sebuah kisah perjuangan seorang cewek untuk mendapatkan cinta seoarang cowok yang sangat dia sayangi. kisah ini bisa membuktikan bahwa seoarang wanitan layak dan harus memperjuangan cintanya sekalipun itu hak terkahir yang bisa di lakukan....

coment please :D

***
Raynald Prasetya
KLIK
Beberapa saat kemudian muncullah profil Facebook dari orang bernama Raynald Prasetya.
“APA? DITOLAK!!! AHH SHITT!!” aku terkejut saat mengetahui permintaan pertemananku di tolak olah Ray –Raynald Prasetya- sekedar info ray adalah kakak kelas yang sejak pertama melihatnya aku sudah jatuh cinta padanya. Diapun mengetahui bahwa aku mencintainya, namun hal itu malah membuatnya menjauhiku. Aku tahu kenapa dia lakukan itu. hanya satu alasan, DIA TIDAK MENCINTAIKU. Tapi itu tidak membuatku menyerah, aku akan tetap memperjuangkan cintaku. Catat MEMPERJUANGKAN bukan mengejar.
“Sialan! Kenapa permintaan pertemanku di tolak. Jahat banget si kak Ray…” gerutuku sebal. Sesaat kemudian aku mengalihkan pandangaku dari I pad ku menuju I phone ku. Kemudian aku mencari kontak kak Ray dan menelponya untuk memproteskan masalah ini.
Beberapa detik setelah aku menekan tombol call terdengar suara nada sambung. Tak berapa lama nada sambung itu berganti menjadi sapaan.
“Hallo…” terdengar suara dari sebrang yang aku yakin itu suara kak Ray.
“Sebegitu tegakah kamu, sampai menolak permintaan pertemananku di facebook?” tanyaku dengan nada dingin tanpa membalas salamnya.
Terdengar dengusan dari sebrang.
“Ternyata kamu Acha…” katanya dengan nada meremehkan. “Bukan kah itu hak ku untuk menolak atau menerima permintaan pertemanan di jejaring sosialku?” tanyanya kemudian masih dengan nada meremehkan.
“Apa salahku? Apa salah aku mencintaimu? Aku tak menuntut banyak atas cintaku. Aku hanya ingin kamu menghargai cintaku…” kataku menyeringai.
“Sudahlah Cha.. berapa kali aku bilang, kamu jangan terus mengejarku seperti ini. aku tidak mencintaimu Cha…” ucapnya yang sangat menyayat hati. Sungguh sakit saat mendengar kata itu dari mulut kak Ray, walupun sudah ribuan kali aku mendengarnya.
“Maaf ya kak Raynald Prasetya, aku tidak pernah mengejarmu… ingat aku lakukan ini hanya karena aku ingin memperjuangkan cintaku… maaf saya Larissa Safanh Arif TIDAK PERNAH MENGEJAR CINTA ANDA, saya hanya MEMPERJUANGKAN CINTA SAYA. Paham…” tuturku dengan penekanan.
“Acha-Acha… apa yang bisa membuatmu tidak lagi MEMPERJUANGKAN CINTAMU lagi..” tanyanya balik.
“Saat aku berhasil memberimu satu kado terindah…” kataku.
Terdengar dengusan meremehkan lagi.
“Dasar anak kecil.. jaman sekarang percaya gituan.. kado terindah?! Bulshit…” ucapnya meremehkan.
“Terserah kamu mau bilang apa… tapi hanya itu yang bisa membuatku berhenti memperjuangkan cintaku…” kataku.
“Oke. Kalau gitu kado apa yang akan kamu beri ke aku?” tanyanya lagi.
“up to you” jawabku. Tak ada jawaban setelah beberapa detik.
“Kenapa diam?” tanyaku memecah keheningan.
“Baik kalau itu maumu…” jawabnya.
“Lalu apa yang kau inginkan?” tanyaku.
“Buatkan aku 1000 origami burung bangau dan 1 pahatan miniature biola.. berikan padaku saat hari kelulusanku…” katanya. Aku tertegun. 1000 origami burung bangau? 1 pahatan miniature biola? Hanya dalam waktu 2 minggu? gilak aja orang itu! membuat origami burung bangau aja aku gak bisa bagaimana harus membuat 1000 origami burung bangau dalam waktu 2 minggu di tambah pahatan miniature biola! Kado yang gila!
“bagaimana? Sanggup?” tanyanya memecah lamunanku.
“a…aku…” kataku bingung.
“Tunjukan kalau kamu memang mencintaiku… perjuangkan cintamu…” katany kemudian.
“Baik! Aku terima…” kataku tanpa sadar saking cintanya aku pada kak Ray. bodohnya aku.! Bagaimana aku bisa membuat semua itu? dasar Acha bodoh!
“Oke kalau gitu aku tunggu 2 minggu lagi…” katanya.
“Tapi apa hadiahnya jika aku bisa menyelesaikan semuanya?” tanyaku buru-buru sebelum dia menutup teleponya.
“Hmmmm…” dia Nampak berfikir.
“Jika kamu berhasil aku akan mengabulkan sebuah permintaan darimu tapi jika kamu gagal kamu harus melepaskan aku…” katanya. Cukup adil.
“Oke.! Aku pikir itu cukup adil untuk kita berdua…” kataku.
“Oke! Aku tunggu 2 minggu lagi…” katanya.
KLIK dia memutuskan teleponya.
“BODOHH!!!” kataku sambil membanting I phone ku ke kasur saking bodohnya aku menerima tantangan kak Ray. bagaimana aku bisa membuat 1000 origami burung bangau dan 1 pahatan miniature biola? Aku sama sekali tak tahu bagaimana membuat origami dan bagaimana cara memahat.. dasar bodoh!!
“ARGGGHH!!!” geramku sambil membanting diriku di kasur. Sejenak aku menatap langit-langit kamarku dan berfikir.
“Apa yang harus aku lakuin sekarang? Aku udah terlanjur menerima tantangan kak Ray dan aku sudah berjanji pada diriku kalau aku akan memperjuangkan cintaku. Tapi bagaimana mungkin aku bisa membuat origami sebanyak itu dalam waktu 2 minggu? tapi! Tunggu! Kenapa aku berfikir seperti itu?! enggak! Aku gak boleh berfikir kayak gitu! Kenapa Acha yang dulu! Kemana aku yang dulu yakin untuk mempertahankan cinta?! Ya! Aku harus bisa! Aku gak boleh nyerah! Demi cintaku ke kak Ray! Tuhan berilah aku pertolongan.
Sepanjang malam aku terus meyakinkan diriku kalau aku bisa, sehingga aku tertidur.
***
Pagi ini mungkin matahari bersinar terang dan udara pagi berhembus cukup segar namun itu tidak membuatku secerah dan sesegar seperti ini.
“Hoeeee!!!!” dengan lemas aku membanting pantatku di atas kursi kelas, kemudian aku menyembunyikan mukaku dengan kedua tanganku. Tak lama kemudian sahabatku Via datang.
“Napa loe Cha?” tanyanya sambil duduk di kursi sebelahku seperti biasa. Akupun memunculkan kembali wajah suramku.
“Dilema Vi…” jawabku lemas.
“Nahlo! Jaman sekarang dilemma?? Kenapa neng?” tanyanya.
“jadi…” kataku menceritakan semua dilemmaku tentang permintaan kak Ray.
“APA???!!!” teriaknya kenceng abis. Buset nie anak, bisa budek aku.
“Aduhhh santai aja napa sih Vi… bisa budek gue…” omelku sambil membuka tutup telingaku.
“Yaaa maaf… lagian gimana gue gak kaget.. aneh-aneh aja sih kak Ray tuhh.. jaman sekarang masih ada permintaan 1000 burung bangau?? Gilak kali ya tu anak…” Via terus nyerocos.
“Makannya itu Via.. gue juga bingung.. gue udah terlanjur nerima tawawan itu. lagian loe tahu kan gue suka sama kak Ray…” kataku bingung.
“Hmmm…” kata Via seraya berfikir. Sejurus kemudian Via merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah kertas bergambar.
“Nie…” dia menyodorkan kertas itu.
“Apaan nie?” tanyaku bingung.
“Makannya baca dulu sebelum tanya…” katanya. “ Ini panduan cara buat origami burung bangau, kebetulan kemarin gue abis beli kertas lipat buat adik sepupu gue, terus gue lihat ada panduan buat origami burung… rencanannya sih mau gue kasih di Rizky dia kan maniak origami…” jelasnya. Aku Cuma manggut-manggut. Tak lama aku sadar kalau inilah pertolongan yang datang dari Tuhan lewat sahabatku.
“OMG!!! Makasih banget ya Via.. loe emang dewi penolong gue… makasihhhh bangettt…” kataku langsung memeluknya dengan girang.
“Hohohoho.. siapa dulu Via gituuu…” katanya kepedean, namun kali ini aku setuju karena dia memang menguntungkan buatku.
Akhirnya akupun mendapatkan cara untuk membuat 1000 burung bangau. Hanya sedikit mempelajari maka aku akan bisa membuat 1000 burung bangau. Tuhan berkatilah aku.. J
***
Setelah sedikit mengambil privat dengan Rizky akhirnya aku berhasil membuat satu origami. Itu adalah origami pertamaku dari 1000 origami yang harus aku buat.
Hari kehari aku terus membuat origami itu, aku sama sekali tidak memperduliakn pelajaranku di sekolah bahkan aku tidak pernah belajar jika ada ulangan. Dari pagi hingga malam hari aku terus membuat origami itu.berhubung banyak origami yang harus aku buat aku harus membagi 4 kertas lipat berukuran 20x20 itu.
SRETTT aku membagi kertas lipat itu menjadi 2.
SRETT kemudian aku membagi kertas itu menjadi empat. Saat kertas itu belum sempurna terbagi tanpa sengaja cutter yang ku gunakan membagi kertas itu melukai tanganku.
“Auwww…” rintihku saat cutter itu menambah luka di jariku. Ya! Sudah banyak luka di jariku karena tersayat oleh cutter. Itu memang kesalahanku yang tidak berhati-hati menggunakan cutter, tapi itupun karena aku terlalu lelah membuat origami seharian penuh.
“Ahhhh menghambat kerjaku aja….” gerutuku sambil menutup lukaku dengan handiplas.
Selesai menutup luka aku kembali meneruskan membuat origami itu. kini origamiku sudah mencapai 250 origami selama 2 hari ini.
***
Pagi ini aku sangat lelah karena semalam aku baru bisa tidur pukul 3 pagi itupun karena kertas lipatku sudah habis, coba kalau kertas lipat itu masih ada satu bungkus mungkin tadi malam aku sama sekali tidak tidur.
Dengan langkah gontai aku memasuki kelas, nayaris saja aku menabrak pintu untung aku menyadari keberadaan pintu itu. sesampainya di bangku aku membantingkan pantatku di kursi dan menjatuhkan kepalaku di meja.
“HOAMMSSSS….”
“Astaga Cha loe kenapa?” tanya Via yang sudah dulu berada di kursi sebelahku. Aku hanya mengangkat tanganku lemas karena hanya itulah yang bisa aku lakukan, aku sangat lelah.
“Loe ngelembur lagii??” tanyanya. Aku masih tidak beranjak dari posisi awal.
“Chaa…” aku merasa ada yang mengangkat tubuhku. Saking lemasnya aku tak berdaya saat sahabatku Via mengangkat tubuhku dan menahanku dengan kedua tangannya sehingga dia bisa menatap wajahku.
“Cha.. loe kenapa sihh?? kenapa loe lakuin ini?” tanya Via masih memegangi tubuhku.
“Hmm…” jawabku lemas.
“Cha… udah 2 hari ini loe lemas kayak gini… loe gak capek apa ngelakuin ini??” tanyanya. Aku hanya menggeleng lemas.
“CHA!” kali ini nadanya sedikit membentak yang memaksaku menjawab pertanyaannya dengan pertanyaa.
“Apa sihh Vi? Loe gak tahu apa gue capek banget semalem tidur jam 3…” kataku sebel.
“Jam 3? Loe gila apa? Cha.. come on sist loe jangan kayak gini donk… Cuma keran Kak Ray loe rela lakuin ini?? Cha.. masih banyak cowok diluar yang bisa loe cintai…” kata Via yang memaksaku menyanggah kata-katanya.
“Gue harus lakuin ini… ini hal terakhir yang bisa gue lakuin.. jadi gue mohon loe bisa dukung gue…” kata gue masih dengan nada lemas namun berusaha membela diri.
“Ck!” katanya sambil melepaskan pegangan tangannya yang alhasil membuat sedikit terbanting ke meja.
“Aduhh” rintihku.
“terserah loe lah.. gue heran sama loe yaa kenapa loe segitu cintanya sama kak Ray? padahal jelas-jelas kak Ray nolak loe. Pakek acara kasih syarat lagi.. loe tuh ya.. bla bla bla….” Via terus ngoceh sedangkan aku sama sekali tidak memperdulikan. Yang aku perdulikan saat ini adalah membuat 1000 bangau dan 1 miniatur biola…
APA??? MINIATURE BIOLA?! OMG!!! Aku lupa?! Bagaimana dengan MINIATURE BIOLA itu? itukan salah satu syarat juga!
“Miniature biola!” kataku langsung terlonjak dan sukses membuat Via terdiam dari ocehannya.
“Miniature biola??” terdengar nada bingung dari Via.
“Yaampun Vi gue lupa… Miniature Biola…” kataku panic.
“Miniature biola apaan?” tanyanya bingung.
“Loe inget kan selain 1000 burung bangau geu juga harus buat 1 miniature biola…?” kataku panic.
“Oiya!” kata Via sambil menepuk keningnya.
“Aduhhhh!!! Bodoh banget sihh gue..” rutukku lemas.
“Tenang-tenang.. jangan panikkk…” kata Via mencoba tenang. Bagaimana bisa tenang. Dia sih bisa tenang kan dia gak ngalamin ini sedangkan aku? Aku yang alami pantas dong panic.
“Tunggu Cha.. gue rasa gue bisa bantu loe deh…” kata Via. Hah? Serius nie??
“hah? Serius nie? Loe bisa bantu gue?” tanyaku girang.
“Iya… kebetulan gue punya saudara bisa mahat gitu.. entar gue anterin lo eke rumah saudara gue jadi loe bisa les privat kilat…” katanya. OMG lagi-lagi Via lah penolongku. Aku bersyukur punya sahabat kayak Via.
***
Sepulang sekolah aku dan Via berencana menemui si pemahat itu. rumahnya terletak di daerah Kaliurang. Kami berdua ke sana menggunakan mobil Via.
“Vi rumahnya mana sih?” tanyaku yang duduk di bangku sebelah Via.
“DIdaetah Kaliurang gitu…” jawabnya sambil konsentrasi menyetir. Apa Kaliurang? Itu kan daerah rumah kak Ray.
“Kaliurang? Loe serius??” tanyaku kaget.
“Iya.. emang kenapa?” tanyanya sambil memandangku.
“eng,enggak papa kok…” kataku langsung terdiam. Kaliurang? Itukan daerah rumah kak Ray. bagaimana ini? bagaimana kalau aku bertemu dengannya? Aku belum siap. tapi sudahlah, mungki saja rumah pemahat itu jauhh dari rumah kak Ray.
***
TOK TOK kami mengetuk sebuah rumah yang bernuansa etnik dengan banyak pahatan indah. Tanpa mengetahui siapa pemiliknya aku yakin banyak orang sudah menduga itu milikj seorang pemahat.
“Iya tunggu sebentar…” terdengar sahutan dari dalam, beberapa saat kemudian muncul seoarang cowok seumuranku.
“Hai Briel…” sapa Via.
“Via??” kata cowok yang bernama Briel itu sedikit kaget. “Tumban lo eke sini?” tanya cowok itu.
“Iya nie gue butuh bantuan loe.. tepatnya sihh bukan gue tapi dia…” Via nunjuk gue. Gue Cuma bisa nyengir.
“Bantuan apa ya?” tanyanya.
“Jadi…bla bla…” kata Via mulai nyerocos dan aku yakin kali ini pasti bakalan panjang lebar dan akan melupakan kehadiranku. Aku merasa bosan aku mulai celingak celinguk. Aku tertegun saat melihat sosok yang sangat familier buat aku. Kak Ray. dugaanku benar, aku akan bertemu dengannya. Aku ingin menghindar namun entah mengapa kakiku serasa ingin bergerak menemuinya. Tanpa sadar aku berjalan menuju kak Ray yang sedang bermain Biola di depan teras rumahnya yang ternyata bersebrangan dengan rumah Briel.
Saat ini aku sudah tepat berada di depan rumah kak Ray. mataku tertuju langsung pada sosok kak Ray yang sedang memainkan biola dengan indah. Inilah salah satu alasan mengapa aku jatuh cinta pada kak Ray dan akan terus memperjuangkan cintaku. Karena dia telah memikat hatiku dengan gesekan indah biolanya. Beberapa menit aku menatapnya kagum sampai dia menyadari kehadiranku, saa dia mengehentikan permainannya aku yakin itu karena dia menyadari kehadiranku. Sejurus kemudian aku sedikit panic karena Kak Ray mendatangiku setelah meletakan biolanya di meja.
“Ngapain kamu ke sini?” tanyanya sambil melipat tangannya di dada. Sombong.
“A…aku…” kataku gugup.
“Apa 1000 burung bangau dan pahatan biola itu sudah selesai?” tanyanya dengan nada yang paling ku benci, sombong.
Aku tak menjawabnya, aku hanya menatapnya lekat-lekat. Otaku kembali berfikir apa sih sebenarnya yang membuatku jatuh cinta pada orang sombong ini? hingga aku harus menjatuhkan harga diriku di hadapannya. Lalu kenapa makhluk di depanku itu sama sekali tak memiliki hati. Kenapa dia begitu tega menyakitiku. Apa salahku? Apa salah kalau aku mencintainya lebih? Aku yakin itu tidak akan merugikannya. Kenapa?
“Kenapa diam? Kamu menyerah sama tantanganku? Kalau begitu aku yang menang… dan kamu harus ninggalin aku…” katanya yang sungguh membuat aku kecewa. Bendungan air mataku seakan ingin rubuh.
“Kenapa sihh??” kataku dengan nada bergetar seakan ingin meluapkan semua bendungan air mataku. “Apa salahku? Apa salah kalau aku mencintaimu? Kenapa kamu setega ini??” tanyaku masih berusaha menahan bendungan air mata itu.
“Apa yang kamu ucapkan? Aku gak ngerti…” kaka Ray Nampak bingung melihat sikapku. Karena ini pertama kalinya aku mengeluarkan sikap seperti ini. biasanya aku mengeluarkan sikap dingin di depannya.
“Emang salah kalau hatiku memilik kamu? emang salah kalau aku ingin memperjuangakn cintaku? Aku gak nuntut banyak kok. Aku Cuma pingin kamu hargai semua perjuangan aku… Cuma itu… susah?!” tanyaku kali ini tak mampu membendung air mata. Semuanya tumpah.
“Acha…” kak Ray Nampak tak menyangka aku akan menitikan air mata. Aku buru-buru mengapus air mataku karena aku tak ingin terlihat lemah di hadapan kak Ray.
“Enggak.. tunggu aja kak aku akan bisa membuat kado terindah buat kakak…” kataku sambil menatapnya lekat-lekat.
“Ma…maaf…” katanya.
“Tunggu saat kelulusanmu…” kataku langsung meninggalkannya. Aku yakin dia terus menatap kepergianku.
Tunggu aja kak Ray aku akan buktikan kalau aku benar-benar mencintaimu dan aku akan memperjuangkannya.
Akupun kembali menuju rumah Briel. Setibanya di san aaku disambut omelan dari Via yang ternyata sejak tadi mencariku.
“Yampun Cha.. loe kemana aja sihh??” tanya Via panic.
“Maaf…” kataku dengan nada lemas.
“Loe kenapa?” tanyanya seakan mengetahui kesedihanku.
“Enggak kok…” kataku sekenannya. “Kapan bisa mulai privatnya? Deadlineku tinggal 12 hari…” kataku.
“Yaudah kita mulai sekarang ajaa.. ayo masuk..” ajak Briel. Kami bertigapun masuk dan memulai privat. Jujur di privat pertama aku kurang konsentrasi karena aku terus memikirkan masalah kak Ray terlebih setelah ini aku yakin pasti setiap hari aku akan bertemu dengan kak Ray karena tiap harinya aku harus ke rumah Briel untuk membuat pahatan biola.
***
In author’s eyes
Semenjak kejadian itu ACha terys berusaha membuat origami dan pahatan. Hari-hari acha diselimuti oleh deadline pembuatan origami dan pahatan. Dari pagi hingga siang dia sekolah. Siang ke sore Acha membuat pahatan. Sore hingga pagi ACha membuat origami. Waktu tidur Acha hanya sekitar beberapa jam saja, sampai-sampai Acha sering di hukum karena tertidur di kelas. Via merasa prihatin dengan itu namun Via tidak bisa berbuat apapun karena kemauan Acha kali ini sangat kuat.
Siang ini hari 7 setelah perjanjian Acha kembali ke rumah Briel untuk melakukan privat hari ke lima. Seperti biasa saat Acha hendak memasuki rumah Briel dia selalu bertemu muka dengan Ray yang selalu bermain biola di depan teras rumahnya. Namun sebisa mungkin Acha mencoba mengalihkan pandangan karena dia tidak ingin kembali sakit hati dengan kata-kata dingin Ray.
Saat ini Acha dan Via sudah berada di dalam rumah Briel dan mereka akan memulai mebuat pahatan.
“Yaudah kita langsung mulai aja yaa…” perintah Briel yang sebenarnya bernama lengkap Gabriel Stevent Damanik.
Acha hanya mengangguk. Acha memulai pembuatan pahatan biolanya, berhubung Acha masih tergolong pemula untuk urusan memahat tidak jarang tangan Acha terluka oleh pisau pahat dan itu menambah deretan luka di tangan Acha. Via yang selalu menemani Acha memahat sempat kuatir dengan deretan luka di tangan Acha, namun Acha hanya bisa menjelaskan ‘ini gak sebanding dengan rasa cintaku ke kak Ray’.
Acha sedang memahat miniature biola itu saat Via mengajaknya berbicara.
“Gimana sama origami loe?” tanya Via.
“udah 500..” jawab Acha tanpa mengalihkan pandangannya dari pahatan.
“Wauww… sebesar itu kan cinta lo eke kak Ray?” tanya Via. Acha hanya tersenyum.
“Cha.. kenapa sih loe terus aja perjuangin cinta loe ke Kak Ray? padahal loe tahu kan jelas-jelas kak Ray nolak loe.. apa yang mau loe harepin dari kak Ray?” tanya Via.
“Gua lakuin ini karena ini hal terakhir yang bisa aku lakuin di dunia ini sebelum semuanya terlambat.” Jawab Acha. Via sempat tertegun dengan kata-kata Acha.
“Maksud loe?” tanya Via. Acha hanya tersenyum sedangkan Via hanya bisa geleng-geleng tak percaya dengan sahabatnya yang satu ini.
Tanpa di sadari Acha dan Via sejak awal Acha privat dengan Briel Ray selalu memperhatikan Acha dari kaca samping rumah Briel.
“Segitu besarkan cintamu sama aku Cha?? Maafkan aku… selama ini mataku tertutup akan cinta tulusmu… aku merasa gak pantas mendapatkan cinta dari kamu…” kata Ray sambil memperhatikan Acha dari balik kaca.
***
Hari-hari terus di jalani Acha dengan deadline kado untuk kak Ray. sekarang hanya tinggal 3 hari lagi. sedangkan burung bangau Acha baru berjumlah 900 dan pahatan Acha belum selesai benar.
Hari ini adalah hari minggu Acha berencana menyelesaikan pahatannya di rumah karena hari minggu ini Acha tidak bisa ke rumah Briel, untung saja Acha sempat membawa pulang pahatannya itu dari rumah Briel.
Acha terus memahat sampai tiba-tiba dadanya terasa sangat sakit.
“Auww…” rintih Acha saat merasa sakit di bagian dadanya, Acha berusaha tidak menjatuhkan pahatannya itu, namun rasa sakit itu terus menghinggapi Acha hingga tanpa sadar dia menjatuhkan pahatan itu bersamaan dengan terjatuhnya dia tdi lantai dan Acha mulai tak sadarkan diri.
Acha tergeletak di lantai selama beberapa menit hingga tiba-tiba Via datang sambil membawakan makanan. Via terkejut melihat Acha tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Via langsung panic dan membawa Acha ke rumah sakit.
***
Saat ini Acha sudah sadar dan dia sedang berada di salah satu ruang rawat VIP di Panti Rapih. Via sahabat yang selalu menemai Acha dengan setia juga berada di sebelah ranjang ACha.
“Kenapa sih Cha? Kenapa loe gak pernah cerita ke gue masalah penyakit loe?” protes Via.
“Gue gak mau ngerepotin loe sama yang lain…” kata Acha.
“Tapi Cha.. kalau gue tahu gue gak akan biarin loe kecapean terus kayak gini… masak 5 tahun kita sahabatan loe masih aja nyimpen rahasia sama gue…” protes Via.
“Sudahlah Vi… walaupun loe tahu masalah ini, loe gak akan bisa cegah gue lakuin ini. karena hal inilah hal terkahir yang bisa gue lakuin..” kata Acha.
“Kenapa loe ngomong kayak gitu?” tanya Via.
“Vi.. semua orang juga tahu penyakit gue itu udah gak bisa di sembuhin.. penyakit jantung koroner stadium akhir…” kata Acha pasrah.
“Loe salah Cha… penyakit loe bisa kok di obati asal loe bis ajaga kesehatan loe…” kata Via mulai bergetar.
“Udahlah Vi… gak usah di sesali.. mungkin ini takdir gue…” kata ACha. Via tak dapat berkata apapun dia hanya bisa menatap sahabatnya itu dengan sedih dan iba.
“Via… loe bisa bantuin gue?” tanya Acha.
“Apapun demi sahabat gue…” kata Via.
“Tolong jangan ceritain ini ke siapapun termasuk kak Ray… dan aku minta tolong bawain semua origami dan pahatan gue ke sini…” pinta ACha.
“Buat apa? Loe mau lanjutin hal bodoh itu lagi?” tanya Via.
“Ini bukan hal bodoh Vi.. gue mohon… demi sahabat loe…” pinta Acha melas. Via gak berkutik. Diapun menurut.
“Yaudah gue ambil sekarang yaa..” kata Via. Via pun pergi dan mengambil apa yang diminta oleh Acha.
Hanya sekitar 1 jam kemudian Via sudah datang dengan barang-barang yang diminta oleh Acha. setelah itu tanpa menunggu lama Acha langsung meneruskan pembuatan kado itu. di rumah sakit dalam keadaan yang gak stabil dia mulai rutinitas seperti biasa, membuat origami dan pahatan. Sampai-sampai di rumah sakit Acha tidak tidur untuk menyelesaikan kado itu. Via yang melihat kejadian itu tidak bisa berbuat apapun karena dia tahu sulit untuk mencegah Acha dengan kemauan yang kuat. Tetapi sikap pasrah Via yang tidak bisa mencegah kemauan Acha membuat keadaan Acha memburuk. Acha sempat 2 kali dalam keadaan kritis, namun entah mendapatkan mukjizat darimana Acha selalu lolos dari masa kritisnya dan kembali melanjutkan pembuatan kado itu dengan keadaan yang tidak stabil.
***
Hari ini satu hari sebelum kelulusan. Via sudah tidak tahan dengan sikap Acha. tanpa di ketahui oleh Acha Via menemui Ray yang kebetulan sedang berada di sekolah untuk mengurus berkas sebelum kelulusan.
Via memanggil Ray saat Ray sedang berjalan menuju ruang TU.
“Berhenti!” tahan Via sambil menepuk pundak Ray. Ray pun membalik tubuhnya.
PLAKKK!! Via langsung menampar Ray. Ray kaget setengah mati karena tiba-tiba di tampar oleh Via.
“Loe apa-apan sih?” geram Ray.
“Semua gara-gara loe.. gara-gara loe Acha jadi kayak gini… loe jahat!” kata Via dengan nada bergetar.
“Acha? apa maksud loe? Siapa loe?” tanya Ray sedikit kuatir.
“Gue Via.. sahabat Acha..” jawab Via dengan mata ingin membunuh.
“Loe tahu gak gimana sekarang keadaan Acha?! loe tuh jahat tau gak sih!” kata Via.
“Memang ada apa sama Acha? apa yang terjadi sama Acha?” tanya Ray mulai panic.
“Acha sekarang di rumah sakit.. dia sakit jantung koroner! Dan penyakitnya semakin memburuk karena loe! Loe itu jahat!” kata Via sambil memukul dada Ray kesal.
“Gara-gara gue? Apa maksudnya?” tanya Ray bingung plus panic.
“Acha mengiraukan kesehatannya Cuma untuk menuhin permintaan konyol loe.. 1000 origamu dan satu pahatan?! Loe udah gila! Loe tahu dalam sehari Acha Cuma tidur 3 jam hanya untuk buat kado terindah untuk loe…” jelas Via yang tanpa sadar menitika air mata cukup deras. Ray sontak kaget dengan perkataan Via. Ray gak nyangka kalau semuanya akan menjadi seperti ini.
“Sekarang dimana Acha?” tanya Ray panic.
“Gak! Gue akan biarin loe temui Acha… kedatangan loe Cuma bakal nampah buruk keadaan Acha! gue ke sini Cuma pingin loe pergi dari hidup Acha! loe gak pantes buat Acha!” kata Via.
“Tapi gue mohon… gue harus ketemu sama Acha.. gue harus minta maaf sama Acha…” kata Ray.
“Percuma… loe gak pantas buat Acha…!” kata Via yang sejurus kemudian langsung meningglkan Ray.
Ray shock dan dia merasa sangat bersalah saat ini.
***
Hari ini deadline Acha sudah selesai sungguh seakan mendapatkan mukjizat di saat sakitnya Acha nyaris berhasil menyelesaikan kado terindah untuk Ray. 1000 origamu sudah selesai. Saat ini hanya tinggal mengukir nama Ray di pahatan biola yang penuh cinta itu, namun saat tangan Acha hendak menggoreskan nama Ray dadanya terasa sakit, penyakit itu muncul lagi.
“Auwww…” rintih Acha sambil menangis saking sakit yang dia rasakan. Untung di sana ada Via yang setia menemani Acha melakukan hal bodoh utuk Ray, setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Via.
“Acha.. loe kenapa??” tanya Via panic. “Dok…” kata Via hendak memanggil Dokter namun langsung di cegah oleh Acha.
“Ja..ja..jangan Vi.. per…per..percuma...” kata Acha sambil memegangi dadanya.
“Gak bisa Cha.. gue harus panggil dokter. Loe harus segera di tangani.
“Gak…gue…gak… butuh… dokter…” kata Acha terbata-bata.
“Kak.. Ray… gue… butuh.. kak.. Ray…” kata Acha lagi.
“Apa? Dia lagi.?! tapi Cha…” kata Via gak percaya.
“Gue… mohon… gue… butuh… kak… ray…” pinta Acha. Via gak berkutik dia menurut dan langsung pergi meninggalkan Acha dan mencari kak Ray.
***
Via langusung menuju sekolah di mana ada Ray yang sedang menerima hasil kelulusan.
Tanpa babibu Via langsung menarik Ray yang sedang berbincang dengan temannya seusai pengumuman.
“Ikut gue…” Via langsung menarik Ray.
“Ada apa ini? apa-apaan sih?” protes Ray mencoba melepaskan tarikan Via, namun percuma Via sangat kuat menarik Ray.
“Acha pingin ketemu loe..” kata Via yang langsung membuat Ray terdiam dan tidak berkutik. Ray menurut saja karena jujur dia sangat menginginkan bertemu Acha.
Mereka berduapun menuju rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit di kamar Acha sudah ada tim dokter yang hendak menangani Acha, namun Acha mengeyel dan menolak, Acha bahkan melepas selang oksigennya.
“Cha gue bawa kak Ray…” kata Via yang menarik Ray hingga ruang rawat Acha. Acha langsung mengehentikan aksi brontaknya. Dia menatap Rau dengan senang. Ray terpaku melihat keadaan Acha yang buruk itu. ingin sekali rasanya Ray menangis namun mengingat dia adalah seoarang cowok, Ray mencoba menutupi kesedihannya melihat keadaan Acha.
Setelah berapa detik Acha dan Ray bertatap. Acha menatap Via seakan menandakan agar Via dan dokter member Acha dan ray waktu berdua. Via mengerti dengan tatapan itu kemudian mengajak para tim dokter keluar sebentar.
“Maaf dok, lebih baik kita beri mereka waktu berdua…” kata Via.
“Baiklah…” kata dokter. Kemudian Via dan para tim dokter keluar dan meninggalkan Acha bersama Ray.
Ray masih terpaku melihat Acha.
“Kamu gak akan berdiri terus di sana kan?” tanya Acha tersenyum. Mendengar itu Ray tersadar dan langsung berjalan mendekati Acha. Acha kemudian mengambil kardus berisi 1000 burung bangau dan 1 pahatan biola yang berhasil dia bua untuk Ray.
“Ini aku berhasil kan?? tapi maaf ya pahatannya belum sempat amu berinamamu…” kata Acha sambil memberika kardus itu.
“Kenapa Cha? Kenapa kamu lakuin ini?” tanya Ray yang saat ini ada di sampan ranjang Acha.
“Bukankah kamu sudah tau..” kata Acha.
“Enggak… ini terlalu bodoh… apa yang kamu lihat dari aku Cha, sampai kamu rela lakuin semua ini? aku yakin kamu masih bisa kok dapetin cowok yang lebih baik dari aku. Kenapa kamu harus lakuin ini buat aku?” tanya Ray menatap Acha lekat. Acha hanya terseyum dan menjawab.
“Karena aku ingin memerjuangkan cintaku…” jawab Acha santai.
“Gak mungkin.. gak mungkin Cuma karena itu… loe bukan orang bodoh… buat apa loe lakuin semua ini?” kata Ray.
“Oke memang bukan Cuma karena itu aku lakuin ini. aku lakuin ini karena hanya ini yang bisa aku lakuin untuk kamu.. aku sungguh-sungguh sayang sama kamu…dan aku pikir ini kesempatan terakhirku sebelum aku meninggalakn dunia yang fana nie… aku gak perduli orang bilang aku bodoh yang jelas aku sayang sama kamu…” jelas Acha menitikan air mata.
“Tapi kenapa harus aku? Aku gak pantas buat kamu… aku udah jahat sama kamu…” kata Ray.
“Gak ada yang lebih pantas buat aku selain kamu..” kata Acha. Ray hanya terdiam penuh penyesalan karena telah memperlakukan Acha seperti ini. sesungguhnya Ray gak ingin memperlakukan Acha seperti ini. Ray melakukan ini semata-mata karena Ray merasa tidak pantas untuk wanita seperti Acha. kalau boleh jujur sesungguhnya Ray mencintai Acha, namun karena dia merasa tidak pantas Ray harus membohongi dirinya.
“Sudahlah.. ini gak penting buat kita… lebih baik kita bicarakan masalah hadiah…” kata Ray. “Apa yang kamu inginkan dariku?” tanya Ray. Acha tersenyum.
“Hanya sebuah pelukan sebelum aku pergi…” jawab Acha tulus. Ray kaget mendengar permintaan Acha. hanya sebuah pelukan untuk pengorbanan besar seoarang Acha.
“Pelukan? Kamu yakin hanya itu? untuk pengorbanan sebesar ini?” tanya Ray gak percaya.
“Hanya sebuah pelukan cukup…” kata Acha tulus. Ray benar-benar merasa bersalah. Tanpa babibu Ray langsung memeluk Acha dengan erat. Saat memeluk Acha seluruh air mata Ray tumpah.
“Hikshiks…maafin aku Cha.. aku udah menutup mataku untuk semua pengorbananmu…” kata Ray masih memeluk Acha erat.
“Kamu gak salah.. kamu gak usah nangis. Aku udah seneng banget bisa di peluk sama kamu... aku akan pergi dengan tenang…aku harap jika kamu menemukan cintamu nanti kamu akan memperjuangangkannya… seperti aku memperjuangkan cintaku sama kamu… dan aku mohon simpan terus 1000 burung bangau dan 1 pahatan biola ini.” kata Acha.
“Aku…” kata Acha mulai melemas.
“Sayang…”
“Ka…mu..” kini Acha tertidur pulas dalam pelukan Ray. kali ini tidur untuk selamannya. Tidur Acha akan tenang dan dia akan bahagia meninggalkan dunia yang fana ini.
***
Di pekuburan Acha, Ray Nampak sedih namun hatinya sudah lega karena bisa mengungkapkan perasaannya dan berterima kasih.
“Aku janji aku akan memperjuangkan cintaku nanti seperti kamu memperjuangkan cintamu untukku… kamu selalu ada di hatiku… akan aku simpan 1000 bangau 1 miniature biola ini selamanya untuk kamu…” kata Ray berbicara paba gundukan tempat dimana Acha dimakamkan.
_THE END_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar