TRUE LOVE
Sekuel PILIHAN HATI
(cinta tak kan memandang sebelah mata)

1 bulan tapi kau tak buktikan apapun…
Di saat aku ragu sebuah cerita datang…
Itu membuatku semakin ragu padamu…
Kenapa kau sejahat itu?
Karenamu sahabatku hampir mati…
Aku sama sekali tak menyangka…
Aku kecewa –Larissa-
Tepat 1 bulan yang lalu aku menentukan Pilihan Hatiku. Tapi 2 minggu yang lalu tidak cukup membuat Ray dan ozy berhenti untuk membuktikan bahwa mereka yang pantas aku pilih, ini bukan salah mereka juga karena akulah yang member kesempatan untuk mereka membuktikan cinta mereka padaku.
Satu bulan kulalui dengan UKK dan liburan setelah kenaikan kelas. Puji syukur karena aku bisa naik kelas XI dan aku masuk jurusan IPA, dan aku dengar kak Ray juga naik kelas XII.
Selama liburan kak Ozy selalu datang ke rumahku selagi kuliahnya kosong, dia selalu menemaniku jika aku kesepian di rumah, banyak perubahan dari dirinya, kini kak Ozy benar-benar membuktikan kalau dia mencintaiku, tapi itu belum cukup membuatku mencintainya lagi. beda dengan kak Ozy, justru kak Ray tidak terlalu membuktikan bahwa dia mencintaiku dan ingin agar aku mencintainya. Jujur yang aku inginkan adalah kak Ray membuktikan kalau dia benar-benar mencintaiku karena aku masih mencintainya. Terkadang aku bingung dengan sikap kak Ray, selama ujian di sekolah jika aku bertemu dengannya dia jarang menyapaku dia hanya tersenyum sebentar padaku, dia juga tidak seperhatian Ozy. apa benar yang dia katakana 1 bulan yang lalu kalau dia mencintaiku? Entahlah, Kak Ray benar-benar membuatku bingung, padahal sekarang ini aku masih mencintainya…
“Cha…” tiba-tiba ada seoarang temanku yang membangunkanku dari lamunanku. Saat ini aku dan teman-temanku saat di kelas X sedang mengadakan pesta perpisahan, hanya sekedar bakar-bakar jagung saja, tapi itu cukup menyenangkan walaupun tak cukup banyak yang datang.
“Eh Shilla? Kenapa?” tanyaku mendongakkan kepalaku menatap Shilla –sang empunya rumah-
“Temenin gue yuk, gue suruh beli roti sama mama gue buat tambahan makan nanti…” ajakknya.
“Ooo, yaudah ayokk…” kataku beranjak dari posisi duduk ku yang bersila di tanah, tempat kami bakar-bakar jagung.
“makasih yaa…” katanya.
“Siph deh…” kataku. Akhirnya aku dan dia pergi menuju tempat menjual roti menggunakan motor. Sepanjang perjalanan aku bercerita banyak dengan Shilla. Setibanya di tempat menjual roti, rotib bakar tepatnya Shilla langsung memesan 4 roti bakar.
“Pak roti bakarnya 4 ya..” pesannya pada bapak-bapak penjual roti bakar.
“Baik…” kata bapak-bapak itu.
“Eh duduk sini aja yuk…” katanya sambil menujuk dua bangku yang terdapat di di sebelah grobak roti bakar itu. aku dan Shillapun duduk.
“Eh ngomongin apa nie?” tanyaku seakan kehabisan pembicaraan, maklumlah seluruh pembicaraan sudah dibicarakan saat di jalan.
“Hmm..” Shilla nampak berfikir.
“Oiya Cha, loe masih suka ya sama Ray?” tanya Shilla, aku sempat kaget mendengar pertanyaannya.
“Eh? Kok toba-tiba loe tanya kayak gitu?” tanyaku balik. Shilla nampak berfikir.
“Hmmm, gimana ya Cha, loe kan tahu gue itu gak suka kalau loe deket sama dia…” katanya ragu-ragu.
“Eh? Emang kenapa sih? Kak Ray baik kok, Oik juga ngakuin itu…ya walaupun awalnya Oik juga gak suka…” kataku. Shilla nampak berfikir sesuatu.
“Emang kenapa sih loe sebel sama kak Ray?” tanyaku penasaran, karena sejak awal aku bilang kalau aku suka pada kak Ray, Shilla nampak tidak setuju.
“Emmm, gimana ya Cha, gue susah buat jelasin, pokoknya gue lihat dia itu orangnya gak baik..” katanya.
“Emang loe lihat apa?” tanyaku makin penasaan , maklumlah Shilla itu cewek indigo dan dia bisa melihat sifat-sifat dan membaca pikiran orang lain.
Shilla nampak bingung ingin menjawab apa.
“Ayolah Shill, jawab...” kataku penasaran. Shilla nampak menghela nafas.
“Oke gue akan jelasin kenapa gue gak suka sama Ray –dia tidak pernah menyebut kak ray dengan sebutan Kak Ray-..” kata Shilla, dia mencoba menghela nafas. Aku hanya menunggu jawabannya dengan ketar-ketir.
“Karena dia udah buat gue nyaris mati…” kata Shilla. Aku shock mendengar perkataan Shilla. Apa? Shilla nyaris mati karena Kak ray? ini gak mungkin.
“APA? Loe nyaris mati karena kak Ray? kok bisa?…” kataku tidak percaya.
“Jadi waktu try out sekolah kita beberapa bulan yang lalu, bandnya itu tampil di sekolahan. Dia udah diperingatin sama Miss Winda kalau dia gak boleh bawain aliran musiknya yang metal core itu tapi dia ngeyel dia tetep bawain aliran itu dan loe tahu apa hasilnya…” katanya tertahan.
“Apa?” tanyaku makin penasaran.
“Seluruh ‘penghuni’ sekolah kita marah.. dan gue yang kena tau gak…” jelas Shilla sedikit emosi.
“Penghuni? Maksud loe?” kataku menerka-nerka.
“Yap, loe tahu kan sekolah kita kayak apa? Arwah yang ada di sekolah kita gak suka denger musiknya Ray, dank arena Cuma gue yang mereka kenal, mereka datengin gue dan mint ague hentiin music itu, tapi gue gak bisa seenaknya sendiri kan… mereka terus maksa gue, semuanya nempel di tubuh gue sampek gue mutusin untuk nemuin miss Yosa –indigo juga- gue cerita sambil nangis. Dan loe tahu raja dari arwah-arwah itu berhasil ngerasukin gue, tapi untung arwah gue bisa masuk lagi, kalau gak gue udah mati dan itu karena Ray. Oik saksinya, makanya dia ngelarang loe deket kan sama Ray? dan parahnya lagi dia itu sebenrnya tahu apa yang akan terjadi kalau dia mainin aliran musiknya tapi dia nekat dia maksa anggota bandanya untuk tetep main, karena dia mau lihat kejadian kesurupan di sekolah kita, tapi dugaannya salah Cuma gue yang di datengin dan nyawa gue terancam karena dia…” jelas Shilla. Aku bener-bener gak percaya tentang hal yang dilakukan oleh kak Ray, dia sengaja ngelakuin hal ini Cuma untuk hal bodoh yang ingin dia lihat? Gue gak nyangka.
“Dan satu lagi dia itu punya ‘pegangan’..” kata Shilla yang makin membuatku kaget. ‘Pegangan’ apa itu seperti apa yang ada di pikiranku?
“Maksud loe?” tanyaku memastikan.
“Ya? Pegangan! Sebangsa makhluk halus yang mendampinginya, tapi parahnya ‘pegangan’ itu dia dapet dari Dayat…” kata Shilla.
“Apa? Jadi selama ini kak Ray kayak gitu?” tanyaku gak percaya, jujur saat itu aku ingin menangis tapi entah mengapa rasanya susah untuk menangis.
“Tapi cha, gue cerita ini bukannya mau pengaruhin loe apa gimana.. gue Cuma pingin loe tahu siapa Ray…” kata Shilla dengan rasa menyesal. Aku mencoba menatapnya, menatap seseorang sahabatku yang nyaris mati karena orang yang aku cintai. Shilla gak mungkin berbohong, Shilla sangat tahu seperti apa aku, tapi satu hal yang membuatku tidak mengerti, mengapa harus Kak Ray sih yang melakukan semua itu?
“Udahlah Shill, gak papa kok, lagian geu juga harus tahu kan, gue jadi tahu kayak apa Kak Ray sebenernya. Mungkin kalau gue ada di situ waktu kejadian itu, gue akan marah dan juga akan benci sama Kak Ray…” kataku dengan mata berkaca-kaca namun aku berusaha untuk tidak menitikan sedikitpun air mata.
“Yang jelas, sekarang gue udah tahu kayak apa kak Ray… mungkin ini bisa jadi tolok ukur gue untuk memilih diantara kak Ray atau kak Ozy..” kataku. Shilla nampak heran dengan perkataanku, maklum saja dia belum tahu masalah Pilihan Hatiku.
“Tolok ukur? Maksud loe? Kok sampek kak Ozy sih? Bukannya dia udah nyakitin loe?” tanyanya heran. Aku mencoba menghela nafas.
“Ya, beberapa bulan lalu mereka bilang kalau mereka suka sama aku, dan aku suruh milih diantara mereka berdua. Sebenernya satu bulan lalu gue udah kasih jawaban taoi jawaban itu masih belum menjawab kalau gue mulih diantara Kak Ozy atau kak Ray, jelasnya gue masih kasih kesempatan lagi buat mereka buktiin cinta mereka ke gue, terutama buat kak Ozy karena loe tahu kan gue udah sakit hati banget sama Ozy..” tutur. Shilla nampak kaget dengan penjelasanku.
“Astaga Cha.. loe kok gak pernah cerita sih? Kalau loe cerita ke gue masalah ini, gue gak akan cerita keburukan Ray… lagian dia gak seutuhnya buruk kok..” kata Shilla menyesal.
“udahlah, cinta sejati harus tahu baik dan buruk, jadi loe gak usah ngerasa gak enak gitu deh… gue malah makasih sama loe..” kataku tersenyum.
“Tapi Cha, satu pesen gue, jangan sampek loe menilai orang dari satu sisi, mungkin gue benci sama dia, tapi jangan buat loe benci sama dia karena gue, gue gak mau loe salah menentukan cinta sejati loe…” kata Shilla.
“Iya Shill gue tahu kok… semoga aja bener kalau Kak Ray gak seburuk itu…” kataku mencoba meyakinkan diriku. Semoga saja, karena aku masih sayang pada Kak Ray.
“Maaf, pesannanya sudah jadi…” tiba-tiba bapak-bapak penjual roti bakar itu datang dengan membawa pesanan Shilla.
“Ohhh, iya makasih pak.. ini uangnya…” kata Shilla menerima bungkusan berisi 4 buah roti bakar dan segera membayarnya.
“Pas ya mbk…” kata bapak-bapak itu.
“Iya pak, terimakasih..” kata Shilla. Sejurus kemudian aku dan Shilla kembali ke rumahnya dan melanjutkan pesta bakar-bakaran itu. tapi jujur setelah mendengar cerita Shilla, aku sama sekali tidak konsentrasi dengan pesta malam itu, aku terus memikirkan masalah kak Ray.
***
Kenapa kau berubah?
Di mana Senyummu yang dulu?
Apa Salahku?
Apa karenaku tak perhatian?
Tapi itulah aku…
Dengan Pembuktian cintaku –Raynald-
Saat ini aku dan teman-temanku sedang berjalan menuju kantin, ini adalah hari pertamaku masuk menjadi siswa kelas XII IPS 2.
Saat aku sedang berjalan dari kejauhan aku melihat sosok gadis yang sangat aku sayangi, siapa lagi kalau bukan Acha. dari kejauhan aku sudah sangat bahagia. Aku mempercepat jalanku. Tapi ada satu hal yang sama sekali tidak aku duga, ketika aku berhadapan dengannya dia sama sekali tidak tersenyum denganku, kami sempat berhenti sebentar, aku memasang senyumanku tetapi dia? Dia tidak memasang senyum manis yang biasa dia berikan untukku melainkan dia memasang tampang penuh kebencian padaku. Apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba seperti itu? dimana senyumannya yang dulu?
Setelah dia menatapku dengan penuh kebencian dia terus berjalan tanpa menghiraukan ekspresi heranku.
“Ada apa dengan Acha?” gerutuku bingung.
“Ray, si Acha kenapa tuh? Bukannya loe deket sama dia? Dia juga suka sama loe kan? kok dia natap loe kayak mau bunuh loe sih?” tanya Deva yang tadi berjalan denganku.
“Iya Ray, bukannya si Acha itu suka sama loe ya? Kok jadi kayak gitu sihh?” kali ini Debo yang bertanya padaku.
Aku sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan bodoh mereka. mana ku tahu! Aku saja juga bingung.
“ASH!! Berisik loe pada…” bentakku sejurus kemudian berjalan pergi meninggalkan Debo dan Deva menuju kantin. Dengan perasaan campur aduk aku berjalan menuju kantin. Aku memilih bangku di salah satu kantin itu setelah aku memesan segelas orange juice.
Dengan kasar aku duduk di bangku itu, tak lama Deva dan Debo datang dan duduk di bangku yang berhadapan denganku.
“Loe kenapa sih Bro?” tanya Deva.
“Tauk ah!” jawabku sinis.
“Masalah Acha? kenapa loe jadi marah sama kita? Kita kan Cuma tanya…” kali ini Deva yang angkat bicara. Belum sempat aku menjawab pertanyaan Deva orange juice pesananku datang.
“Ini Nak Ray…” kata ibu kantin langgananku seraya meletakan segelas orange juice di meja yang ada di depanku.
“Iya buk makasih..” jawabku mencoba ramah. Setelah itu ibu kantin itu pergi.
Setelah menyedot sedikit orange juice aku mencoba menenangkan pikiranku dan menjawab pertanyaan teman-temanku.
“Gue juga gak tahu, tiba-tiba Acha kayak gitu sama gue?” kataku galau.
“Apa mungkin Acha gak suka sama loe lagi dan dia berpaling ke siapa itu namanya Oz… Oz siapa?” kata Deva.
“Ozy…” lanjut Debo.
“GAK MUNGKIN!” kataku lantang.
“Ya siapa tau aja, cewek itu susah di tebak bro… lagian selama ini loe gak pernah kan kasih perhatian ke Acha? gue tahu sifat loe…” kata Deva. Aku hanya terdiam memikirkan semua itu. Deva dan Debo pun tidak berani bertanya lagi padaku jika aku sudah memasang sifat seperti ini.
Saat aku sedang memikirkan masalah ini satu masalah muncul lagi, tiba-tiba Aren datang.
“Hey Ray…” dengan seenaknya sendiri dia duduk di sebelahku dan bermanja-manja di pundakku.
“Aren! Apa-apaan sih loe!” aku berusaha melepaskan pegangan tangannya di lenganku.
“Ah Ray, kok loe gitu sih? Gue kan kangen sama loe…” katanya manja. Oh Tuhan, masalah apa lagi ini.
“Gue bilang lepasin Aren.. gue gak suka kayak gini!” kataku masih berusaha melepaskan pegangan Aren. Di sela usahaku melepaskan tangan aren dari lenganku aku melihat Acha yang (mungkin) sejak tadi melihat kejadian aren merangkul tanganku.
“A…Acha…” kataku lirih, namun cukup membuat Acha yang berada sekitar 4 meter dari kursiku mendengar. Deva dan Debo langsung menengok kebelakang tepat di mana Acha bertengger dengan tatapan kecewa padaku. OH Tuhan apa lagi ini?
Mendengar suaraku Acha langsung berlari meninggalkan tempatnya tadi.
“Acha!” aku beranjak berdiri dan hendak mengejarnya, namun Aren menghalanginya.
“Ah Ray loe mau kemana?” tanyanya sok manja. Aku semakin geram.
“LEPASIN!” bentakku kasar. Aren nampak ketakutan dan dia melepaskan rangkulan tangannya. Setelah itu dengan cepat aku mengejar Acha. dia berlari cukup cepat, tapi aku tidak perduli, aku harus menjelaskan dan meminta penjelasan kepadanya.
“ACHA Tunggu!!!” teriakku mencoba menahannya, tapi percuma dia terus berlari.
Aku terus mengejarnya sampai aku berhasil meraih tangannya.
“TUNGGU CHA!” tahanku saat berhasil meraih tangannya. Achapun berhenti, aku mencoba menariknya sedikit lebih dekat denganku, kulihat wajahnya sudah basah dengan air mata.
“L,loe nangis?” tanyaku. Mendengar pertanyaanku dia buru-buru menghapus air matanya.
“Loe marah karena ini Cha?” tanyaku. Dia hanya terdiam.
“maafin gue Cha… gue gak bermaksud kayak gini, maafin gue…” bujukku.
“Maaf kak, Acha lagi gak mau di ganggu… jangan sekarang…” pintanya.
“Tapi Cha…” kataku.
“Maaf, jangan buat Acha semakin kecewa sama kakak..” katanya. Mendengar kata-katanya itu aku menjadi tak berani memaksanya berbicara saat ini. perlahan aku melepaskan tanganku yang menggenggam tangannya. Setelah itu diapun pergi. Aku hanya bisa terdiam di koridor sambil menatap Acha dari belakang.
Tak lama Deva dan Debo menghampiriku
“Gimana Bro?” tanya Deva.
“Gue gak tahu broo… Ada yang salah sama gue?” kataku galau.
“Udahlah broo… mungkin Acha lagi sensitive aja…” kata Debo mencoba menenangkanku, tapi jujur itu sama sekali tak membuatku tenang.
“Entahlah, gue bingung…” kataku galau.
***
Mungkin aku pernah melakukan kebodohan di masa lalu…
Tapi aku berjanji padamu dan pada diriku…
Bahwa aku akan membuktikan bahwa aku mencintaimu…
Walau aku tahu mungkin aku tak bisa kau cintai…
Aku tak akan mengecewakan kepercayaanmu… -Fauzy-
Hari ini kebetulan aku sedang tidak ada kuliah, jadi aku bisa menjemput Acha dan mengajaknya sekedar berjalan-jalan di taman.
Dengan semangat aku berjalan meninggalkan kelas. Tetapi di sela jalanku tiba-tiba sahabatku menghampiriku.
“Zy…” tiba-tiba ada yang memanggilku, dari suaranya aku yakin itu adalah sahabatku.
“Alvin? Ada apa?” tanyaku saat langkahku sudah terhenti.
“Nie…” dia langsung menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat.
“Amplop apa ini?” tanyaku.
“baca aja…” katanya. Karena penasaran aku buru-buru membuka amplop itu. dengan seksama aku membaca isi surat yang berada di dalam amplop itu. aku tertegun ketika mengetahui isi surat itu.
“Surat ini? loe serius Vin? Loe gak bercanda kan?” tanyaku dengan wajah berbinar.
“Iya, gue serius, 100rius bahkan…” katanya dengan wajah yang sangat yakin.
“Tapi ini gak mungkin banget Vin, gue baru aja masuk universitas ini…” kataku tak percaya.
“Gak ada yang gak mungkin, karena loe emang berbakat…” katanya.
“Astaga.. ini bener-bener buat gue…” kataku tak percaya. tapi tunggu bukankah hal ini akan mebuatku semakin jauh dari Acha.
“Loe kenapa Zy? Kayaknya gak suka?” tanya Alvin.
“Ha? Enggak kok, yaudah y ague pergi dulu.. makasih yaa..” pamitku. Akupun segera pergi menuju sekolah Acha dan sejenak melupakan masalah ini.
Saat ini aku sudah berada di depan sekolah Acha yang dulu juga menjadi sekolahku.
Dari kejauhan aku sudah melihat Acha yang berjalan bersama sahabt-sahabatnya, tanpa basa-basi aku langsung menghampirinya.
“Hey Cha…” kataku yang sudah berda di depan Acha dan teman-temannya.
“Kak Ozy? ngapain?” tanyanya.
“Mau jemput kamu, kebetulan kuliahku hari ini udah selesai. Aku mau ajak Kamu sekedar jalan-jalan di taman aja… kamu mau kan?” tanyaku dengan harapan dia menjawab mau.
“Ciee… kak Ozy sekarang deketin Acha, dulu aja nolak.. hmmm…” tiba-tiba Keke, yang juga temanku menggoda.
“Apaan sih loe Ke… emang gak boleh…” kataku.
“Boleh sih, tapi inget tuh kak masa lalu.. nyia-nyiain Acha, eh sekarang ngejar-ngejar…” goda Keke lagi. karena godaan Keke Acha nampak kecewa.
“Ah loe mah, pakek godain gue, lihat tuh si Acha jadi kecewa lagi kan sama gue…” protesku ke Keke, dia hanya terkekeh.
“Udah-udah.. sana deh kak, kalau mau ajak Acha…” kali ini teman Acha yang paling tinggi dengan rambut panjangnya membantuku.
“Loh Shill, katanya kita mau cari buku bareng?” Acha bertanya pada temannya yang membelaku tadi.
“Udah masalah itu bisa besok kok... udah sana pergi…” kata temannya Acha itu.
“yaudah deh…” kata Acha. aku menyunggingkan senyum bahagia.
“yaudah yuk Cha…” ajakku. Acha hanya menurut.
“Yang lain gue pamit dulu yaa..” kataku berpamitan dengan teman-teman Acha. Achapun melambaikan tangannya pada teman-temannya.
Dengan semangat aku menggandeng tangan Acha, dan entah mengapa kali ini saat aku menggandeng tangan Acha dia tidak menolak, dia hanya terdiam tanpa membrikan protes sedikitpun –seperti yang dia lakukan sebelumnya-
Di tengah jalanku menuju motor yang aku parkirkan di parkiran sekolah aku berpapasan dengan Ray –sainganku untuk mendapatkan Acha- aku sempat kuatir kalau Acha akan membatalkan niatku mengajaknya jalan tapi ternyata dugaanku salah Acha nampak sangat tidak suka berpapasan dengan Ray. Acha menatap Ray dengan tatapan benci ketika aku dan Acha berhenti sejenak dan berhadapan langsung dengan Ray.
“Cha…” aku dengar Ray memanggil lirih Acha. aku menatap Acha tapi kulihat Acha menatap Ray dengan tatapan benci.
“Ayo kak, kita segera pergi…” kata Acha langsung menarikku pergi meninggalkan Ray. aku sempat heran dengan sikap Acha, tapi aku hanya menurut saja. akhirnya aku dan Acha meninggalkan ray dan kita berdua pergi ke tempat yang ingin aku tuju menggunakan motorku.
---
Saat ini aku dan Acha sudah berada di taman dan kami sudah duduk di salah satu bangku taman. Jujur sepanjang perjalanan aku memikirkan sikap aneh Acha ke Ray. aku pikir saat itu Acha akan lebih memilih Ray tapi kenapa tiba-tiba Acha nampak membeci Ray. ini cukup membingungkan untukku.
“Cha…” kataku.
“Ya..” jawabku.
“Ada apa kamu sama Ray?” tanyaku. Acha hanya menyunggingkan sebaris senyumannya yang membuatku merasa bahagia pernah mengenalnya.
“Kenapa senyum? Ada yang salah dengan pertanyaanku?” tanyaku.
“Bukan kah seharusnya kakak seneng kalau Acha gak lagi perhatian sama Ray, jadi kan kesempatan kakak terbuka lebar buat dapetin Acha…” katanya yang membuatku tertegun. aku kaget mendengar kata-katanya. Apa benar yang dia katakan? Apa dia memang sudah tidak mencintai Ray?
“Hahaha, bercanda kak…” tiba-tiba Acha sedikit meninju lenganku. Aku hanya bisa tersenyum kecut. Ternyata hanya bercanda-,-
“Tapi mungkin aja itu terjadi…” katanya sambil menatap lurus ke depan.
“Apa maksudmu dengan mungkin? Kalian ada masalah?” tanyaku.
“Entahlah…” katanya.
“Cerita aja kalau kamu mau.” Kataku. Acha langsung menatapku heran, aku yakin dia berfikir jelek tentangku, pasti dia pikir aku akan meracuninnya untuk tambah membenci Ray. aku tidak akan sejahat itu.
“Hey… jangan anggap aku akan mempengaruhimu untuk semakin membencinya, aku tidak selicik itu…” kataku buru-buru menjelaskan maksudku. Acha nampak kaget karena aku tahu apa yang dia pikirkan.
“Aku gak mau menang dalam mendapatkan hatimu dengan cara licik…” kataku lagi.
“Maafin aku yaa..” kata Acha.
“Gak masalah… mau cerita sekarang?” tanyaku lagi. Acha nampa menghela nafas kemudian dia menceritakan semuanya padaku.
Aku tidak menyangka dengan apa yang di ceritakan oleh Acha, seorang Ray melakukan hal konyol seperti itu. tidak bisa di percaya.
Aku terus dan terus mendengarkan selurus isi hati Acha, terkadang aku memberikan pundakku untuknya bersandar selagi air matanya tumpah dan aku hanya bisa mengucapkan kata ‘kamu sabar ya Cha’ sepajang sore itu aku habiskan berdua dengan Acha untuk menenangkan hatinya dan sepanjang sore itu aku harus kuat saat Acha tanpa sadar berkata ‘aku sayang sama kak ray, dan aku gak mau di jadi jahat’ tapi tak papa lah asalkan dia bisa tenang.
***
Sampai sekarang aku masih tak percaya…
Kau tega lakukan itu…
Sekalipun kau memohon maaf…
Sulit bagiku untuk memaafkanmu…
Nyawa sahabatku nyaris melayang
Aku sangat kecewa –Larissa-
Saat ini sudah 1 minggu setelah aku mengatakan pada kak ray, kalau aku tak ingin di ganggu. Selama 1 minggu itulah kak Ray tak pernah mengagguku, bahkan dia tak pernah menujukan dirinya di depanku. Jujur aku kehilangan dirinya, tapi rasa kecewa itu masih bergentayangan di hatiku.
Mungkin rasa penasaran kak Ray sudah memuncak hingga sore ini tanpa aku duga dia mendatangi rumahku
“Ngapain kakak ke sini?” tanyaku saat menyambutnya di depan rumahku.
“Apa salah?” tanyanya. Aku hanya menghembuskan nafas.
“Ayo duduk…” kataku mempersilahkan kak Ray duduk di bangku teras rumahku setelah aku menutuo pintu rumah.
“makasih..” katanya.
“Ada apa?” tanyaku.
“Bukannya gue yang harus tanya ke elo? Ada apa sih sama loe?” tanyanya balik.
“Kenapa harus tanya itu?” tanyaku. Kak Ray langsung menatapku.
“Cukup Cha! Cukup gue perlakuin gue kayak gini Cha! Gue capek! Gue tu sayang sama Loe, tapi kenapa loe kayak gini sama gue? Apa salah gue?!” tanyanya dengan sedikit emosi.
Aku mencoba menghela nafas.
“Kakak mau tahu apa salah kakak?” tanyaku balik.
“jelas donk Cha.. gue harus tahu…” katanya.
“Kakak salah karena kakak nyaris bunuh sahabat aku!” kataku langsung to the point.
“Apa? Gue bunuh sahabat loe? Gak mungkin Cha… gue gak mungkin bunuh sahabat loe…” katanya.
“Try Out beberapa bulan lalu… kenapa kakak nekat nyanyin aliran kakak padahal kakak udah di larang sama miss winda?” tanyaku.
“Apa maksud loe Cha? Try out? Aliran music? Gue gak ngerti…” katanya masih belum peka.
“kakak masih belum ngerti?” tanyaku mulai berkaca-kaca.
“Karena kebodohan kakak, seluruh arwah yang ada di sekolah kita marah! Mereka mendatangi Shilla, temen Acha dan mereka nyaris menarik nyawa Shilla Cuma karena kakak nekat bawain aliran lagu kakak di sekolah!” kataku dengan emosi. Kak Ray nampak tertegun dan tak menyangka kalau aku tahu masalah itu.
“jadi emang bener hal itu terjadi.” Katanya tanpa rasa bersalah. Mendengar ekspresi wajahnya tanpa rasa bersalah aku semakin emosi.
“IYA! Semua itu terjadi! Dan kakak sengaja lakuin itu kan?! kakak jahat!” kataku terlonjak emosi. Kak ray nampak kaget dengan sikapku yang penuh emosi.
“Jadi karena ini loe marah sama gue?” tanyanya.
“Karena itu kak?! Ya! Karena itu! Acha bisa sabar kalau kakak gak seperhatian kak Ozy, Acha bisa sabar kalau Aren selalu deketin kakak.. Acha bisa sabar kak, tapi Acha gak akan maafin kakak karena kakak udah buat Shilla nyaris meninggal!! Shilla memang gak deket sama Acha tapi Acha gak nyangka, orang yang Acha sayangin ngekuin hal jahat kayak gitu dan orang yang Acha sayangin percaya hal gaib…iya kan?! kakak percaya hal itu kan?!” kataku benar-bener emosi dan kecewa sampai-sampai aku berdiri dan wajahku memerah penuh air mata. Melihat aku berdiri penuh emosi, kak Ray juga ikut berdiri dan berjalan mendekatiku.
“STOP! Jangan deketin Acha! Acha gak mau deket sama orang yang percaya gak gaib…!” kataku menahan kak Ray agak tak mendekatiku.
“Tapi Cha, gue bisa jelasin semua itu Cha…” katanya.
“Enggak! Kakak gak perlu jelasin semua itu kak, Acha udah tahu semua itu kok. Kakak terima itu dari kak Dayat kan? dan kakak terima itu agar kakak bisa masuk gangster sekolah kita?! Acha udah tahu kak! Kakak udah gak perlu jelasin lagi…” kataku berlinangan air mata.
“Tapi Cha.. please dengerin penjelasan gue dulu, gue janji gue akan lepasin semua itu, tapi loe dengerin penjelasan geu dulu.. please Cha…” kak Ray berusaha membujukku, tapi semua itu percuma, aku sudah terlanjur kecewa.
“Percuma kak! Acha udah terlanjur kecewa… mungkin kakak bukan cinta sejati Acha kak… seharusnya sejak awal Acha sadar kita beda dan seharusnya sejak dulu Acha milih kak Ozy aja, karena dia lebih baik dari kakak…sehrusnya sejak awal Acha denger kata-kata teman Acha kalau kakak gak baik” kataku masih dengan isak tangis.
“Ooww.. Cuma karena ini loe buang cinta lo eke gue? Dan lebih milih Ozy orang yang udah enggak loe cintai? Wauw…” kata kak Ray.
“Cuma ini kak? Kakak nyaris membunuh Shilla, kakak bilang Cuma ini?! kakak emang jahat!” kataku makin emosi.
“IYA! Cuma masalah ini! kenapa? Salah?! Cha.. gue pikir loe emang sayang sama gue tapi ternyata gue salah. Sejak awal loe emang gak pernah sayang sama gue!” katanya ikut emosi. Aku terdiam. Bodoh sekali pertanyaannya, mana mungkin aku tak menyanyanginya? Aku sangat sayang padanya, tapi dia telah membuat aku membencinya.
“Kenapa gak jawab? Binggung? Berarti loe emang gak pernah sayang sama gue dan loe udah bohong sama gue kalau loe sayang sama gue..!” katanya. Aku tertegun, aku bingung mau menjawab apa. Bagiku ini adalah perdebatan konyol.
“Aku sayang sama kakak, tapi kakak udah buat aku jadi gak sayang lagi sama kakak!” kataku.
“BOHONG! Sayang gak akan memandang orang yang kita sayang sebelah mata!” katanya. Aku semakin tertegun. apa benar yang dikatakan oleh kak Ray.
“Cha.. kalau loe emang sayang sama gue.. loe gak akan mikir kayak gini? Loe akan kasih gue kesempatan untuk jelasin semua itu…” katanya. Aku hanya terdiam.
“Semua ini udah cukup buktiin kok kalau loe emang gak pernah sayang sama gue… makasih buat semua kebohongan loe…” kata Ray dingin. Mendengar kata-katanya yang begitu dingin aku kaget. Baru kali ini kak Ray berkata dingin seperti itu padaku. Apa aku sudah keterlaluan padanya? Tapi kak Ray harusnya sadar kalau dia gak seharusnya melakukan hal itu. AHH entahlah. Aku bingung.
“Inget satu hal Cha, sayang gak akan memandang orang yang kita sayang sebelah mata…” kata kak Ray menatapku dingin.
“Aku pamit.. selamat sore..” pamitnya dingin. Sejurus kemudian Kak Ray pergi meninggalakanku.
***
Melakukan itu hanya untuk menutupi kesedihan…
Mempermainkan perasaan hanya untuk menutupi kesakitan…
Kalau memang bukan dia kenapa harus dipaksakan?
Apa keputusan itu benar? –Author-
“Tumben Cha loe ajak gue ke sini?” tanya Ozy pada Acha. saat ini Ozy dan Acha sedang berada di salah satu café dekat sekolah Acha.
“Iya kak… ada yang mau Acha omongin sama kakak..” kata Acha sambil tersenyum.
“Apa Cha?” tanya Ozy penasaran. Tanpa menjawab pertanyaan Ozy Acha langsung meraih tangan ozy dan menggemnya erat. Ozy kaget melihat tinggah Acha.
“Cha…” kata Ozy kaget.
“Maafin Acha kak, karena selama ini Acha udah buta, selama ini Acha udah menutup hati Acha untuk kak Ozy. Acha sadar kok kalau kak Ozy yang terbaik untuk ACha…” kata Acha sambil menatap mata Ozy.
“Maksud kamu Cha?” tanya Ozy masih belum mengerti.
“Acha sayang sama kak Ozy…” kata ACha to the point. Ozy nampak kaget dan dia tidak percaya. wajahnya berbinar seketika.
“Apa? Barusan kamu bilang apa Cha? Kamu sayang sama aku?” tanya Ozy masih tidak percaya,namun rasa tidak percayanya belum mampu menutupi kegirangannya.
“Iya kak, Acha sadar.. sejak awal kakak yang terbaik buat Acha..” kata Acha.
“Tapi Ray?” tanya Ozy.
“Acha salah menilai kak Ray, dia jahat.. kakak tahu kan?” kata ACha. Ozy nampak bingung.
“Iya sih Cha? Tapi apa ini gak terlalu cepet?” tanya Ozy.
“Kenapa ? kakak udah gak suka sama Acha?” tanya Acha.
“Bukan gitu Cha tapi…” kata Ozy. Acha nampak kecewa.
“Yaudah deh kak. Ini emang salah Acha.. mungkin kakak gak bisa segampang itu percaya sama ACha..” kata Acha melepas tangan ozy
“Ehh bukan gitu.. yaudah deh aku percaya kok…” kata Ozy. Acha nampak senang.
“Makasih ya kak…” kata Acha. Ozy hanya tersenyum.
“Semoga ini jalan terbaik buat aku… aku harap kak Ozy bisa jadi cinta sejatiku” batin Acha meyakinkan pilihannya sendiri.
“Apa kamu yakin Cha?” batin Ozy belum percaya.
Tanpa Acha dan ozy sadari ternyata dari kejauhan ada Ray yang melihat kejadian itu, dia benar-benar kecewa.
***
Keputusan itu bukan keputusan yang terbaik…
Karena keputusan itu tidak diambil dari hati yang paling dalam…
Semua itu harus di beri kejelasan… -Author-
Mungkin karena belum yakin dengan keputusan Acha, Ozy berniat menemui Ray. ketika Ozy hendak menemui Ray yang berada di aula, langkahnya terhenti saat melihat Ray sedang berbicara serius dengan Shilla, karena merasa tidak enak jika tiba-tiba datang dan menggangu, ozy memutuskan untuk menguping pembicaraan Ray dan Shilla.
“Sorry Ray, kalau karena gue loe sama Acha jadi kayak gini.. gue udah salah karena cerita masalah itu Ray…” kata Shilla.
“udahlah Shill, lagian Acha emang harus tahu… gue emang salah udah lakuin itu, makanya gue minta maaf banget sama loe, gue gak nyangka kalau perbuatan gue itu udah buat loe nyaris mati.. maafin gue ya Shill..” kata Ray menyesal.
“Iya, gue udah maafin kok… lagian loe juga udah lepasin semua itu kan?” tanya Shilla.
“Ya, demi Ach ague udah lepasin semua itu, gue udah balikin ke Dayat semuanya…” kata Ray.
“Tapi percuma aja, Acha udah buang cintanya ke gue.. dia udah gak sayang lagi sama gue.. dia lebih milih Ozy…” kata Ray.
“Loe salah!” kata Shilla langsung menepis omongan Ray.
“Salah? Mana mungkin, gue lihat sendiri kok kalau Acha nyatain cintanya ke Ozy..” kata Ray.
“Ray… Acha lakuin itu demi loe…” kata Shilla.
“Maksudnya?” tanya Ray tak mengerti.
“Acha tahu susah buat orang ngelepasin pegangannya, jadi dia gak mau lihat loe maksaain diri loe buat lepasin pegangan loe, Acha gak mau lihat loe menderita, dia udah bohongin perasaan dia. Dan masalah Ozy, Acha emang sayang sama ozy, tapi itu Cuma sebatas Acha menyayangi Ozy sebagai kakak…”jelas Shilla.
“Apa? Jadi bener Acha gak sayang sama gue?” batin Ozy.
“jadi Acha lakuin ini demi gue?” tanya Ray.
“Iya Ray… dia itu sayang sama loe…” kata Shilla.
“Tapi Shill, gue rasa udah terlambat deh…” kata Ray putus asa.
“Gak ada yang terlambat kok…” tiba-tiba Ozy muncul. Ray dan Shilla kaget melihat kedatangan Ozy.
“E,elo…” kata Ray tergagap.
“Loe gak usah takut, gue gak marah kok… gue udah tahu sebelumnya kalau Acha gak pernah suka sama gue…” kata ozy mengambil duduk bersila –sama dengan Shilla dan Ray-
“Emang gak seharusnya gue begitu aja percaya sama cinta Acha… sampai kapanpun cinta Acha ke gue udah ilang… Cuma loe yang ada di hati Acha…” kata Ozy.
“O,ozy…” kata Shilla lirih.
“Cum aloe cinta sejati Acha Ray… Cuma loe yang bisa buat Acha bahagia…” kata Ozy.
“Tapi bukannya loe suka sama ACha…” kata Ray.
“Gue emang suka sama Acha, tapi gue gak mau jadi orang egois. Kalau menag Acha suka sama loe, gue terima kok, lagian gue juga tahu loe sayang banget sama Acha. lagian gue bisa selamanya jagain Acha…” kata Ozy.
“maksud loe?” tanya Ray.
“Gue dapet besiswa sekolah music di Italy… awalnya gue ragu terima itu, karena gue gak mungkin donk ninggalin cinta gue lagi. tapi setelah gue lihat loe sayang banget sama Acha, gue jadi gak ragu ninggalin Acha… karena emang Cuma loe yang bisa sayang sama Acha lagian Acha Cuma sayang sama loe…” kata Ozy.
“Loe serius Zy?” tanya Ray.
“Ya.. Cuma loe yang bisa jadi True Love nya Acha… Cuma Raynald bukan Fauzy…” kata Ozy.
“Tapi udah terlambat Zy, Acha udah benci sama gue…” kata Ray.
“Loe tenang aja, lusa gue tampil di konser farewell bagi penerima beasiswa… gue harap loe bisa dateng dan berpartisipasi… gue yakin dengan itu Acha akan sadar kalau loe emang yang terbaik…” kata Ozy.
“Partisipasi?” Ray nampak heran.
“Dateng aja di gladi resiknya besok, gue akan jelasin semuanya…” kata Ozy.
“Oke… gue dateng… makasih yaa…” kata Ray tersenyum, senyuman pertama untuk lawannya, atau lebih baik kita sebut untuk kawannnya.
“Yaudah gue balik dulu.. gue titip Acha yaa…” kata ozy. ray hanya menjawab dengan senyuman.
***
Saatnya semua itu dijelaskan…
Dia harus menemukan cinta sejatinya…
Cinta sejati yang sebenarnya…
Cinta yang benar…
Raihlah itu…
True Love… -Author-
“Kamu mau ajak aku kemana sih Zy?” tanya Acha. mala mini Acha nampak cantik dengan dress hitamnya.
“Aku mau ajak kamu nonton konser aku…” kata Ozy.
“Kamu mau konser?” tanya Acha. Ozy hanya tersenyum dan langsung menggandeng acha memasuki gedung konsernya. Dalam gedung itu sudah ada Ray yang bersiap-siap untuk tampil special di konser itu.
“Cha loe duduk sini yaa…” kata Ozy mempersilahkan ACha duduk di kursi tamu VVIP.
“Kamu mau kemana?” tanya Acha.
“Aku mau siap-siap tampil…” kata Ozy.
“Oo yaudah.. good luck yaa..” kata Acha. Ozy hanya tersenyum dan langsung ke belakang panggung.
Sekitar 10 menit kemudian tibalah saat Ozy untuk tampil.
“Baik mari kita sambut penampilan special dari Fauzy, penerima beasiswa terbaik kitaaa!!” kata pembawa acara. Tak lama Ozy masuk ke depan panggung.
“Selamat malam, ini sebuah kebanggan buat saya selaku penerima beasiswa terbaik ke Italy… mungkin setelah konser ini saya tidak aka nada lagi di sini karena saya akan menuntut ilmu di Italy…” kata Ozy. mendengar itu Acha tertegun, dia sama sekali tidak tahu masalah ini, hal ini benar-benar membuat Acha kaget.
“Sebelumnya saya minta maaf kalau ada sebagian orang yang belum mengetahui rencana saya. Sebenarnya keputusan ini baru saya ambil 2 hari lalu. Awalnya saya bingung untuk menerima beasiswa ini karena kalau saya menerima beasiswa ini maka saya akan meninggalkan seorang yang sangat saya sayangi dan tidak ingin saya kecewakan. Dia adalah Larissa…” kata Ozy sambil menujuk Acha, Acha sempat malu karena seluruh pandangan tertuju padanya. “Tapi saya juga berfikir kalau saya menolak ini semua saya melakukan hal bodoh karena menolak kesempata besar seperti ini. maka ketika saya yakin telah menemukan orang yang pantas menggantikan saya untuk mencintai Larissa, maka saya memutuskan untuk menerima beasiswa ini. dia adalah Raynald…” kata Ozy sambil menunjuk sisi kanan panggung. Saat nama raynald di sebut di panggung Raynald –Ray- langsung keluar membawa sebuah gitar.
“Dulu dia adalah lawan untukku mendapatkan gadis bernama Larissa, tapi kini dia adalah kawanku karena dial ah yang akan menajga Larissaku… oleh karena itu pada malam ini bukan saya yang akan menampilkan sebuah permainan music tapi Raynald yang akan memainkannya untuk membuktikan cintanya pada Larissa…” kataku.
“Marilah kita sambut Raynald…” kata Ozy mempersilahkan Ray untuk tampil di depan.
“PLOKPLOK” seluruh penonton seakan terlarut dalam cinta Raynald-Larissa-Fauzy.
Setelah itu Ozy turun panggung dan duduk di sebelah Acha.
“Apa yang kamu lakuin Zy?” protes Acha.
“Udah kamu lihat aja…” kata Ozy tanpa memandang Acha.
“Baik, sebelumnya saya berterima kasih kepada fauzy, kawan baru saya karena dia sudah merelakan cintanya untuk saya. Dan untuk Larissa, gadisku aku akan buktikan padamu, kalau kau masih mencintaiku…” kata Ray sambil menatap Acha, Acha memalingkan pandangannya.
Tak lama ray mulai memainkan permainan gitarnya. Dengan isntrumen yang sangat romantic, Ray memainkannya dengan sepenuh hati. Acha yang awalnya tak mau memandang Ray terpaksa memandang ray dengan terpesona, Acha tidak menyangka Ray seoarang drummer metal bisa memainkan music klasik seindah itu.
“Indah bukan..?” tanya Ozy tanpa memandang Acha. Acha hanya diam tertunduk.
“Itulah cintamu Cha.. sejak awal kamu tahu kan Cuma Ray yang kamu cinta… jangan Cuma karena hal itu kamu membuang cintamu Cha… dia begitu mencintaimu Cha dan kamu juga begitu mencintainya kan?” kata ozy.
“Enggak Zy, dia udah jahat sama temen aku… aku gak bisa mencintai orang yang udah jahat sama temen aku…” kata Acha.
“Sekalipun gue udah maafin Ray…” tiba-tiba terdengar suara Shilla dari sebelah Acha, Acha langsung mengalihkan pandangannya kea rah kursi sebelah kirinya.
“Shilla? Kok loe bisa di sini?” tanya Acha heran.
“Loe gak akan pernah tahu di man ague…” kata Shilla.
“ray udah balikin semuanya ke Dayat kok… loe gak usah kuatir… Ray udah bersih.. gue bisa jamin itu…” kata Shilla. Acha nampak tak percaya.
“Tapi… kenapa bisa?” tanya Acha.
“Kekuatan Cinta Cha…” kali ini Ozy yang menjawab dan mebuat Acha menggerakkan kepalanya ke kanan.
“Iya Cha… Ray sayang banget sama loe… dia rela ngelepasin semuanya demi loe.. dia juga udah minta maaf sama gue kok…” kata Shilla. Sejenak Acha tertunduk mendengar penjelasan Shilla dan Ozy, Acha nampak menyesal.
“Tapi semuanya udah terlambat…” kata Acha lirih.
“Gak ada yang terlambat untuk cinta yang benar…” tiba-tiba terdengar suara ray. Acha mendongakkan kepalanya.
“Eh? Kak Ray?” Acha terkaget-kaget melihat Ray tiba-tiba di depannya. Saking galaunya Acha, dia gak menyadari kalau permainan Ray sudah berakhir beberapa detik yang lalu.
“Masih adakah kesempatan untuk anak metal ini?” tanya Ray sambil menyodorkan telapak tangannya.
“Raihlan Cintamu Cha… raihlan cintamu yang benar…” bisik Ozy.
“Dia bersih kok Cha…” tambah Shilla. Setelah mendapatkan semangat dari Ozy dan Shilla. Acha seakan mendapatkan kehidupannya kembali tanpa basa basi Acha meraih tangan Ray dan tersenyum manis pada Ray.
Raypun mengajak Acha berdiri dari duduknya.
“Kamulah cinta sejatiku Ray.. Aku mencintaimu!” teriak Acha kepada seantero penonton. Dan dalam sekejap Acha langsung memeluk Ray. merekapun saling berpelukan diiringi tepuk tangan para penonton yang terhanyut dalam cinta Raynald dan Larissa, bahkan ada penonton yang tersentuh hingga menangis. Ozypun sudah mencoba merelakan Acha untuk Ray. dan Shilla sudah menghapus semua dendamnya pada Ray.
Akhirnya cinta Raynald-Larissa-Fauzy bisa berarhir dengan bahagia.. tetapi kini sudah tidak ada cinta Raynald-Larissa-Fauzy tetapi hanya ada cinta sejati Raynald dan Larissa. Ya hanya Raynald dan Larissa, dalam True Love mereka.
THE END
Coment please :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar