KEJADIAN RAY DAN KEKE
sepanjang pemutaran film, Ray dan Keke sempat canggung. Ray yang biasanya gokil jadi canggung nie kalau di deketnya Keke. Tapi kecanggungan itu berubah karena POPCORN.
Saat itu posisi popcornya ada di tengah-tengah kursi Ray dan Keke. Saat Ray mau mengambil popcorn tangannya menjulur ke dalam popcorn ternyata saat ituuuuu… JENG-JENG-JENG-JENG POPCORNNYA ABISSSS huwahahahahahahaha (enggak dinkkkk…) diulang…
JENG-JENG-JENG-JENG tangan Keke juga menjulur untuk mengambil popcorn dan apa yang terjadiiiii… JENGJENGJENG… tangan Keke dan ray bersentuhannnnn…..wahhhh too twet…
“Ahhh maaf kak.” Kata Keke malu dan manarik tangannya yang ada di bawah tangan keke.
“Ahhh kakak juga minta maaf ke.” Kata ray gugup, malu, plus mukanya merah kayak pantat babi hehehehe.
“Aduhh kak. Maaf ya Keke gak sengaja tadi.” Kata keke menatap lurus ke depan.
“Gak papa kok Ke, aku juga minta maaf, tadi gak sengaja megang tanganmu.” Kata Ray masih gugup.
“Iya kak.” Kata Keke yang membuat suasana di sekitar mereka berdua hening. Jelas aja orang Ray gugup banget.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik.
“Astagaaaa!!!!” teriak Keke yang langsung merangkul Ray karena ketakuta.
“Keke.” Kata Ray kaget+bingung+gugup+malu dan ++
“Aduhhh kak keke takut banget kak sama hantunya. Aduhh.. hikzhikzhikz.” Kata Keke yang menangis di pelukan Ray.
“Kee,, kamu jangan takut yaaa… ada aku kok di sini tenang ya Ke…” kata Ray menenagkan Keke dalam pelukannya.
“Keke takut kak… hikzhikz…” kata Keke masih takut.
“Keke… kamu jangan nangis ya sayang…” kata Ray keceplosan ngomong ‘sayang’
“Hah??? Kakak ngomong apa??? Sayang?” kata Keke yang langsung bangun karena kaget mendengar kata-kata Ray.
“Hah??? Enggak kok… kamu salah denger kali.” Kata Ray ngeles.
“Huwaaa…” Keke katakutan lagi memeluk Ray lagi seakan dia gak perduli kalau ray ngomong di sayang.
“hikz.hikz.hikz…” Keke nangis lagi di pelukan Ray.
“Cup-cup-cup… jangan nagis ya Kee… aku di sini kok. Cup-cup-cup.” Kata Ray menenangkan sampai Keke tenang. Kejadian itu berulang terus sampek film selesai (wahwah… Ray keenakan donk…. --“)
…
KEJADIAN DEVA DAN ACHA
“Aduhhh kak Deva. Ceritanya nyeremin banget ya kak…” kata Acha mulai ketakutan.
“Iya Cha.” Kata Deva masih gugup sebelahan sama Acha.
“Duhhh tadi kok kak Alvin pakek milih film horror segala sih. Kan aku penakut.” Kata Acha makin tegang.
“Iya nie Alvin pakek milih film horror segala.” Kata Deva makin gugup.
“AAAAAAAA….” Teriak Acha histeris dan langsung memeluk Deva.
“Achaaa…” Kata Deva kaget dan makin gugup… jantungnya serasa mau sopot udah DAG DIG DUG DER…
“Aduhhh Achaaaa… mampus gue deg-degan nie gueee…haduhhh gimana nieee…. Mampusss… gue gugup… gue deg-degan…” kata Deva dalam hati.
“Kak Devaaa..” panggil Acha masih memeluk Deva tepatnya persis di dada Deva.
“Iyaaa Cha…” kata Deva gugup.
“Kok dada kak dag-dig-dug sih.” Tanya Acha.
“hah… masak.” Kata Deva langsung menggeser posisi kepala Acha kembali ke posisi awal dan Deva langsung memegang dadanya sendiri.
DAG DIG DUG DAG DIG DUG
“Aduhhh beneran dadaku dag dig dug….” Kata Deva lirih.
“Aduhh kak... maaf yaaa… aku gak sopan ya ngomongnya?” kata Acha.
“Ohhh gak papa kok… harusnya aku yang minta maaf ke kamu tadi geser kepala kamu tiba-tiba, padahal kamu kan lagi ketakutan.” Kata Deva.
“Ehhh gak papa kok.” Kata Acha yang mulai konsentrasi lagi sama filmya. Deva pun mencoba meredam kegugupannya dengan menfokuskan dirinya pada film.
…
KEJADIAN RIO DAN IEL
Wah kalo mereka berdua mahhhh jangan di tanya… udah kayak orang maho mereka mah… setiap hantunya muncul mereka saling pelukan, teriak bareng… wah pokoknya udah kayak orang maho mereka mahhh… ckckckckckckck… walaupun Iel emosional tapi Iel terhitung penakut lohhh… dari tadi teriak muluk apalagi Rio… wahhh histeris banget nohhh… mesti pelukan udah kayak mahooo gitu…. Huwahahahahahahahahahahahahahahahaha…. Udah ahhh kalau mereka berdua mah jangan di bahas… mentang-mentang kagak ada pasangannya…. Huwahahahahahahahaha… (kasihan Rio dan Iel,,, sabar dehhh bentar lagi ketemu kok sama Shilla dan Ify. Cupcupcup….).
Mereka terus menonton dan mengulang-ulang kejadian tadi (wahwahwah…). Tiba-tiba di tengah film ada yang teriak
BOM…BOM…BOM…BOM…BOM…BOM ADA BOM…… KELUAR ADA BOM
Waduhhh ada bom???? Gaswat nie ehh mahsudku gawat nieee…
Denger teriakan itu satu studio langsung ngacir keluar termasuk the jomblo dkk. Karean mereka semua panic mereka keluar dan misah-misah seusai pasangan duduk. Mereka berpasangan langsung lari sekenceng-kencengnya. Deva narik Acha, Alvin narik Via, Agni narik Cakka, Ray narik Keke, Ozy narik Oik, Iel narik Rio. Mereka semua mencar-mencar gak jelas. Setelah diselidiki ternyata teriakan bom itu Cuma orang ngerjain yang iseng, tapi orang yang iseng itu udah di bawa ke pos penjagaan untuk di selidiki niatnya menggemparkan satu studio. Walaupun orangnya udah ketangkep
Tapi nasi udah menjadi bubur mereka semua mencar di satu mall, sialnya hape mereka rata-rata ada yang lowbat, ketinggalan, kagak ada signal (duhduh…. Sial amet sihhh nasibnya)
Yaudah kalau gitu mereka jalan masing-masing kayak ngedate gitu dehhh… hahahahahahaha… yok liat ngedate-ngedate an nya mereka.
NGEDATE-NGEDATE AN ALVIN DAN VIA
“Aduhhh hape gue kagak ada signal lagi… shit.” Omel Alvin sambil menggerak-gerakan hapenya untuk mencari signal.
“Duhhh Vin kita di mana sih?” tanya Via yang bingung melihat keadaan sekitar.
“Ini di lantai parkiran atas.” Kata Alvin masih mencari signal.
“OOOOOOOO….” Kata Via meng-o-kan mulutnya.
“Aoaoaoaoaoao aja loe bantuin mikir napa??? Kita mencar nie??? Gue kuatir sama Acha.” Kata Alvin masih mencari signal.
“Yaaa gimana gua aja kagak bawa hape. Hape gue lagi gue cas di rumah.” Kata Via santai sambil merentangkan tangannya menikmati sejuknya udara di lantai parkiran atas.
“Ahhh payah loe…” kata Alvin masih mencoba mencaro signal.
“Vinnn…” panggil Via masing meniknati sejuknya udara di pinggiran gedung.
“Hmmmm.” Balas Alvin.
“Vinnn sini deh..” panggil Via lagi.
“Apaan… gue lagi cari signal nie…” kata Alvin cuek.
“Udah sini dulu napa…” Via menarik Alvin ke tempatnya.
“Aduhhh..” kata Alvin keget.
“Loe apaan sih Viii… gue lagi cari signal nie.” Kata Alvin agak sedikit marah.
“Liat tu indah banget ya…” kata Via menunjuk ke bawah gedung dari atas.
“Apaan…?” kata Alvin mengarahkan kepalanya kebawah.
“Waaaahhhhh….” Kata Alvin terpesona melihat keindahan alam jogja dari atas gedung.
“Tu kannn keren banget…. Gue gak nyangka kalau jogja tu indah banget ya..” kata Via terpesona.
“Iyaaa gue gak nyangka…” kata Alvin terpesona. Mereka berduapun menikmati keindahan jogja.
Wahhh too tweet…..
Oke kita berpaling ke ngedate ala Ray dan Keke.
NGEDATE-NGEDATE AN ALA RAY DAN KEKE
Ray dan Keke ngacir ampek ‘Tamansari Food Court’.
“Sialan tu orang pakek acara teriak kalo ada BOM lagi. Kan kita jadi mencar.” Kata Ray kesal.
“Udah kak… sabar aja. Mendingan kita wisata kuliner aja mumpung kita di Tamansari food court.” Usul Keke.
“Wisata kuliner???” tanya Ray.
“Iya kak. Udah yok kita wisata kuliner aja.” Kata Keke langsung menarik tangan Ray.
Mereka berdua langsung jalan-jalan wisata kuliner.
“Wahhh kak ayo ke sini.” Ajak Keke gembira
“Iya keee.” Kata Ray gak kalah gembiranya.
“Kak cobain ini deh.” Kata Keke menyuap jamur krispi baldo.
“Wahhh enak yaaa… kamu cobain yang ini deh.” Kata Ray balas menyuapi Keke dengan udang goreng mentega.
“wahhh enak kak.” Kata Keke tersenyum.
“Keee ke sini deh.” Ajak Ray sambil menarik keke.
“iya kak.” Kata keke.
Mereka berdua mondar-mandir berwisata kuliner. Sampek akhirnya mereka capek sendiri.
“Hosh.hosh… capek banget ya Ke.” Kata Ray dengan nafas terengah-engah namun masih sempat tersenyum
“Iya kak keke capek banget nie. Duduk sini dulu ya.” Ajak Keke sambil tersenyum.
“Iya Ke…” kata Ray juga duduk.
“Keee…” panggil Ray lembut.
“Iya kak.” Jawab Keke.
“Kamu cantik.” Kata Ray.
“Apa Kak?” kata Keke kaget.
“Iya … kamu cantik…” kata Ray.
“Ohhhh… makasihhh yaaa…” kata Keke malu-malu.
“Keee…” kata Ray sambil memegang tangan keke.
“Kak Ray…” Kata Keke kaget saat tangannya di pegang namun Keke merasa tidak bisa melepaskannya Keke merasa kaku.
“Keee… aku boleh jujur gak?” Kata Ray masih memegang tangan Keke.
“Jujur apa kak?” tanya Keke malu-malu.
“Hmmmm… jujur sejak awal aku ketemu kamu… aku… aku… aku…” kata Ray gugup.
“Kakak kenapa?” tanya Ray penasaran.
“Aku suka sama kamu Ke?” kata Ray mengungkapkan perasaanya.
“Hah? Apa kak?” tanya Keke gak percaya.
“Iya kee… aku suka sama kamu… aku tahu gak seharusnya aku ngerasain ini karena aku udah buat komitmen sama temen-temen aku.” Kata Ray lagi.
“Taaa..ppp…ppiiii kak…” kata Keke.
“Shuuttt..” Kat Ray menempelkan telunjuknya ke mulut Keke.
“Kamu gak perlu jawab sekarang kok Ke… aku udah cukup seneng kamu tahu perasaan aku.” Kata Ray.
“Iya kak… Jujur Keke juga ngerasa nyaman kalau di dekat kakak. Tapi untuk sekarang ini Keke belum bisa kasih jawaban. Mendingan kita penjajakan dulu aja ya Kak.” Kata Keke.
“Iya keee… aku juga akan buktiin ke kamu kalau aku bener-bener sayang sama kamu. Tapi Keee ada satu hal yang harus aku kasih tahu ke kamu.” Kata Ray.
“Tentang temen-temen kakak kan??? Tenang aja kak Keke gak akan bilang kok. Keke akan jaga rahasia ini.” kata Keke tersenyum.
“Makasih ya keee.” Kata ray mebalas senyum Keke dan makin memegang tangan Keke.
---
NGEDATE-NGEDATE AN ALA DEVA DAN ACHA
Mereka berdua terus berlari tanpa berhenti, saat Deva terus berlari Acha mulai berhenti kelelahan.
“Kak… Tunggu.” Panggil Acha lemas.
“Achaaa… kamu kenapa?” balas Deva kembali ke Acha dan bingung melihat Acha pucat.
“Kak Acha capek.” Kata Acha semakin lemas.
“Cha kamu gak papa kan.” Tanya Deva.
“Kak…” kata Acha mulai lemas dan sedikit terjatuh ke pelukan Deva.
“Achaaa… kamu gak papa kan. Kita duduk dulu di sini.” Kata Deva memapah Acha untuk duduk di bangku.
“Kak… aku capek…” kata Acha lemas.
“Acha… kamu sakit lagi ya…? Aku telpon Alvin yaaa.” Kata Deva mengeluarkan hape dari kantong celananya.
“Jangan kak…” kata Acha menahan Deva.
“Loh kenapa?” tanya Deva bingung.
“Aku gak mau kak Alvin kuatir kak.” Kata Acha lemas.
“Achaaaa… kamuuu… mimisan…” kata Deva yang kuatir melihat Acha mimisan.
“Hah??? Masak kak….” Kata Acha kaget dan mengambil tissue di tasnya dan menyeka darah yang keluar dari hudungnya.
“Achaaa… kamu sebenernya sakit apa sih?” tanya Deva kuatir.
“Hushhh (menghela nafas). Pasti kakak udah tahu kan kalau aku sakit, dan kak Alvin juga udah cerita kan kak?” Kata Acha.
“Iya sihh Cha… tapi aku gak nyangka kalau penyakit kamu separah ini.” kata Deva.
“Iya kak. Penyakit aku udah parah banget sampai-sampai aku harus di kirim ke Australia.” Jelas Acha.
“Lohhh tapi bukannya kamu udah membaik?” tanya Deva.
“Hushhh (menghela nafas panjang) sebenernya aku belum sembuh kak?” kata Acha.
“Hah? Apa maksud kamu?” tanya Deva bingung.
“Jujur, waktu di Australia aku jarang banget ikut terapi… aku selalu ngerengek untuk kembali. Semakin lama keadaan ku di sana malah makin memburuk. Kata dokter udah percuma untuk aku mengikuti terapi stadiumku udah naik lagi jadi stadium 4…” jelas Acha.
“Tapi kenapa kamu malah balik lagi Cha… dan kenapa kamu bilangnya ke Alvin kalau kamu udah sembuh?” tanya Deva penasaran.
“Itulah kak.. mama, papa dan oma udah tahu kalau sebenernya penyakit aku malah tambah parah. Tapi aku minta sama mereka untuk merahasiakan ini ke kak Alvin karena aku gak mau kak Alvin kuatir sama aku… aku kembali ke Indonesia juga atas saran dokter kok kak karena sekarang ini yang aku butuhin bukan obat atau terapi yang menyakitkan tapi yang aku butuhin adalah kasih sayang dari keluarga aku.” Kata Acha mulai menitikan air mata.
“Chaaa… kamu jangan sedih yaaa… ada aku di sini kok.” Kata Deva mecoba menyeka air mata Acha.
“Makasih ya kak…. Tapi kak… aku ada satu permohonan lagi ke kakak.” Kata Acha.
“Apa Cha?” tanya Deva.
“Aku mohon kakak jangan kasih tahu masalah ini ke yang lain ya terutama ke Kak Alvin.” Pinta Acha.
“Iya Cha tenang aja…” Kata Deva menyebelahi Acha dan merangkulnya.
“Makasih kak…” kata Acha yang menyandarkan kepalanya ke bahu Deva sambil menangis.
---
NGEDATE NGEDATE AN ALA AGNI DAN CAKKA
Mereka berdua lari ampek lantai 2 padahal studionya ada di lantai 4. Mereka berdua bingung mau ke mana lagi.
“Cak, kita mau ke mana lagi nie??? Gue bingung.” Tanya Agni bingung yang jalan di sebelah Cakka dengan jarak 1 meter.
“Hah?” balas Cakka bingung yang dari tadi hanya tebar pesona aja sama cewek-cewek yang lewat.
“Cakka!!! Loe apa-apaan sihh.” Kata Agni sedikit marah karena di kacangin.
“Hah?? Apa Ag?” kata Cakka masih gak donk.
“Ahhhh!!! Yaudah dehhh gue pergi sendiri.” Kata Agni berjalan lebih cepat.
“Eheh jangan pergi donk, gue gak mau jalan sendiri nie?” kata Cakka mencoba mengikuti langkah Agni.
“Bodok ahhhh….” Kata Agni semakin berjalan.
“Ehhh jangan marah donk.” Kata Cakka mengambil tangan Agni dan menahan langkah Agni.
“Siapa juga yang marah!” Kata Agni menarik tangannya dari genggaman Cakka dan menyilangkan tangannya di dada.
“Ya elo kenapa coba tiba-tiba ninggalin gue? Loe ngambek ya?” tanya Cakka.
“Idiihhh siapa juga yang ngambek???” kata Agni sedikit memelengoskan kepalanya.
“Loe cemburu kan???” kata Cakka memegang dadu Agni dan menggeser lembut kepala Agni kea rah nya.
“Loe apaan sih…” kata Agni malu-malu.
“Udahhh jangan marah lagi yaaa…” kata Cakka melepaskan tangannya dari dagu Agni dan memegang bahu Agni sambil tersenyum.
“Cakkaaaa….” Kata Agni lirih.
“Udahhh… sekarang kita jalan aja yuk.” Kata Cakka merangkul Agni dan mengajaknya jalan.
---
NGEDATE NGEDATEAN ALA OIK DAN OZY
Mereka berdua lari sampai STRAWBERRY… nah di situ karena Oik suka banget sama aksesoris-aksesoris lucu langsung aja Oik ngajak Ozy masuk.
“Yang, kita masuk ke dalem yok?” ajak Oik.
“Mau apa?” tanya Ozy.
“Udah masuk aja.” Tarik Oik.
“Aduhhhh…” eluh Ozy.
“Wahhh lucu-lucu yaaa…” kata Oik.
“Say… kamu suka ya sama aksesoris?” tanya Ozy sambil tersenyum.
“Iya lahhhh…. Kelihatan lucu aja gitu kalau lihat aksesoris… apalagi yang warnanya pink.” Jawab Oik melihat-lihat aksesoris yang lucu-lucu.
“Yaudah sana kamu pilih yang kamu suka nanti aku beliin.” Kata Ozy tersenyum.
“Hah?? Beneran???” Kata Oik senang.
“Iya beneran.” Kata Ozy sedikit mengacak-acak rambut Oik.
“Makasih ya yang.” Kata Oik senang.
Oik seneng banget mau di beliin aksesoris sama Ozy. Saat Oik lagi milih-milih aksesoris Ozy jalan-jalan melihat-lihat sekitar stroberry namun langkah dan pandangannya terhenti pada suatu benda berbentuk kalung.
“Wahhh bagus juga kalung it.” Kata Ozy yang melihat kalung couple berbentuk hati dalan lingkaran.
“Wahhh kalau aku beliin ini buat Oik pasti dia seneng apalagi ini kan kalung couple.” Kata Ozy mengambil kalung couple itu.
“Yang…” panggil Oik tiba-tiba.
“Iya.” Kata Ozy gugup dan menyembunyikan kalung itu karena rencananya Ozy mau member kejutan.
“Aku udah selesai milih nie… ke kasir yuk.” Ajak Oik.
“Oh iyaaa…” kata Ozy mengikuti Oik ke kasir. Ozy membayar semua belanjaan Oik, secara diam-diam Ozy juga membayar kalung couple itu. Selesai belanja mereka berdua keluar dari STRAWBERRY… saat di luar Ozy memberika kalung itu kepada Oik sebagai kejutan.
“Ik… kita duduk di situ yuk.” Ajak Ozy.
“Iya aku capek nie.” Balas Oik.
“EEEEE Ik… aku punya sesuatu nie buat kamu.” Kata Ozy.
“Apa???” tanya Oik penasaran.
“Tapi kamu pejamin dulu mata kamu.” Pinta Ozy.
“Hmmm… Apaan sihh?” tanya Oik makin penasaran.
“Udah pejamin aja mata kamu.” Kata Ozy.
“Yaudah deh.” Kata Oik memejamkan matanya. Ozy pun mengeluarkan kalung couple itu dan menggantungaknnya di depan mata Oik dengan tangannya sambil bilang I LOVE YOU.
“I LOVE YOU.” Kata Ozy menggantungkan kalung couple itu di depan mata Oik dengan tangannya.
(Oik membuka matanya) “Waaahhhhh…. Bagus banget….” Kata Oik terpesona.
“Ini buat kamu say… mungkin ini gak mahal tapi aku kasih ini dengan penuh kasih sayang.” Ozy.
“Wahhhh yang… ini bagus banget… Ini kalung couple yaaa…” tanya Oik masih terpesona.
“Iya… lihat deh ini 2 kalung couple dengan bandul hati dalam lingkaran kan?? Nah kamu pakek kalung hatinya aku pakek kalung lingkarannya… jadi kalau kalung hati ini di gabung menandakan aku sebagai lingkaran akan melindungi hati kamu dan aku dalam lingkaran ini.” kata Ozy penuh makna.
“Ohhhh sayang…. Kamu romantic banget aku jadi tambah sayang sama kamu.” Kata Oik memeluk Ozy.
“Aku juga sayang kok sama kamu.” Kata Ozy membalas pelukan Oik.
Mereka berdua salinge bepelukan. Setelah itu mereka saling memakaikan kalung, lalu mereka melanjutkan ngedate mereka.
NGEDATE NGEDATEAN ALA IEL DAN RIO (?)
Bag 1: Darah????
Iel dan Rio lari sampek depan GRAMEDIA… (hlohhh masak mereka berdua ngedate berduaan kayak maho aja…. Hahahahahahaha…. Kagak lahhhh nanti mereka ketemu pasangan masing-masing kok)
“Iel… kita mau kemana lagi nie?” tanya Rio bingung.
“Mana gue tau… hape gue mati lagi jadinya kita gak bisa telpon anak-anak. Loe bawa hape gak?” tanya Iel.
“Bawa sihhh tapi baterainya lowbat kemaren malem gue pakek buat dengerin music.” Jawab Rio.
“Ahhh begok loe…” kata Iel sambil melihat sekitar barangkali bisa ketemu sama anak-anak yang lain namun pandangannya terhenti pada sepasang orang yang sedang bertengkar. Dengan langkah pelan tapi pasti Iel menghampiri ke dua orang pasangan itu yang gak asing buat Iel.
“Iel… loe mau kemana??” tanya Rio bingung di tinggal Iel.
“Udahhh loe tunggu sini aja… kalau gue gak balik dalam 1 jam kita ketemuan di PH (pizza hut) lantai bawah.” Kata Iel masih tetap memandang kedua sosok pasangan itu dan mulai mengahmpirinya.
“Ahhhh Iel mahhhh…. Yaudah dehhhh mendingan gue lihat-lihat buku aja dulu di GRAMEDIA.” Kata Rio memasuki Gramedia. Iel masih melangkah menuju kedua sosok pasangan yang dia anggap gak asing buat dia. Ketika semakin dekat Iel gak berani melangkah lagi dia Cuma bisa melihat dari jarak 5 meter di balik tembok penyangga gedung. Saat Iel mencoba mendengar pembicaraan kedua sosok pasangan itu ternyata mereka bedua sedang bertengkar hebat. Terdengar sedikit pembicaraan mereka berdua.
“Kamu emang gak bisa ngertiin aku!” bentak sang cewek.
“Aku harus ngertiin kamu gimana lagi? Aku udah cukup ngertiin kamu!” kata sang cowok gak kalah membentaknya.
“Kalau kamu ngertiin aku kamu gak akan cerita masalah hubungan rahasia kita ke temen kamu kan?” bentak cewek itu lagi.
“Emang gak boleh apa aku cerita ke temen aku kalau kamu itu pacar aku.?!” Kata cowok itu.
“Bolehh!!! Tapi gak sekarang kan??? Aku belum siap semuanya tahu masalah hubungan kita Tian.” Kata sang cewek.
“Kenapa???? Kamu malu punya cowok kayak aku?” kata cocok itu.
“Bukan masalah itu. Kalau temen kamu tahu dan semua anak mulai tahu bisa-bisa mama aku tahu masalah hubungan ini. dan aku gak mau mama aku marah sama aku.! Ngerti kamu?” kata cewek itu masih nyolot.
“Ya akuuu tahu… tapi kenapa kamu harus takut sama mama kamu???!!!!” Hah???” kata cowok itu nyolot.
“Jelas donk aku takut mama aku akn orang tua aku. Dan aku sekarang Cuma hidup sama mama aku dan aku harus hormati mama aku.?” Kata cewek itu.
“Alahhhh… dasar anak mami.” Kata cowok itu.
PRAKKK… cewek itu menampar sang cowok.
“Kamu apa-apan sih???!!!!! Kurang ajar yaa loe.” Kata cowok itu marah banget.
“Kenapa??? Loe gak terima???? Hah??? Kalau loe gak terima mendingan kita break aja dulu.” Kata cewek itu.
“Oke fine…. Kita break dulu…” kata cowok itu terbawa emosi.
“Oke kalau gitu mendingan loe pergi dari hadapan gue!!! Daripada gue tambah marah.” Kata cewek itu emosi.
“Oke… gue pergi.” Kata cowok itu langsung pergi.
Iel yang sejak tadi melihat kejadian itu kaget mendengar 2 kata dari kedua pasangan itu yaitu hubungan rahasia dan putus. Karena penasaran Iel langsung aja mendekati cewek itu yang kelihatan frustasi banget. Tanpa sengaja Iel memegang tangan cewek itu. Cewek itu kaget dan dia pikir itu adalah pacarnya.
“Septian… gue kan udah bilang gue lagi gak mauu lihat muka loe!” Kata cewek itu yang kaget saat tangannya di pegang oleh Iel dan mengarahkan pandangannya ke Iel
“Gue bukan Septian.” Kata Iel.
“Hah??? Elo lagi???” kata cewek itu tambah kaget.
“Iya ini gue… kenapa???? Loe kaget????” kata Iel tersenyum sinis.
“Ngapain loe ke sini????” tanya cewek itu.
“Kebetulan aja gue lagi maen ma temen-temen gue di mall ini.” kata Iel sinis.
“Loe denger percakapan gue tadi?” tanya cewek itu.
“gak semua Cuma mengenai hubungan rahasia dan putus.” Kata Iel tersenyum sinis.
“Shit… jadi loe denger kata-kata itu.” Kata cewek itu kaget.
“Iya… dan gue rasa gue mau tau apa maksud kata-kata itu.” Kata Iel.
“Loe gak perlu itu ini Cuma masalah antara gue dan Septian.” Kata cewek itu.
“Heh?? Loe sadar gak selain kalian berdua gue juga tahu masalah ini. Dan gue rasa gue wajar kalau mau tahu.” Kata Iel.
“Loe gak bisa ngancem gue.” Kata Ify sinis.
“Ngancem?? Buat apa gue ngancem loe??? Itu gak penting buat gue??? Yang penting buat gue sekarang adalah tahu apa maksud percakapan loe sama Septian tadi.” Kata Iel yang juga sinis.
“Buat apa loe tahu??? Gak penting juga kan buat loe…” kata cewek itu dengan penekanan panjang pada kata tahu dan loe.
“Penting. Ini penting buat gue karena gue udah tahu masalah ini. dan gue gak mau tahu masalah Cuma setengah-setengah.” Kata Iel.
“Udah lahhh gue males debat sama loe. Itu semua gak penting buat gue…” kata cewek itu membalikkan badannya dan mencoba pergi.
“Ify… tunggu…” kata Iel memegang tangan cewek itu yang ternyata adalah Ify dan menahan langkah Ify.
“Apaaa lagiii… gue udah bilang kan sama loe kalau loe gak perlu tahu masalah gue sama Septian.” Kata Ify sedikit emosi.
“Oke gue gak akan paksa loe untuk kasih tahu masalah ini, gue Cuma mau tanya apa maksud kata-kata mama loe yang bilang keluarga loe memiliki nasib yang sama kayak keluarga Alvin?” tanya Iel.
“Hah??? Apa???? Jadi mama gue ngomong kayak gitu??” tanya Ify kaget.
“Iya… mama loe ngomong kayak gitu sama gue.” Kata Iel.
“Hufttt (menghela nafas)… kapan loe ketemu mama gue?” tanya Ify mencoba tenang.
“Loe lupa kemaren malem gue nganterin loe yang udah tidur dari acara pesta penyambutan Acha??? Dan saat gue mau pulang mama loe ngomong kayak gitu.” Jelas Iel.
“Apa??? Jadi kemaren loe nganterin gue tidur??? Berarti loe gendong gue gitu ampek kamar gue?” tanya Ify kaget.
“Iyalahhh… mana loe berat banget lagi. Udah itu ngelindur pula.” Jawan Iel.
“Apa loe bilang?? Gue berat??? Enak aja loe… badan gue aja kecil kok.” Kata Ify.
“Udah lah jangan bahas itu. Sekarang loe jawab aja pertanyaan gue.” Kata Iel.
“Sorry ini masalah pribadi keluarga gue… gue gak bisa bilang ke elo karena ini gak ada sangkut pautnya sama elo.” Kata Ify yang tenyata mencoba menahan tangis.
“Tapi kenapa mama loe bilang kayak gitu sama gue…?” tanya Iel.
“Gue kan udah bilang… loe gak perlu tahu masalah ini. ini masalah interen keluarga gue.” Kata Ify yang mulai gak bisa menahan tangis.
“Loe nangis???” tanya Iel kaget melihat ada mata Ify berkaca-kaca
“Hah?? Bukan urusan loe.” Kata Ify menyembunyikan tangisannya itu.
“Bohong… loe nangis kan? Dan bibir loe kok merah banget” Kata Iel mulai sedikit panic.
“Merah??? Apa maksud loe?” kata Ify yang bingung mendengar kata-kata Iel yang mengatakan bahwa bibirnya merah banget.
“Iya… loe pakek lipstick merah??” tanya Iel.
“Enggak…” kata Ify.
“Tapi ini merah banget. Berantakan lagi. Lihat deh.” Kata Iel menyeka merah yang ada di bibir Ify dengan jempolnya dan menunjukan bekas merah yang menempel di jempolnya pada Ify.
“Apa??? Ini semua gak mungin.” Kata Ify gak percaya dan mencoba lari dari Iel.
“Ify…. Tunggu…!” kata Iel mencoba menahan Ify namun Ify sudah lari. Karena penasaarn dengan tingkah Ify yang kaget melihat merah yang berbekas pada jembol Iel saat Iel menyeka merah itu di bibir Ify. Iel mencium bekas merah itu dan Iel kaget mengetahui apa bekas merah itu.
“DARAHHH…” kata Iel mengendus bekas merah itu yang ternyata adalah darah.
Bag 2: Tangan lembut…
Rio memasuki Gramedia. Langkahnya lagsung tertuju ke bagian komik. Iel memang suka benget sama komik apalagi komik detektif conan. Saat Iel sedang memilih-milih komik detektif conan. Saat tangannya ingin mengambil komik detektif conan edisi terbaru yang tinggal satu ternyata ada tangan lain yang juga ingin mengambil komik itu juga. Tangan itu adalah tangan seorang cewek.
“Ehhh maaf…” kata Cewek itu.
“Loe juga mau ambil komik ini?” tanya Rio tanpa melihat cewek itu.
“Iya… gue nunggu-nunggu komik ini terbit.” Kata cewek itu.
“Yaudah deh buat loe aja… gue bisa beli di took lain.” Kata Rio memberika komik itu pada cewek tadi.
“Rio?” kata cewek itu kaget.
“Kak Shilla?” kata Rio yang juga kaget melihat cewek itu adalah Shilla.
“Jangan panggil kakak lahh… kelihatan tua banget nie nanti aku. Toh jarak umur kita Cuma berapa bulan kok.” Kata Shilla.
“Gak papa nie kak… Ehhh Shill…” kata Rio.
“Iya gak papa kok. Loe suka komik conan juga yo?” tanya Shilla.
“Iya kak… Eh Shiill maksudku… maklum belum kebiasaan.” Kata Rio.
“Iya gak papa. Loe suka komik konan??” tanya Shilla lagi.
“Iya nie Shill… komiknya seruuu… bikin penasaran. Lah loe juga suka ta?” tanya Rio balik.
“Iya gue suka baget. Apalagi sama Kaito KID… wahhh ngefans banget gue.” Kata Shilla antusias.
“Wahh sama donk. Keren banget tu Kaito KID, dia maling tingkat atas. Bayangin aja malingnya aja berlian, permata, ruby. Beda kayak maling di Indonesia mereka malingnya Cuma jemuran. Hahahahahahaha..” kata Rio gak kalah antusiasnya.
“Wahhh iya tuh… apalagi dia punya kode…” kata Shilla belum selesai berkata.
“1412…” Rio dan Shilla mengucapkan bersama-sama dengan antusias.
“Hahahahahahaha…” mereka berdua tertawa.
“Lohh Shill kak Riko mana?” tanya Rio melihat sekitar.
“Riko??? Gue gak sama Riko donk.” Jawab Shilla.
“Loh loe ke sini gak sama Kak Riko??? Tumben gak sama Kak Riko. Biasanya udah lengket loe.. hhe.” Kata Rio sedikit menggoda.
“Gak juga ahhh… kan pacaran gak harus bareng-bareng terus. Gue mah kalau pacaran nyante aja. Kalau lagi mau jalan sendiri ya sendiri, kalau mau sama Riko ya sama Riko. Lagian Riko lagi sibuk ngerjian KI (karya Ilmiah).” Jelas Shilla.
“Ooo gitu ta…. Lah terus lo eke sini sendiri gitu??? Naik mobil?” tanya Rio.
“Enggak mobil gue rusak. Gue naik taksi?” jawab Shilla.
“Lahh terus baliknya gimana loe?” tanya Rio.
“Yaa palingan naik taksi juga.” Jawab Shilla.
“Yaaa kalau loe mau gimana kalau loe gue anterin aja. Mumpung gue naik motor.” Tawar Rio.
“Loe naik motor?” tanya Shilla.
“Iya motornya kak Riko.” Jawab Rio.
“Gak papa nie? Gak ngerepotin kan?” tanya Shilla malu-malu.
“Enggak lahhh… tapi kita kita nyari temen-temen gue dulu, tadi kita misah dari nonton film gara-gara ada yang teriak kalau ada Bom. Hehehehe.” Kata Rio.
“Ada bom??? Emang beneran?” tanya Shilla.
“Enggak sihhh… Cuma ada orang iseng doang.” Jawab Rio.
“Ooooo…” kata Shilla meng-o-kan mulutnya.
“Yaudah yok kita bayar dulu. Terus nyari temen-temen gue.” Ajak Rio.
Rio dan Shilla pun langsung pergi menuju kasir. Setelah itu mereka berjalan menuju lift. Saat pintu lift di buka ternyata di dalamnya udah ada Cakka dan Agni.
TING TONG (pintu lift terbuka)
“Rio.” Kata Cakka antusias.
“Cakka??” kata Rio gak kalah antusiasnya.
“Rio akhirnya kita ketemu juga…. Buruan masuk.” Kata Cakka menarik Rio masuk sebelum pintu lift tertutup dan Rio juga menarik Shilla takutnya nanti Shilla ilang lagi. Di dalam lift mereka saling temu kangen (hah??? Kayak udah kagak ketemu berapa tahun aja. Perasaan baru ngilang 1 jam deh…. Hahahahahah… SURAM ahhhh… --“)
“Gilak Yoo gue nyariin loe tau gak sihh loe tadi ngacir ke mana aja sihh Gilak tadi tu gue sama Agni pusing banget tau gak Mana banyak cewek-cewek ngelihatin gue lagi Gak heran lah mereka pasti terpesona sama gue” kata Cakka panjang lebar tinggi luar keliling tanpa titik ato koma Yang mbuat Rio Cuma bisa melongo aja.
“Yo…Yo…” Cakka menggoyang-goyangkan badan Rio yang sejak Cakka ngomong tadi Cuma melongo.
“Loe dah selesai?” tanya Rio menyipitkan satu matanya.
“Hehehehehe… sorry brothaaa…. Tadi gue semangat banget bisa ketemu loe.” Kata Cakka menepuk-nepuk pundak Rio.
“Uhuk.Uhuk… Sakit begok.” Kata Rio yang kesakitan di pukul sama Cakka.
“hehehehe… Sori dehhhh…” kata Cakka meringis.
TING TONG (pintu lift terbuka) mereka berempat keluar dam berjalan keluar.
“Lohh Yo mank kita mau kemana?” tanya Cakka menghentikan langkah Rio, Shilla dan Agni
“Kita ke PH. Tadi gue kan misah sama Iel terus katanya dalam 1 jam dia gak balik kita ketemuan di PH. Udah ikut aja.” Ajak Rio.
“O yayayaya… tp btw kok ada yang aneh yaaa…” kata Cakka sambil berjalan.
“Apaan Cak?” tanya Agni yang berjalan di samping Cakka.
“Tunggu dehh bukannya tadi kita misah 2-2 kan terus si Rio ma Iel tapi katanya Iel juga misah sama Rio. Tapi kok gue ngerasa dari tadi kita ber 4 ya…” kata Cakka sambil sok berfikir.
“Hei… maksud loe gue..” kata Shilla menyodorkan mukanya ke Cakka sambil menunjuk mukanya sendiri.
“Astaga… Kak Shilla.” Kata Cakka kaget melihat Shilla.
“Iya ini gue… kenapa? Kaget loe…” Kata Shilla.
“Astaga… gue gak sadar kalau ada kak Shilla. Ckckckckckck.” Kata Cakka menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Gilak loe… tingginya segini gak kelihatan apa?” tanya Shilla sambil jinjit.
“Buset kak… kagak usah jinjit juga udah tinggi. Maaf dehh… gue gak lihat abisnya.” Kata Cakka.
“Aelahhh elo mahhh payahhh.” Kata Shilla.
“Tapi Yoo.. kok loe bisa bareng sama Kak Shilla.” Tanya Agni nimbrung.
“Iya bener. Kok loe bisa bareng sama kak Shilla?” tanya Cakka juga.
“Tadi gue ketemuan di Gramedia. Terus gue ajak balik aja kak Shillanya. Iya kan Kak?” kata Rio sambil menengok kea rah Shilla.
“Yupzzzz…” kata Shilla sambil tersenyum.
“Rio!!” Panggil Iel yang udah nunggu Rio.
“Ehh Iel…. Sorii gue tadi liat-liat buku di Gramedia nie.” Kata Rio menghampiri Iel diikuti Cakka, Agni dan Shilla.
“Iya kagak papa. Gue juga baru nyampek sini kok.” Kata Iel.
“Loe tadi kemana sih? Tiba-tiba pergi.” Protes Rio.
“Sori tadi gue ada urusan…. Hehehe.” Kata Iel cengar-cegir.
“Ehhh tunggu… kok ada Cakka, Agni ma kak Shilla sih.” Tanya Iel bingung.
“Iya kalau Shilla sih tadi ketemu di gramedia waktu kita mau ambil 1 buku yang sama. Kalau Cakka ma Agni mah tadi ketemuan di lift.” Jelas Rio.
“Shilla? Loe kok manggil kak Shilla Cuma Shilla sih?” tanya Iel.
“Iya… yang minta Shilla kok.” Jawab Rio.
“Emang iya Kak?” tanya Iel mengarahkan kepalanya ke Shilla.
“Yupzzz… betul sekali. Kalian boleh kok panggil aku Shilla aja.” Kata Shilla.
“Ooooo…” kata Iel meng-o-kan mulutnya.
“Eh BTW… yang lain mana nie … kita masih misah loh…” Tanya Agni.
“Ehhh Iya nie… kita masih kurang 1,2,3,4,5,6,7,8… ya kita masih ilang 8 orang.” Kata Cakka sambil ngitung pakek jarinya… (Jiahhhh kayak anak TK aja ngitung pakek jari… hahahahahahaha….)
“Ahhh malu-maluin aja sih loe Cak ngitung pakek jari…” kata Iel.
“Yeeee… biarin donk. Hahahahaha.” Kata Cakka tertawa.
“Kenapa kalian gak telpon ato sms aja ketemuan di mana gitu.” Usul Shilla.
“Maunya sihhh gitu Shill… tapi hape kita lagi gak ada pulsa.” Kata Rio.
“Yaudah nie pakek hape aku aja. Pulsanya masih full kok.” Kata Shilla menyodorkan hapenya.
“Gak papa nie.” Kata Rio ragu mengembil hape Shilla.
“Udah gak papa.” Kata Shilla tersenyum.
Rio pun langung menelpon satu-persatu dari mereka.
Rio: halo…
Alvin: halo….
Rio: haloo Vin nie gue Rio… loe sekarang di mana??? Sama siapa???
Alvin: Rio??? Akhirnya…. Dari tadi gue telpon gak dapet signal sekalinya dapet loe nelpon. Seneng gue…. Sekarang gue di parkiran atas sama Via… loe dimana???
Rio: gue di PH bawah sama Iel, Cakka, Agni, Shilla.
Alvin: yaudah gue sekarang ke sana ya… kalian jangan pergi dulu loh…
Rio: Ya gue tunggu…
Alvin pun langsung menarik Via yang lagi duduk-duduk.
“Ayoo ikut gue.” Tarik Alvin.
“Aduhhh loe apa-apaan sih… sakit tauk.” Kata Via melepaskan tarikan tangan Alvin.
“Udah loe ikut aja… kita ke tempatnya Rio ma Iel.” Ajak Alvin.
“Hah? Loe dah tahu mereka sekarang dimana???” tanya Via semangat.
“Sekarang mereka di PH.” Kata Alvin.
“Yaudah sekarang kita sekarang ke sana.” Kata Via balik menarik Alvin. Mereka pun langsung menuju PH.
Setelah Rio menelpon Alvin Rio langsung menelpon Ray.
Ray: halo this is Ray speeking…
Rio: haloo Ray nie gue Rio…
Ray: hah??? Rio… astaga gilak loe Yo gue nyariin loe ma yang laen tauk gak sihhh… sekarang gue sama Keke lagi di food court nie… gilak loe kita makan makanan yang enak-enak lohhhh gilak….. enak banget (Ray berkata dengan histeris dan bawel banget kayak cewek sambil teriak-teriak)
Rio: Buset loe ray kenceng amet teriaknya…. Udah sekarang loe ma Keke ke PH dehhh… kita semua kumpul di sini…. Ngerti loe….
Ray: Oyaaaayayayaya…. Siph… gue ma Keke meluncur ke sana dehhh…
Ray menutup teleponnya dan langsung ngacir ma Keke menuju food court. Setelah Rio menelpon Ray Rio mencoba menelpon Deva namun gak nyambung-nyambung.
“Aduhh nie Deva gak bisa di hubungin lagi…” kata Rio gusar.
“Serius loe…?” tanya Iel yang juga panic.
“Iya beneran. Dari tadi suaranya Cuma telepon yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.” Kata Rio.
“Gilak loe… Deva kan sama Acha adiknya Alvin. Terus gimana donk? Jangan-jangan ada apa-apa lagi sama Acha.” Kata Iel panic.
“Hus… jangan ngomong kayak gitu loe. Kita harus berfikir positif tauk.” Kata Shilla.
“Iya … tapi kan gue Cuma kuatir aja.” Kata Iel.
“Rio!” Teriak Alvin dari jauh dan menghampiri Rio dan yang lain diikuti Via.
“Alvin… sini…” kata Rio.
“Lohhh… Acha mana???” tanya Alvin celingak-celinguk nyari keberadaan Acha.
“Ya ini gue lagi telepon Deva. Acha kan sama Deva… tapi Deva di hubungi gak nyambung-nyambung.” Kata Rio masih mencoba menelpon Deva.
“Apa loe bilang?!!! Mana sini hapenya biar gue yang hubungi Deva.” Kata Alvin mulai panic banget dan langusung menyerobot hape Shilla dari tangan Rio.
“Ehehhh itu hape gue.” Kata Shilla.
“Udah gue pinjem bentar nanti pulsanya gue ganti deh.” Kata Alvin langsung menelpon Deva.
“Woi… Brooo…” teriak Ray dan langsung berjalan bersama Keke menuju Rio dan yang lain.
“Eh loe Ray… sini.” Panggil Cakka.
“Eh Alvin napa noh kok kelihatan panic banget.” Bisik Ray pada Cakka.
“Deva gak bisa di hubungin padahal Acha kan sama Deva.” Jawab Cakka balas berbisik.
“Lah kok bisa?” tanya Ray lagi.
“Kagak tau juga…” jawab Cakka.
“Ooooo…” kata ray meng-o-kan mulutnya.
“SHITT! Kok gak bisa di hubungin sih…” omel Alvin panic.
“Sabar Vin… gue juga tadi udah coba hubungin tapi gak nyambung.” Kata Rio.
“Sabar loe bilang??? Loe gilak yaa… Acha itu adik gue dan dia itu masih sakit dan sekarang dia ilang. Loe bilang gue harus sabar?!” kata Alvin dengan nada tinggi.
“Ya kita juga tau Vin. Kita juga panic kok. Tapi loe harus tenang sedikit ngapa sih.” Kata Cakka ikut menenangkan Alvin.
“Ashhh kalian semua Cuma bisa bilang tenang-tenang aja. Kalian gak bisa ngerasain apa yang aku rasain tauk gak. Semua ini salah kalian.” Kata Alvin marah-marah.
“Apa loe bilang??!! Semua ini salah kita??? Apa maksud loe?!” kata Iel dengan nada agak tinggi.
“Iyalah… ini semua gara-gara kalian…!! Coba kalian gak pernah ajak gue sama adik gue jalan-jalan kayak gini pasti Acha gak akan ilang.” Kata Alvin makin marah.
“Enak aja loe asal nyalahin kita. Itu semua kan gara-gara orang iseng yang buat isu tentang bom yang buat kita misah juaga!” kata Iel nyolot.
“Bulshit tauk gak… kalau sampek ada apa-apa sama adik gue itu semua salah kalian.” Kata Alvin gak kalah nyolotnya.
“Udah Vin tenang. Loe jangan emosi.” Kata Via.
“Diem loe!!!... ini bukan urusan loe!.” Kata Alvin membentak Via yang membuat Via ketakutan sendiri saking kerasnya Alvin bentak Via.
“Kok loe gitu sih sama gue??? Gue kan Cuma mau nenangin loe.” Kata Via sedikit menangis.
“Gilak loe Vin… gue tau loe marah. Tapi gak harus kayak gitu juga kali.” Kata Shilla sambil menenagkan Via yang hampir nangis gara-gara di bentak Alvin.
“Iya nie… biasa aja kali Vin… loe tu kasar banget sih.” Kata Agni juga.
“Kak Alvin kok gitu sih sama kak Via. Niat kak Via kan baik.” Kata Keke juga.
“Diem loe anak kecil.” Kata Alvin malah bentak Keke juga.
“Ehhh maksud loe apa bentak-bentak Keke. Dia itu gak ada sangkut pautnya ma masalah ini ya.” Kata Ray gak terima Alvin bentak-bentak Keke.
“Heh Vin!!!... loe tu jangan limpahin emosi loe ke cewek donk. Loe panic. Kita semua juga panic. Loe tu jangan kayak anak kecil deh…” Kata Iel nyolot.
“Kok loe nyolot sama gue. Yang salah kan kalian.” Kata Alvin gak kalah nyolotnya.
“Gue nyolot karena gue gak terima loe nyalah-nyalahin kita muluk.” Kata Iel emosi.
“Jadi loe gak terima?!” kata Alvin menarik baju Iel.
“Loe apa-apaan sih…” kata Iel tambah emosi dan nyaris memukul Alvin.
“Apa??? Loe mau mukul gue??? Pukul buruan…” kata Alvin nantang. Keadaan semakin memanas Alvin dan Iel sudah ancang-ancang mau berkelahi, Cakka, Rio dan Ray hanya bisa mencoba menengahi namun percuma Iel emosian dan Alvin juga lagi emosi pasti susah di pisah. Shilla, Agni Keke mencoba menenangkan Via yang masih ketakutan, Via memang selalu begitu kalau sedikit di bentak dia bisa ketakutan sendiri apalagi di bentaknya kesar kayak Alvin tadi. Tiba-tiba saat keadaan mulai memanas ada yang memanggil Alvin dan membuat keadaan kembali stabil.
“Kak Alvin!!!” panggil seorang cewek yang mengampiri mereka dengan seorang cowok..
“Acha….” Kata Alvin menengok ke sumber suara.
“Kak Alvin… kakak kok berantem sama kak Iel?” tanya Acha.
“Acha…” kata Alvin langsung memeluk Acha.
“Kakak kenapa kok panic banget?” tanya Acha dalam pelukan Alvin.
“Kakak kuatir banget sama kamu Cha… kamu dari mana aja sih.” Kata Alvin masih memeluk Acha.
“Tadi Acha sama kak Deva makan dulu di KFC soalnya Acha laper. Kan kata dokter Acha gak boleh telat makan. Iya kan Kak Deva?” kata Acha melepaskan pelukan Alvin dan menengok ke arah Deva.
“Iya vin, tadi gue ajak Acha makan soalnya Acha laper.” Kata Deva.
“Tukan Vin… gak usah lebay banget deh kuatirnya…” kata Iel menyindir.
“Cepzzz… iyaiya gue sadar gue hilaf…. Sorry deh…” kata Alvin meminta maaf pada Iel.
“Loe gak perlu minta maaf ke gue gue juga udah maafin loe kok. Tenang aja broo… kita kan sohib….” Kata Iel memukul dada Alvin pelan.
“Iya dehhh… gue minta maaf yaaaa…” kata Alvin.
“Loe jangan minta maaf ke gue muluk. Medingan sekarang loe minta maaf sama Via noh. Dia jadi ketakutan gara-gara loe bentak keras banget.” Kata Iel menunjuk kea rah Via yang sejak tadi takut lihat Alvin.
(Alvin menengok ke arah Via) “Busett… mank tadi gue kasar banget yaaa sama Via sampek segitunya dia takut.” Kata Alvin berbisik pada Iel.
“Iya lahh broo… loe tadi juga marahin Keke lagi.” Kata Ray tiba-tiba menepuk pundak Alvin.
“Emang iya?” tanya Alvin cengo.
“Ahhh bawel loe… mendingan sekarang loe minta maaf gih sana sama Via.” Kata Cakka.
“Iya Vin minta maaf sana sama Via. Kasihan tu…” kata Rio juga.
“Yaudah deh… gue minta maaf…” kata Alvin menghampiri Via.
“Viii…” panggil Alvin.
“Ngapain loe ke sini??” kata Via ketakutan.
“Loe masih takut ya gara-gara gue bentak loe tadi?” tanya Alvin malu.
“Iya lah… gilak aja loe… gue itu punya trauma tauk…” kata Via masih ketakutan.
“Trauma??? Trauma apa?” Tanya Alvin.
“Gue itu trauma di marahin goblok. Kalau ada yang marahin gue pasti gue bakalan ketakutan sendiri…” kata Via mulai mengendalikan ketakutannya karena melihat sikap Alvin yang baik lagi.
“Yaaaa… maaf…. Gue kan tadi emosi…” kata Alvin.
“Huuhhh… gue sebel ama loe…” kata Via menjambak Alvin.
“Aduhhh sakit taukk… kejem amet sihhh loe…” kata Alvin kesakitan.
“Ya habisnya… gue sebel banget ma loe…” kata Via ngambek.
“Ya kan gue udah minta maaf…” kata Alvin sambil merapikan rambutnya.
“Huuuhhhh….” Kata Via menjambak-jambak lagi rambut Alvin.
“Aduhhh sakit…. loe suka banget sihhh jambak rambut gue…” protes Alvin.
“Hehehehehe… biarinnn… wekkkk.” Kata Via meleletkan lidahnya.
“Yeee… dasar iseng loe…” kata Alvin sedikit gak terima.
“Biarinnn.. wekkkk….” Kata Via meleletkan lagi lidahnya.
“Udah-udah… mendingan kita balik yuk. Udah mau sore juga nie. Gue banyak tugas.” ajak Shilla.
“Iya balik yukkkk…” kata Keke.
“Ehhh Ag… loe balik sama siapa?” tanya Via.
“Kagak tau juga kan tadi kita ke sininya naik taksi. Mobil gue kan lagi masuk bengkel.” Kata Agni bingung.
“Hmmmm… Agni balik sama gue aja. Kan rumahnya searah.” Kata Cakka.
“Serius loe Cak???” kata Agni.
“Iya serius lahhh…” kata Cakka.
“Thank you little Cakka…” kata Agni mecubit pipi Cakka.
“Hah?? Apa Ag kamu bilang Cakka apa?” tanya Ray bingung.
“O.o.o. gak papa kok. Salah denger kali loe ray.” Kata Agni ngeles.
“Lah gue balik ma sapa coba?” tanya Via.
“Kak Via pulang balik sama Kak Alvin aja. Biar Acha balik sama Kak Deva. Tadi kak Deva udah tawarin Acha kok. Iya kan kak?” kata Acha.
“Hah?? Oooiyaaa…” Kata Deva gelagapan.
“Hah? Gue nganterin Via???? Kamu serius mau sama Deva?” kata Alvin.
“Iya kak. Acha mau sama kak Deva aja. Kakak anterin kak Via aja. Sekalian ucapaan maaf tadi kakak udah bentak kak Via.” Bujuk Acha.
“Yaaa kakak sih kalau nganterin Via gak papa. Tapi kamu pulang sama kakak aja ya… kan mobil kakak muat buat 4 orang. Nanti kak Via duduk belakang kan bisa?” bujuk Alvin balik.
“Enggak papa kak… lagian Acha mau sedikit jalan-jalan sama kak Deva kok kak. Sekalian mau ngelihat SMP PL kak.” Kata Acha.
“Yak an bisa sama Kakak Cha. Kakak kuatir kamu jalan sama Deva soalnya Deva kan baru aja bisa naik mobil. Nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana?” Kata Alvin.
“Udahlah kak. Acha kan udah gede… boleh ya kak…” kata Acha merayu.
“Hmmmm… yaudah deh kalau kamu maksa… tapi kamu harus ati-ati loh.” Kata Alvin.
“Iya kak. Tenang aja. Kan ada Kak Deva yang jagain aku.” Kata Acha.
“Dev gue titip adik gue yaaa… awas loe ngapa-ngapain adik gue. Loe harus jagain dia. Kalau ada apa-apa sama adik gue awas loe.” kata Alvin.
“Iya tenang ajaaaa…” kata Deva menunjukan jempol.
“Yaudah deh kita balik yuk.” Ajak Iel.
“Yukkkkk…” kata yang lain kompak.
“EHHHHHH… TUNGGU!!!!” kata Keke menghentikan langkah mereka semua.
“Ada apa Ke.” Tanya Ray.
“Kak Oik sama kak Ozy mana???” tanya Keke bingung.
“Oiya Oik sama Ozy mana?” tanya Agni yang juga bingung.
“Di telepon aja nape… nie pakek hape gue.” Kata Shilla.
“Udah gak usah pakek hape aku aja. Aku ada pulsa kok. Lagian udah ada signal nie. Hehehehe.” Kata Alvin langsung menelpon Ozy.
Ozy:Lohaaaaaa…
Alvin:Loha.loha!… loe sekarang di mana??
Ozy: aduh sabar bosss… gue lagi di jalan. Mau balik. Loe dimana?
Alvin: gue sama yang laen juga mau balik. Ahhh loe balik gak kabar-kabar loe… kasian nie Keke.
Ozy: yaaa maaf… kan hape gue gak ada pulsa… Keke kan udah sama Ray. Makannya gue ma Oik gak terlalu kuatir.
Alvin: yaudah dehhh kalau gitu. Kita semua juga mau balik.
Alvin mengakhiri teleponnya.
“Gimana Vin? Ozy ma Oik kemana?” tanya Cakka.
“Mereka udah mau pulang.” Kata Alvin.
“Yaudahhh kalau gitu yang jelas kita udah tau kabarnya kan… kita Balik yukkk…” ajak Shilla. Mereka semua pun menuju tempat parkir. Sebelum sampai ke tempat parkir mereka semua udah misah perpasangan pulang kecuali Iel yang pulang sendiri (Kesiannnnnn Iel).
“Cha kamu yakin gak mau pulang sama Kakak?” tanya Alvin menyakinkan Acha.
“Iya kak YAKIN… kakak sama kak Via aja… udah sana.” Kata Acha mendorong Alvin ke arah mobil Alvin.
“Tapi cha…” kata Alvin.
“Udah Kak. Acha gak papa kok sama kak Deva. Udah ya… Acha sama Kak Deva balik duluan.” Kata Acha mendorong Deva menuju mobil Deva.
“Cha kok loe mau pulang balik gue sih?” tanya Deva bingung saat mereka sudah berada di depan mobil Deva.
“Gak papa kok kak. Acha Cuma pingin aja…” kata Acha tersenyum.
“Yaudah dehhh kita masuk aja.” Kata Deva masih bingung dan membuka pintu mobil. Mereka berdua masuk mobil, dan Deva langsung tancap gas keluar dari parkiran. Di jalan Deva menyetel lagu My First Love by Nikka Costa
“Kakak suka lagu itu yaaaa???” tanya Acha.
“Eh… Iya aku suka… bisa buat temen tidur… hehehehe.” Kata Deva tersenyum.
“Emang siapa First love kakak?” tanya Acha.
“Hah??? First love???” tanya Deva balik kebingungan.
“Iya… ini kan lagunya tentang seseorang yang lagi ngerasain cinta pertama.” Kata Acha.
“Ooo itu…. Gak ada sihhhh… tapi mungkin sekarang udah ada satu cewek yang bisa mempesona aku.” Kata Deva sambil konsentrasi menyetir mobil.
“Siapa kak?” tanya Acha.
“Hah??? Enggak kok. Pokoknya ada lahh…” jawab Deva gugup. Namun dalam hatinya dia menjawab “Kamu Cha… kamulah cewek itu”
“Kakak kenapa ngelamun?” tanya Acha yang bingung melihat Deva melamun.
“Ohh gak papa kok…” Kata Deva gugup dan gak berani menatap Acha yang membuat mereka saling berdiam-diaman. Karena risih dengan keadaan kayak gitu Deva membuka pembicaraan.
“Cha aku masih bingung dehhh,,, kok kamu mau aku yang anterin kamu sih?” tanya Deva.
“Emang kenapa kak? Kakak gak mau ya anterin Acha.” Jawab Acha.
“Lohhh bukan gitu Cha… kakak Cuma bingung aja kok tiba-tiba kamu pingin kakak yang anterin kamu. Kenapa gak Alvin kan Alvin kakak kamu.” Tanya Deva.
“Acha Cuma gak mau terbiasa deket sama kak Alvin.” Jawab Acha.
“Loh kenapa kok kamu gak mau? Bukannya kalian udah soulmate.” Tanya Deva lagi masih konsen menyetir
“Aku Cuma hak mau kalau nanti aku pergi dan gak akan kembali kak Alvin akan sakit banget. Tapi kalau aku udah biasa gak deket mungkin kak Alvin gak akan terlalu sakit.” kata Acha tersenyum getir.
CKITTTTT…. (Deva ngerem mobilnya mendadak saat mendengar Acha bilang kayak gitu)
“Aduhhh kak.” Kata Acha yang sedikit terpental.
“Sorry cha…” kata Deva.
“Kakak kenapa sih kok tiba-tiba ngerem mendadak.” Kata Acha.
“Harusnya kakak yang tanya ke kamu Cha… kok kamu tiba-tiba bilang kayak gitu?” tanya Deva.
“Ya kan emang bener apa yang aku omongin.” Kata Acha tertawa getir.
“Apa maksud kamu Cha? Kamu gak boleh menyerah.” Kata Deva.
“Acha bukan menyerah kak. Acha Cuma pasrah aja kok kak.” Kata Acha.
“Itu sama aja. Kamu pasrah sama aja kamu menyerah.” Kata Deva lagi.
“Kak… Semuanya udah mustahil… pengobatan apa lagi yang harus Acha lakuin kak? Semua itu percuma… Acha udah sampek ke Australia tapi apa hasilnya. Semua percuma kak.” Kata Acha mulai menangis.
“Chaaa… di dunia gak ada yang mustahil kalau kamu mau berusaha.” Kata Deva.
“Aku harus usaha gimana lagi kak. Acha udah capek. Acha masih remaja dan Acha udah harus ngerasaain semua ini. Acha gak mengerti sama semua takdir Tuhan ke Acha.” Kata Acha.
“Karena masih remaja itu Cha… perjalanan hidup kamu masih panjang. Masih ada kehidupan yang cerah di depan mata kamu…” kata Deva menguatkan Acha.
“Kehidupan apa kak?? Acha udah gak punya kehidupan. Kehidupan itu udah ancur karena penyakit Acha.” Kata Acha mengurai air mata.
“Cha… kamu harus inget Tuhan itu adil. Dia kasih kamu penyakit ini Dia pasti akan kasih obanya Cha... Inget itu Cha…” Kata Deva lagi.
“Aku tahu Tuhan adil kak. Obat apa? Obat apa lagi yang harus Acha minum untuk kesumbuhan. Acha udah capek. Acha udah gak kuat.” Kata Acha makin mengurai air mata.
“Cha… obat gak sepenuhnya berupa apa yang kita minum. Inget obat terbaik di dunia ini adalah Kepercayaan kalau kamu akan sembuh, Keyakinan kalau kamu akan sembuh, dan kasih sayang dari orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi kita.” Kata Deva menatap Acha.
“Kenapa???? Kenapa kakak peduli sama aku.” Kata Acha membalas tatapan Deva.
“E.e.e…Karena kamu adik Alvin… dan Alvin adalah sahabat aku. Aku gak mau Alvin sedih karena kamu gak punya semangat kayak gini.” Kata Deva yang sebenarnya gak jujur.
“Kak Alvin???” kata Acha yang makin menitikan air mata saat mengatakan kata kak Alvin.
“Acha… kamu jangan nagis gitu…” kata Deva menyeka air mata Acha.
“Kak Alvin! Kakak bener aku masih punya orang yang sayang sama aku dan akan sedih kalau aku pergi.” Kata Acha mulai sadar.
“Iya Cha… kamu harus inget kalau masih banyak orang yang sayang kok sama kamu dan gak rela kalau kamu menyerah.” Kata Deva mengelus rambut Acha.
“Kakak bener… Acha gak seharusnya menyerah dan pasrah.” Kata Acha.
“Kalau gitu. Kapan kamu akan kasih tahu ke Alvin kalau kamu masih sakit?” tanya Deva.
“Gak akan kak.” Kata Acha.
“Kenapa?! Bukannya kamuuuu…” kata Deva belum selesain berkata namun Acha sudah berkata lain.
“Acha gak mau liat kak Alvin sedih kak. Cukup Acha, Oma, mama, papa, dan kak Deva aja yang tahu masalah ini.” kata Acha.
“Kamu yakin Cha… kamu gak akan bilang ke Alvin.” Tanya Deva menyakinkan keputusan Acha.
“Iya kak. Acha yakin. Tapi kakak janji ya kalau kakak gak akan kasih tahu ini ke kak Alvin.” Pinta Acha.
“Hush(menghela nafas panjang) “Kalau buat kamu ini yang terbaik aku gak akan kasih tau ini ke Alvin.” Kata Deva.
“Makasih ya kak.” Kata Acha.
“Iyaaa… sekarang kita mau ke mana nie?” tanya Deva.
“Hummmm… langsung pulang aja lah kak. Acha capek banget nie..” Jawab Acha.
“Yaudah kita pulang sekarang ya…” kata Deva langsung menghidupkan mesin mobil dan dan tancap gas menuju Rumah Acha dan menghantarkan Acha dengan selamat sentausa.
Di sisi lain Iel yang pulang sendiri masih kepikiran sama suatu hal. Bukan mengenai perkelahiannya sama Alvin namun ia masih kepikiran sama Ify yang bersikap aneh saat mengetahui merah pada bibirnya adalah Darah dan kata-kata mama Ify yang aneh bagi telingan Iel.
“Shit! Kenapa sihh gue harus terjebak dalan situasi yang aneh ini.” omel Iel sendiri sambil memukul setir.
“Kenapa juga harus ada Ify yang ingetin aku sama Zahra?! Sial!!!” omel Iel lagi.
“What???? Itu kan???” kata Iel yang langsung mengerem mobilnya saat melihat seorang yang berdiri di depan halte bus. Setelah mobilnya berhenti Iel langsung keluar mobil dan menghampiri seseorang yang berdiri di depan halte bus.
“Elo…” kata Iel menepuk pundak orang itu.
“Hah?” kata orang itu kaget dan gugup
“Elo Abner kan??? Adiknya Zahra?!” kata Iel kaget.
“Kkkaakkk… Gabriellll..” kata cowok itu yang ternyata adalah Abner adik dari Zahra.
“Abner!! Kok kamu bisa ada di sini?” tanya Iel bingung.
“Cuucuuummmaaaa.. kebetulan kok kak.” Kata Abner gugup+gagap.
“Zahra… Zahra mana???” tanya Iel.
“Kak Zahra??? Maaf kak Abner harus pergi.” Kata Abner langsung pergi menghindari pertanyaan dari Iel.
“Abner…. Tunggu!” teriak Iel namun itu percuma karena Abner sudah pergi naik taksi.
Iel semakin bingung dengan situasi seperti ini. Karena dia udah lelah dia langsung pulang. Sesampainya di rumah Iel langsung masuk ke kamarnya. Saat memasuki kamarnya tersuguh suasana bola. Poster-poster pamain bola dunia. Kasurnya berselimutkan selimut bergambar kesebelasan AC MILAN. Suasananya gak jauh beda dengan kamar Ray. TV flat, PS 3, DVD/VCD player dan kelengkapan lainya menghiasi ruang kamar Iel. Di sebelah kasurnya ada meja kecil tempat ia meletakkan foto-foto kenangan terutama fotonya bersama Zahra. Di samping TV ada meja belajar yang berisikan tumpukan buku pelajaran dan laptop APPLE warna merah.
“SHITTTTTT…. Oh GOD sebenernya gue ini ada di dalam situasi yang kayak gimana sih!!!!!.” Teriak Iel sekenceng-kencengnya.
“KENAPA!!!! KENAPA KENANGAN GUE TENTANG ZAHRA HARUS TERUNGKAP LAGI?????????? SHITTTTT!!!!!!” teriak Iel lagi. Setelah itu ia mengambil bingkai foto berisikan fotonya dan Zahra yang gak pernah ia lupakan.
“Zahra… kenapa loe tiba-tiba muncul di saat seperti ini… apa loe gak cukup nyakitin gue dengan loe ninggalin gue tiba-tiba??? Kenapa Zah???” kata Iel pada foto itu.
“Kenapa harus Ify yang ingetin tentang loe ke gue??? Apa hubungannya loe sama Ify??? Siapa Ify??? Dan kenapa gue juga harus masuk dalam masalahnya… gue gak paham semua ini Zah… Please kasih tau gue dari mana pun loe berada.” Kata Iel lagi yang ternyata menitikan air mata pada kaca bingkai foto itu.
“Gue mau loe kembali dan jelasin semua ini. semua permasalahan ini Zahra… kembali lah… aku butuh kamu.” Kata Iel yang kini memeluk foto itu dan menjatuhkan badannya ke kasur kemudian dia menutup matanya dan tertidur. Saat Iel tertidur ternyata ia bermimpi…
IEL’S DREAM ON
“Gabriel… gabriel...” terdengar suara seorang cewek yang memanggil Iel.
“Siapa??? Siapa kamu?” balas Iel bingung dan hanya bisa berputar kebigungan.
“Gabriel… aku sayang kamu… Gabrielll… Gabrielll….” Balas suara itu.
“Siapa kamu???” tanya Iel pada sumber suara.
“Aku adalah seseorang yang kamu inginkan ada sekarang.” Kata suara itu.
“Gabriel….” Kata suara itu yang mulai muncul wujudnya.
“Zahraaaa…” kata Iel kaget.
“Gabrielll… aku sayang kamu.” Kata Zahra yang sudah ada di samping Iel dan berpakain putih.
“Zahraaaa… aku juga sayang kamu…” kata Iel memegang tangan Zahra.
“Gabrielll… kamu jangan pernah sedih dan merasa putus asa…” kata Zahra lembut.
“Zahraaa… kembali… aku butuh kamu sekarang… kenapa kamu harus pergi waktu itu…?” tanya Iel makin menggandeng tangan Zahra.
“Maaf Gabriel… untuk sekarang ini aku gak bisa kembali… tapi aku janji aku akan kembali untuk kamu… karena aku sayang sama kamu.” Kata Zahra melepaskan pegangan Iel.
“Zahraaaa… kamu mau kemana?” panggil Iel yang sadar bahwa Zahra semakin menjauh darinya.
“Gabrieeeellll…. Tunggu aku…. Aku akan mencoba kembaliiii…” kata Zahra semakin menjauh dan menjauh hingga tak terlihat oleh Gabriel.
“ZAHRAAAAAAAA….” Teriak Gabriel.
IEL’S DREAM OFF
“Zahra!!!” kata Iel yang langsung terbangun dan menyedari bahwa sekarang sudah jam 5 pagi.
“Astaga… gue mimpi Zahra??? Kok bisa ya??? Gue semakin gak ngerti situasi ini…” kata Iel menggeleng-gelengkan kepalanya.
“GABRIELLLLL bangun nak. Mama mau berangkat dulu ya nak” Teriak mama Gabriel dari meja makan.
“Iya maaaa Iel udah bagun kok ma.” Kata Iel langsung mengambil anduk dan menuju kamar mandi.
30 menit kemudian… Iel menuruni tangga dan menuju meja makan. Seperti biasa pasti mama Iel udah berangkat kerja dan papa iel lagi dinas ke luar kota. Di meja makan Cuma ada roti dan susu seperti biasa. Iel tergolong lebih beruntung diantara temen-temennya karena mama Iel masih perduli sama Iel, setiap pagi sebelum berangkat kantor mama Iel selalu menyisipkan kartu ucapan di samping piring roti.
“Hushhh… selalu aja kalau pagi gak pernah ketemu. Palingan Cuma ketemu ma notenya mama doank.” Kata Iel sambil membuka note dari mamanya.
SELAMAT MAKAN GABRIEL MY ANGELO… MOM LOVE YOU… MUACH :*
“Mama-mama selalu aja…” kata Iel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum sambil memaka roti yang ada di sampingnya.
“Masih jam 6 kurang 15. Berangkat ahhh mumpung pagi pasti anak-anak Gabriel FC belum dateng… berangkat sekarang ah.” Kata Iel langsung membawa tasnya dan segera berangkat menggunakan mobilnya.
Sesampainya di sekolah seperti dugaannya anak-anak Gabriel FC belum dateng. Tapi tumben The Jomblo udah pada dateng kecuali Alvin soalnya Alvin harus ngurus hari pertama Acha masuk sekolah.
“WOI brooo… dateng juga loe. Tumben.” Sapa Ray dari mejanya.
“Eh iya nie… bangun kepagian, kemaren mimpi aneh.” Jawab Iel masih sedikit ngantuk dan males-malesan.
“Jiahhh… mimpi ape loe??? Pasti ketemu ma kembarannya Cakka.” Kata Ray.
“Hah kembaran gue?? Mank sapa? Justin Bieber?? Robert Patinson? Ato Justin Timberlake?” tanya Cakka bingung.
“Monyet…! huwahahahahahahaha.” Kata Ray tertawa puas banget.
“Sialan loe bilang gue mirip monyet orang gue guanteng banget kayak gini kok.” Kata Cakka sambil sok kecakepan (emang cakep sihhhh… hehehehehehe… XD).
“Hmftstsft… ya maaf gue kan bercanda doank.” Kata Ray menahan ketawa.
“Udah ah… emang loe mimpi ape semalem brooo?” tanya Rio.
“Udah kagak usah di bahas males gue bahasnya.” Kata Iel datang setengah ngantuk.
“Ahhhh gak seru loe.” Kata Ray.
“Iye nie kagak serua ahhh…” kata Cakka ikut-ikut Ray.
“Ikut-ikut loe… kagak kereatip.” Kata Ray.
“Kreatif Ray… Bukan Kreatip.” Kata Deva nimbrung.
“Ahhh apaan lah itu pokoknya gitu lah.” Kata Ray.
“Yeee biarin …. Wekkk.” Kata Cakka.
“Ehh udah ahhh… kalian berdua ini suram semua. Oya ngomong-ngomong dramanya kan minggu depan… gimana nie kelompok kita.” Tanya Rio pada Iel yang sejak tadi hanya menyembunyikan mukanya dalam tangannya.
“Hah??? Drama yaaa… gak tauk tu SURAM kali… puyeng gue…” kata Iel pasrah.
“Yahhh elo mah masak gitu amat sih.” Kata Rio.
“Ya mau gimana lagi cobak? Kelompok kita aja rata-rata suram kayak gitu.” Kata Iel.
“Yaaaaa iya sihhh kalau di pikir-pikir kita berdua yang paling SURAM ya kelompoknya.” Kata Rio.
“Yak tepat sekali.” Kata Iel langsung menyembunyikan mukanya lagi dan mencoba tidur.
“Jangan gitu lahhh… mendingan kalian minta bantuan kak Shilla aja kan dia lebih ngerti masalah acting tu… nah mungkin dia bisa bantuin kalian untuk buat cerita drama yang bagus.” Usul Deva.
“Hmmmm bener huga sih kata loe… Wahhh Deva emang pinter.” Kata Rio.
“Yeee emang gue pinter… hahahahahaha.” Kata Deva kepedean.
“Okelahhhhh…. Sak karepmu…. Gimana Iel?” tanya Rio.
“Hemmmmm…” kata Iel sambil menunjukan jempolnya tanda bahwa dia manut aja.
“Oya ngomong-ngomong masalah drama… nanti kita latihan drama loh Ray.” Kata Cakka.
“Hah?? Di mana?” tanya Ray.
“Rumah Oik lah.” Kata Cakka.
“Rumah Oik??? Yessss..” kata Ray semangat.
“Nape loe semangat banget?? Hayooo loe naksir ma Oik ya???? Ato jangan-jangan loe naksir ma Keke lagi.” Tanya Cakka.
“Ahhh kagak lahhhh… gue Cuma suka aja main ke rumahnya Oik udaranya sejuk gitu brooo.” Kata Ray ngeles padahal ya dia seneng karena bisa ketemu ma Keke.
“Wahhh kelompoknya Cakka ma Ray enak banget tu… udah jadi naskahnya.” Kata Deva.
“Lah mank kelompok loe belum buat naskah?” tanya Cakka.
“Belum. Gue aja gak tahu kapan ada japok.” Kata Deva.
“Ya loe tanya Alvin lah… Ehhh tunggu dehhh ngomong-ngomong Alvin mana?” kata Cakka.
“Oya Alvin belum dateng ya…” kata Rio nimbrung.
“Mungkin masih ngurus sekolahnya Acha. Kan hari ini hari pertamanya Acha sekolah.” Kata Deva.
“Oiyaaa lupa gue.” Kata Rio.
“Eh mank kita mau latihan dramanya kapan?” tanya ray membuka pembicaraan baru.
“Nanti kan??? Loe gak tahu ya???? Bukannya waktu terakhir japok tu udah di kasi tahu ya kalo senin ini kita ada japok?” kata Cakka.
“Hah? Serius loe??? Nanti ada japok?” tanya Ray kaget.
“Lah mank loe kagak bisa pa?” tanya Cakka balik.
“Ya bisa sih… hehehehehehe…” kata Ray cengar-cengir.
“Eh plenzzz…” sapa Oik tiba-tiba
“Plenzzz??? Apaan tu??? Makanan baru ya?” tanya Ray.
“Tunggu deh… menurut buku yang pernah aku baca setau aku gak ada makanan yang namanya plenzzz deh…” kata Deva mulai sok pinter (emang pinter sih).
“Ahhh loe mah buku-buku muluk…. Udah dehhhh…” celetuk Rio.
“Udah maksud gue friends… ahhhh begok loe semua…” kata Oik.
“Oooo Friends toooo???” kata Ray akhirnya donk juga.
“Oiya gue jadi lupa… gue kan kesini mau kasih ini ke Cakka ma Ray… nie di baca ya..” kata Oik memberikan naskah drama pada Cakka dan Ray.
“Wahhh karakter buat gue nie mencerminkan gue banget yaaa… seorang pangeran.” Kata Cakka sok banget sambil membaca sedikit naskah.
“Jiahhhh sok banget loe… pangeran kodok loe…” celetuk Iel.
“Enak aja… di sini gue kan jadi pengeran yang super cuakep, baik, bijaksana, rajin menabung, sayang pada orang tuaaaa… heheheheheheh…” kata Cakka.
“Jiahhh ada rajin menabungnya segala lagiiii… perasaan loe kan paling boros….” Kata Rio.
“Hehehehehe…. Kagak percaya loe????!!! Baguslah kalau loe percaya berarti loe musrik… hahahahaha” kata Cakka.
“Yahhhh kok karakter gue gini banget sihhhh…. Sial amet nasib gue jadi pengawalnya Cakka.” Eluh Ray.
“Ya gimana lagi… abisnya yang cocok ma Agni Cuma Cakka doang sih…” kata Oik.
“Iya kalau Agni ma loe nanti jongjing donk… loe kan boncellll… huwahahahahahahaha…” ejek Iel.
“Astagaaaa… jahat banget sihhh loe…. Boncel-boncel gini kan banyak yang sayang sama gue.” Kata Ray sok imut.
“Halah paling yang sayang ma loe Cuma keluarga loe ma anak-anak RReady doang…” kata Cakka.
“Yaaa kan lumayan juga anak-anak RReady kan juga banyak … yeeeee…” kata Ray.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar