU!!!!!!!!!!” teraik Larissa sekencang-kencangnya. Ray mencoba menetralisir ketakutannya. Dia mencoba mengatur nafasnya.
“Gue gak bisa…gue takut…” ucap Ray lirih, semakin lama mayat itu semakin dekat.
“Mama bantu aku…” kata Ray tanpa sadar mayat itu sudah sangat dekat dan menangkap Larissa dan Oik.
“KYAAAA!!!” teriak Larissa yang tangannya sudah diraih oleh mayat-mayat hidup ini. sontak Ray mendongak kearah Larissa.
“LARISSA OIK!” teriak Ray kaget.
“TOLONG!!!!!” teriak Larissa.
“LARISSA!” Ray hanya bisa berteriak memanggil Larissa tanpa berani menyelamatkan Larissa dan Oik.
“TOLONG!!” teriak OIk.
“OIK!!!” teriak Ray.
“TUNJUKIN KEBERANIANMU! AYOOO!! SELAMATKAN KAMI!!!!!” pinta Larissa. Ray mencoba tenang dan mengumpulkan segenap keberaniannya.
“Gue bisa.. gue harus berani.. keberanian kuncinya!” kata Ray meyakinkan dirinya.
“LARISSA OIK! Gue akan selametin loe…” kata Ray sejurus kemudian Ray mendekat dan mencoba menyelamatkan Larissa. dia mememdam segala ketakutannya, yang ada dalam diri Ray sekarang adalah keberanian.
“CIATTTT!!!” Ray melawan seluruh mayat itu dan berusaha menyelamatkan Larissa dan Oik. Dengan segenap tenaga dan keberaniannya Ray melawan mayat hidup itu, maka terjadilah pertarungan diantara Ray dan mayat hidup itu.
***
Keyakinan Rio
Sudah berjam-jam Rio mengumpulakn keyakinannya dengan Alyssa. Mata Rio terus tertutup selama kurang lebih 9 jam, memang benar kata Alyssa, sulit untuk mengumpulaan sebuah keyakinan yang akan membuat kita berpindah ke sekolah itu.
Mungkin karena Rio tipe orang yang tak sabar dia membuka matanya, perlahan matanya terbuka dan saat matanya terbuka dia melihat sosok yang sama seperti yang pernah dia lihat di kelas, cewek dengan lumuran darah di kepalanya.
“KYAA!” teriak Rio langsung tersentak jatuh ke belakang.
“Konsentrasi…” kata Alyssa yang matanya masih terpejam.
“Ta,tapi… hantu…” kata Rio kali ini ketakutan.
“Itu Cuma godaan… kita harus temukan keyakinan itu…” kata Alyssa.
Rio mencoba mengontrol ketakutannya dan dia kembali berkonsentrasi dan memejamkan matanya, awalnya dia tidak bisa berkonsetrasi karena godaan-godaan dari arwah gentayangan di laut itu.
“Lys..” panggil Rio masih belum bisa konsetrasi.
“Apa?” jawab Alyssa.
“Kok loe bisa sih konsetrasi… loe juga gak takut??” tanya Rio.
“Karen ague udah biasa dan gue memiliki kemauan untuk keluar dari sini…” kata Alyssa
“Tapi itu susah.. sudah berjam-jam kita di sini…tapi hasilnya…” kata
“Shutt… pikirkan saja orang yang kamu cintai… dan yakin tidak ada hal yang mustahil” kata Alyssa masih terpejam.
Rio berdiam sejenak, pikirannya kembali pada Ray dan Alvin, sahabat yang paling dia sayangi, sahabat yang sekarang sedang terjebak dalam bahaya karena ulahnya. Selain itu dia juga memikirkan keluarga yang akan kehilangan dia kalau di gagal keluar dari tempat terkutuk itu.
“Ray… Alvin…Mama…Papa…” kata Rio mencoba konsentrasi lagi.
“Gue yakin Gue akan keluar dari tempat ini, Gue yakin aku akan keluar dari tempat ini, Gue yakin Gue akan keluar dari tempat ini…” Rio terus mengucapkan kata-kata itu sembari menyusun keyakinan dalam dirinya.
***
Pengorbanan Alvin
Sudah berjam-jam –sama seperti lamanya Rio memejamkan matanya dan Ray berjalan menyusuri hutan- Alvin menggendong Via, mereka terus berputar-putar mengelilingi sekitar rumah tua itu, tapi hasilnya mereka terus kembali ke rumah tua itu. berjam-jam jalan mengendong seseorang dalam pundaknya bukan hal mudah, kalau boleh jujur Alvin sangat lelah langkahnya mulai terbata-bata. Kalau bukan karena pengorbanannya untuk keluar dari tempat itu dan mengelamatkan Sivia, mungkin Alvin sudah lama menjatuhkan Sivia tapi dia tidak tega karena Sivia sudah cukup lelah selama 1 minggu hidup tanpa makanan.
Alvin terus berusaha berjalan namun mereka kembali ke rumah tua itu lagi. ini sudha yang ke 15 kali mereka kembali lagi ke rumah tua itu setelah jalan cukup lama.
“Astaga! Rumah ini lagi…” rutuk Alvin.
“Kita kembali ke sini lagi?” tanya Sivia dalam gendongan Alvin.
“Gue rasa gitu deh…” jawab Alvin.
“Ah…” gendongan Alvin semakin melemas.
“Eh…” kata Sivia kaget.
“So,Sorry…” kata Alvin berusaha menaikan gendongannya namun tubuhnya melemas tangannya bergetar.
“Turunin aku…” pinta Sivia.
“Enggak… loe masih lemes…” kata Alvin tak mau menurunkan Sivia.
“Tapi kamu lebih lemas… kamu sudah menggengdongku lebih dari 7 jam… turunkan aku…” pinta Sivia.
“Tidak.. sebuah pengorbanan tidak boleh setengah-setengah…” kata Alvin.
“Ta,tapi…” kata Sivia. Alvin tidak menggubrisnya dia terus berjalan dengan menggendong Sivia. Pengorbanan Alvin terus berjalan dan sering juga Alvin terjatuh, namun saat Sivia meminta di turunkan Alvin menolak dan tetap berjalan sambil menggendong Sivia.
3 jam kemudian Alvin benar-benar merasa lelah dia terjatuh bersama dengan Sivia.
BRUKKK
Alvin ambruk dan dia nyaris saja pingsan, wajahnya sudah pucat, bibirnya sangat kering.
“Ka,kamu..” kata Sivia panic.
“ka,kamu gak papa kan?” tanya Sivia panic. Alvin menggeleng lemas dia berusaha bangkit.
“Gak.. gue gak papa…” kata Alvin berusaha bangkit, dia mencoba menatap wajah Sivia, tiba-tiba yang dia lihat dari wajah Sivia adalah seorang gadis dengan lumuran darah di wajahnya.
“KYAAA!!!!” teriak Alvin kaget.
“Loh.. kamu kenapa?” tanya Sivia panic.
“Ha,hantuuu!!” teriak Alvin sambil menunjuk-nunjuk Sivia.
“hantu? Mana?” tanya Sivia bingung.
“Lo,Loe hantu…” kata Alvin panic.
“A,aku.? Aku bukan hantu.. aku Sivia… ini aku Sivia…” kata Sivia meyakinkan Alvin.
“Wajah loe.. wajah loe… kyaa…” teriak Alvin.
“Wajahku? Kenapa dengan wajahku… ini aku.. aku Sivia…” kata Sivia.
“KYAAAA!!!” teriak Alvin menutup wajahnya.
“Please.. lihat aku lagi… ini aku Sivia.. jangan takut.. Cuma kamu yang bisa bantu aku…” kata Sivia. Alvin berusaha tenang dan perlahan dia membuka tangannya, memang benar itu Sivia.. jadi wajah tadi? Hanya halusinasi.. mungkin Alvin lelah.
“Sivia…” kata Alvin.
“Iya ini aku Sivia…” kata Sivia.
“Sorry.. tadi gue lihat wajah loe bener-bener nyeremin…” kata Alvin. Sivia menghela nafas.
“Mungkin kamu terlalu lelah, berjam-jam kamu menggendongku. Aku juga sering mengalamu halusinasi seperti itu…” kata Sivia. “Yasudah kita lanjutkan lagi perjalanan kita… Aku sudah agak enakkan kok…” kata Sivia. Alvin Cuma bisa mengangguk. Merekapun melanjutkan perjalanan mereka.
***
Hasil dari Keberanian Ray
Sekitar 5 jam lamanya Ray melawan segerombolan mayat hidup. Tak mudah untuk melawan sekitar 20 mayat hidup yang selalu bangkit lagi ketika di matikan. Ray mulai lelah tapi tidak ada satupun mayat yang mati.
“hoshos…” nafas ray mulai terengah-engah.
“Larissa. aku udah gak kuat…” kata ray sambil menepis beberapa perlawanan dari mayat hidup itu.
“KEBERANIAN! GUNAKAN ITU UNTUK MELAWANNYA! KEBERANIAN!” teriak Larissa yang masih di pegang oleh beberapa mayat.
“GUNAKAN KEBERANIANMU! MAYAT HANYALAH MAYAT MEREKA SUDAH MATI!” kali ini Oik ikut menyemangati Ray walaupun dirinya masih di tahan oleh mayat hidup itu.
Ray merasa mendapatkan sebuah kekuatan saat di beri semangat oleh Larissa dan Oik.
“Larissa, Oik…” kata Ray sejenak dia berfikir.
“benar.. sebuah keberanian… selama ini aku tak pernah berani.. saatnya aku meluapkan semua keberanianku… mayat hanyalah mayat mereka sudah mati… seharusnya aku bisa melawan mereka sejak awal.. sebuah keberanian!!!!” batin ray.
“KEBERANIAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Ray penuh keberanian. Seketika muncul cahaya dari tubuh Ray, seperti kekuatan gaib yang tak bisa di percaya, namun inilah yang terjadi pada Raynald Prasetya karena sebuah keberanian. Seketika seluruh mayat tadi lenyap satu persatu puluhan mayat itu musnah, Ray tidak menyangka dengan sebuah keberanian dia bisa melawan puluhan mayat, hal yang selama ini dia takuti.
“Gue… gue berhasil…” kata ray sambil tak menyangka.
“Kamu berhasil…” girang Larissa mendatangi Ray bersama dengan Oik.
“Terima kasih … terima kasih…” kata Oik tulus.
“Ini juga berkat kalian…” kata Ray. “yasudah waktu kita tak lama lagi… kita harus segera menembus cahaya itu….” kata ray.
“Iya…” jawab Larissa girang. Mereka bertigapun segera berlari menembus cahaya itu. seketika mereka semua hilang di telan cahaya itu.
***
Hasil dari Keyakinan Rio
5 jam kini sudah berlalu lagi, selama 5 jam itu Rio tak lepas dari godaan, bisikan-bisikan setan dan sentuhan-sentuhan arwah yang sangat membuat Rio tak berkonsetrasi. Sudah berjam-jam Rio mencari Keyakinan itu tapi percuma. Rio marah, Rio sebel. Dia memutuskan untuk mengehntikan semua itu.
“CUKUP!” Alvin membuka matanya dan beranjak berdiri. Alyssa tersentak kaget dan dia ikut membuka mata dan beranjak berdiri.
“Kenapa?” tanya Alyssa.
“Percumaa!!! Sudah hampir 20 jam kita melakukan hal bodoh ini… semuanya percuma. Kita tak bisa diam saja, lebih baik aku melawan ratusan mayat daripada duduk diam hanya untuk mencari sebuah keyakinan? Bulshit!” teriak Rio sebal.
“ternyata aku salah mengajakmu ke sini… aku salah…” kata Alyssa Nampak kecewa.
“Aku pikir kamu bisa menolongku… aku pikir kamu bisa membantuku.. kamu harus ingat satu hal sebuah keberanian tak akan terwujud tanpa keyakinan…” kata Alyssa. Rio tersentak, dia merasa malu saat ini.
“Tapi lyss… ini sudah 20 jam dan waktu kita hanya tinggal 4 jam…” kata Rio.
“Oleh karena itu… kumpulkan keyakinannmu, keyakinan bukan perkara berapa lama waktunya tapi seberapa besar keyakiannmu…” kata Alyssa. Rio terdiam.
“Sekarang kamu pikir… kalau kamu tidak segera mendapatkan keyakinan itu seluruh orang yang kamu cintai akan mati termasuk kamu dan sahabatmu…” kata Alyssa.
“Ray… Alvin…” kata Rio Lirih.
“pikirkan mereka.. yakinlah kalau kamu bisa menemui mereka.. yakinlah kalau kita bisa keluar dari sini… KEYAKINAN! KEYAKINAN !” kata Alyssa sejenak Rio sadar dan dia mulai memejamkan matanya diikuti oleh Alyssa.
“KEYAKINAN! KEYAKINAN!” teriak rio kali ini benar-benar penuh keyakinan.
“KEYAKINAN! KEYAKINAN!” Rio dan Alyssa berteriak bersama saling bergandengan tangan. Seketika seperti yang terjadi pada Ray dari tubuh Rio terpancar cahaya keyakinan dan seketika Rio dan Alyssa menghilang dari pantai itu.
***
Hasil dari Pengorbanan Alvin
5 jam kini sudah berjalan lagi. Alvin dan Sivia terus saja berputar-putar sekitar rumah tua itu. Sivia kembali melemas tubuhnya semakin bergetar dan dia nyaris terjatuh, untung saja Alvin menolongnya.
“ah…” Sivia melemas.
“eh…” Alvin sontak menolong Sivia yang hendak jatuh pingsan lagi.
“Loe gak papa?” tanya Alvin panic.
“Aku capek…” kata Sivia. Tanpa babibu Alvin langsung membopong Sivia kali ini bukan denga pundaknya tapi dengan kedua tangannya.
“Eh..” kata Sivia heran.
“Udah.. loe gak usah protes lagi.…” kata Alvin.
“Tapi kamu kan juga capek.. muka kamu lemas…” kata Sivia.
“Udah ini sebuah pengorbanan…” kata Alvin, merekapun terus berjalan. Baru berjalan beberapa langkah Alvin nyaris tersungkur namun kali ini dia mencoba menahannya dia berjalan dengan penuh pengorbanan.
“Tuhan aku mohon beri aku kekuatan…” batin Alvin sambil berjalan terbata-bata.
Alvin berjalan lagi, dia tersungkur lagi.
“TUHANN AKU MOHON BERI AKU KEKUATAN… DEMI SEBUAH PENGORBANAN!!!” teriak Alvin dengan sepenuh hati. Seketika karena kelutusan Alvin untuk berkorban demi Sivia, sama seperti yang dialami oleh ray dan rio muncul cahaya dari tubuh Alvin dan seketika Alvin dan Sivia hilang besamaan dengan cahaya itu.
***
Keberanian, Keyakinan, dan Pengorbanan
Di lapangan sekolah SMA 666 tampak seberkas cahaya dari 2 sudut yang berbeda lama kelamaan cahaya itu semakin besar dan tiba-tiba muncul seseorang dari dalam cahaya itu.
SRESSSSSSSS muncul 7 orang dari 3 cahaya itu.
“KYAAA!!!” teriak semua orang itu.
Ternyata ada Ray, Alvin, Rio, Larissa, Oik, Sivia, dan Alyssa yang keluar dari cahaya itu.
“Rio, Alvin?” ray nampak bahagia melihat sahabatnya.
“Ray, Alvin?” Rio juga Nampak bahagia melihat sahabatnya.
“Rio, Ray?” Alvin tak kalah bahagianya melihat sahabatnya.
“Kalian selamat?” kata RAR bersamaan. Sejurus kemudian mereka saling berpelukan.
“Tak semudah itu anak muda…” tiba-tiba muncul seoarang pria dengan jubah hitam.
“Di,dia… dia pembunuh itu…” kata Sivia panic. Mendengar suara Sivia Alvin langsung mengarahkan pandangannya kea rah pria itu diikuti oleh Ray dan Rio
“pak Duta?” kaget RAR.
“Ya,, ternyata kalian bukan orang bodoh yaa.. kalian bisa lolos dari jeratan Duta The Shadow…” kata pak Duta.
“Ja,jadii.. kata-kata pak duta itu.. anjritt,, loe udah buat gue sama temen-temen gue dalam bahaya dan elo juga udah buat banyak orang mati.
“Persetan dengan semua itu… yang jelas kalian aku mati!!!” kata Duta sambil menodongkan pistol.
“Anjrit.. dia bawa pistol… kita gak akan mungkin ngelawan mereka dan wanita-wanita di belakang kita butuh bantuan kita” bisik Alvin.
“Kita gak boleh takut… kita harus berani.. sebuah KEBERANIAN…” kata Ray. Alvin dan Rio sontak kaget dengan kata-kata Ray, seoarang Ray bis mengatakan kata keberanian.
“Loe bener Ray… dengan sebuah KEBERANIAN… dan KEYAKINAN bahwa tak ada yang mustahil..” kata Rio.
“sebuah KEBERANIAN untuk maju di tengah KEYAKINAN bahwa tak ada yang mustahil maka kita akan melakukan PENGORBANAN untuk orang yang kita sayangi…” kata Alvin.
“KEBERANIAN!!!!” teriak Ray mengandeng Rio
“KEYAKINAN!!!!” lanjut Rio menggandeng Ray dan Alvin.
“PENGORBANAN!!!” lanjut Alvin menggandeng Rio bersamaan dengan itu peluru dalam pistol Duta tepat meluncur mendekati RAR. Mereka bertiga saling bergandengan dan berteriak bersama dalam KEBERANIAN, KEYAKINAN dan PENGORBANAN.
“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!” teriak mereka bersama-sama dalam KEBERANIAN, KEYAKINAN dan PENGORBANAN.
***
Pagi ini di sebuah perumahan.
“KYAAA!!!” dari 3 rumah yang bersebelahan terdengar sebuah teriakan bersamaan dari 2 lelaki.
“It’s just dream?” kata 3 cowok itu. mereka adalah RAR.
“Hahahahaha..” mereka pun tertawa dari tempat yang berbeda. Karena jam sudah menujukan pukul 06.00 dan pada minggu ini mereka berencana bermain bersama merekapun bangkit dan bersiap-siap.
Secara bersamaan mereka keluar dari rumah mereka masing-masing.
“Woi ma broo…” sapa Alvin yang rumahnya berada di tengah.
“Woi…” balas Ray dan Rio. Merekapun berjalan dan bertemu di depan rumah Alvin, pertengan rumah mereka bertiga.
“Semalem gue mimpi…” ucap mereka bersama.
“jadi… hahahahaha…” mereka tertawa bersama.
“udah ahh gue males bahas…” kata Rio.
“hahaha.. sama…” kata Alvin setuju.
“Hahahaha..” merekapun tertawa bersama. Ditengah tawanya tiba-tiba muncul 4 cewek cantik.
“Hey…” sapa cewek itu. RAR pun menegok dan mereka kaget saat mendapati 4 cewek yang wajahnya mirip dengan cewek yang ada di mimpi mereka.
“Kita penghuni baru di rumah depan… nama gue..Ify…” kata gadis yang kurus dan manis itu memperkenalkan diri.
“Gue Acha…” kata yang paling imut.
“Gue Via…” kata yang paling cubby dengan rambut lebatnya.
“Gue Oik kakaknya Acha…kami berempat ngekost di rumah depan” katanya yang rambutnya paling pendek.
Terlihat wajah RAR berbinar.
“Hahahahahahahahahaha…” mereka semua malah tertawa sedangkan Ify, Acha, Via dan Oik cengo melihat tingkah RAR yang tertawa lepas seperti itu.
***
hehe, maaf kalau jelek.. :)
maaf kalau masih gantung...
I don't know...Iit's mystery :)
apa mungkin masih ada petualangan lagi?
hehehe..
I'm Sorry, It's just dream... :)
coment please. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar