KEESOKAN HARINYA
“HUWAAAAA…. Mampus gueeee….” Teriak Rio yang biasanya diem menjadi heboh.
“Buset loe Yo… jangan teriak napa….” Protes Alvin.
“Gimana gue gak teriakkkkkkk bayangin ajaaa…. Hari ini thu penilaian drama tapi kelompok gue belum siap sama sekali dan parah nya lagi Iel gak MASUK LAGIIII!!!! HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.” Teriak Rio keras banget.
“Sabar aja nape brooo…” kata Cakka.
“Y aloe sihh enak kelompok loe udah beres dramanya. Lah gueee…. Bayangin dehhhh……” kata Rio.
“Bentar-bentar gue bayangin dulu….” Kata Ray seakan membayangkan sesuatu.
“Huwaaa… begok loee…” kata Rio ngerengek.
“Lohhh loe tu gimana sihhh katanya suruh bayangin… ck… aneh dehhhh…” kata Ray.
“Huwaaaa Rayyyy…. Loe tu emang yaaa…” rengek Rio.
“Udahlahhhh kan hari ini palingan Cuma buat 2 kelompok yang maju. Lagian juga nanti kan pelajarannya Cuma 1 jam… loe kelompok 3 kan????” tanya Alvin.
“Iya sihhh…” kata Rio mulai tenang.
“Yaudah tenang aja loe…” kata Alvin.
“Huwahahahahahaha… bener juga loeee…” kata Rio malah sekarang ketawa sendiri. (dasar Rio Autisss…--“ wkwkwkwkwwk…)
*** special part Fyel
Sebenernya apa sih yang terjadi sama Iel??? kok dia sekarang jadi misterius gini yaaaa???? Hmmmm… di mana Iel sekarang??? Mendingan kita lihat aja dehhh…
“Jadi gimana hasil penyelidikan loe?” tanya Iel pada seorang cowok yang sedang duduk berhadapan dengannya di salah satu meja di café Bintang.
“Maaf kalau untuk cewek ini, gue gak tahu di mana dia berada dan informasi yang gue dapet pun dikit. Tapi kalau tentang anak laki-laki ini dia tinggal di jalan parangtritis kilometer 6,5 perumahan sewon indah (ngarang.com)” jawab seorang cowok yang menggunakan pakaina layaknya detektif.
“Trus Informasi apa aja yang loe dapet dari cewek ini?” tanya Iel.
“Kalau cewek ini gue rasa udah gak ada di kota ini makanya dia lepas dari jangkauan, tapi menurut penyelidikan gue cewek ini dan cewek yang satunya memiliki hubungan yang sama. Dan gue yakin kalau loe mau tahu lebih dalam masalah ini loe mendingan hubungi cowok ini.” kata cowok itu.
“Oke gue suka kinerja loe. Makasih banyak yaaa..” kata Iel.
“Sama-sama… kalau gitu gue balik dulu yaaa masih ada urusan.” Pamit cowok itu.
“Yaudahhh nanti bayarannya gue transfer ke rekening loe.” Kata Iel.
“Siphh…” kata cowok itu sambil meninggalkan Iel.
“Gue yakin kalau gue akan nemuin loe Zahraaa…. Dan gue akan buktiin kalau loe punya hubungan sama Ify… Ya gue yakin itu.” Kata Iel dengan tatapan penuh harap dan tajam.
Kemudian Iel langsung pergi menuju rumah Abner yang tidak lain adalah adik kandung dari Zahra. Ternyata 3 orang yang berada di foto itu adalah Zahra, Abner dan Ify. Tapi apa maksud Iel membawa-bawa Ify dalam masalahnya dengan Zahra??? Entah lahhh….
Iel tiba di rumah Abner. Dia mengetok pintu dengan pasti.
TOKTOKTOK….
“Permisi…”
TOKTOKTOK…..
“Permisi….”
“Iya tunggu sebentar.” Kata pemilik rumah sambil menuju pintu depan dan membukakan pintu.
“Siapa yaaa..” kata pemilik rumah yang ternyata bener adalah Abner sambil membuka pintu.
“Abnerrrr…” kata Iel kaget.
“Ka…kkk…kkaaakk Ielll..” kata Abner lebih kaget dan langsung menutup pintu karena ketakutan.
“Tunggu Abner…” kata Iel mencoba menahan Abner menutup pintu tapi mereka malah saling mendorong pintu.
“Maaf kak Abner gak ada waktu.” Kata Abner mencoba menutup.
“Please gue mau tanya sama loe…” kata Iel mencoba membuka.
“Maaf kak aku gak punya waktu.” Kata Abner masih mencoba menutup pintu.
“ABNERRR GUE MOHON.” Kata Iel mendorong sekuat tenaga yang membuat Abner terjatuh.
“ADUHHH…” Abner terjatuh.
“Sori gue gak sengaja.” Kata Iel membantu Abner berdiri.
“Iya kak… gak papa.” Kata Abner mencoba berdiri dibantu iel.
“Abnerr… gue mohon loe kasih tahu ke gue di mana keberadaan Zahra.” Pinta Iel.
“Maaf Kak aku gak bisa…” kata Abner.
“Please Nerrr gue mohon… dan gue juga mau tanya ke elo… apa semua ini ada hubungannya dengan Alyssa Saufika Umari?” tanya Iel yang lengkap menyebutkan nama Ify.
“Kak Ify??? Hushhhh (menghela nafas) sudah aku duga kalau semua ini pasti akan terjadi.” Kata Abner.
“Apa maksud loe???” tanya Iel makin penasaran.
“Emang udah saatnya aku certain ini semua kak.” Kata Abner yang terduduk di kursi.
“Semua ini??? apa sih maksud loe?” tanya Iel yang sangat penasaran.
“Kak Ify adalah teman kak Zahra jauh sebelum kakak kenal kak Zahra… mereka berdua selalu bersama daa apa yang menjadi milik kak Zahra juga menjadi milik kak Ify dan sebaliknya termasuk GINJAL.” Kata Abner yang sedikit sedih saat mengucap kata ginjal.
“Ginjal apa maksud loe?” tanya Iel.
“Iyaaa… asal kakak tahu, sebernya kak Zahra menyidap kanker ginjal yang kronis dan kedua ginjal kak Zahra sudah susah untuk berfungsi.” Kata Abner.
“Lalu…” kata Iel.
“Seperti yang aku bilang tadi apa yang menjadi milik kak Ify juga menjadi milik kak Zahra…”
“terus…” kata Iel.
“Waktu itu kak Zahra kritis banget dan harus segera mendapatkan donor ginjal. Tapi di antara kita semua gak ada yang cocok palingan Cuma aku tapi aku terlalu kecil untuk transplantasi ginjal.” Jelas Abner.
“Jadi maksud mu????” kata Iel seakan mulai mengerti keadaan ini.
“Iya kak… Kak Ify mendonorkan ginjalnya pada kak Zahra karena ginjal kak Ify cocok 80% dan karena itu kak Zahra selamat.” Jelas Abner.
“Syukurlah kalau Zahra selamat… tapi kalau Zahra selamat di mana dia sekarang dan mengapa dia harus pergi.” Tanya Iel.
“Sebenernya kalau kejadian itu gak pernah terjadi. Mungkin sekarang kak Zahra gak akan pergi dari sini.” Kata Abner.
“Kejadian itu??? Apa maksud loe?” tanya Iel.
“Iya kejadian ituuuuuu….” Kata Abner mencoba menerawang kejadian masa lalu.
~FLASHBACK ON~
“Maaf, keadaan Zahra semakin memburuk dan dia butuh sekali transplantasi ginjal segera.” Kata Dokter Ridwan, dokter keluarga Zahra.
“Apa dok??? Tapi dok bagaimana kita bisa dapat transplantansi ginjal dalam waktu yang singkat?? Bukankah dokter bilang kalau ginjal saya dan suami saya memiliki presentasi kecocokan ginjal yang tidak tinggi.” Kata mama Zahra kaget.
“Oleh karena itu buk, kita harus segera dapat, kalau tidak saya tidak bisa jamin nayawa anak ibu selamat.” Kata Dokter Ridwan.
“Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan donor ginjal secepat itu.” Kata Papa Zahra.
“Mama, Papa… kakak kenapa???” tanya Abner yang saat itu masih kecil dan belum begitu tahu masalah ini.
“Sayang kakak gak papa kok… kakak Cuma sakit biasa, kamu doain kakak kamu ya biar kakak kamu cepet sembuh.” Kata Mama Zahra mencoba menutupi masalah ini.
“Kakak butuh ginjal ya ma???” kata Abner yang masih kecil namun ternyata sudah bisa mengerti masalah yang terjadi.
“Kamu ngomong sayang.” Kata Mama Abner gak percaya kalau Abner bisa ngomong kayak gitu di umurnya yang segitu.
“Ambil aja ginjal Abner dokter…” kata Abner polos.
“Sayangg kamu gak boleh ngomong kayak gitu, kamu masih kecil, belum seharusnya kamu ngomong kayak gitu.” Kata mama Abner.
“Maaf adik, adik gak bisa mendonorkan ginjal adik buat kakak adik, umur adik masih kecil… kalau adik mau bantu kita, adik bantu lewat doa aja yaaa..” kata Dokter Ridwan menasehati.
“Tapi dokter, Abner mau kakak sembuh…” kata Abner polos.
“Makanya itu adik doa aja yaaaa…” kata Dokter Ridwan.
“Lalu dokter bagaimana kita harus mencari donor ginjal dalam waktu singkat.” Tanya mama Abner yang tak kuat menahan tangis.
“Benar dokter bagaimana kita mendapatkan donor ginjal??? Saya akan bayar semahal apapun untuk mendapatkan donor ginjal itu.” Kata papa Abner yang juga kalut.
“Bagaimana dengan ginjal saya dokter, apakah saya bisa mendonorkan ginjal saya.” Kata seorang cewek yang tiba-tiba datang.
“Nak Ify???” Mama Abner kaget melihat kedatangan Ify.
“Iya tante… saya bersedia kok untuk mendonorkan ginjal saya untuk Zahra.” Kata Ify sambil melangkah menuju mama abner.
“Kamu serius Ify???” tanya Papa Abner gak percaya.
“Iya tante, saya dan Zahra sudah berjanji kalau kita akan saling berbagi dan ini wujud saling berbagi kita… saya bersedia mendonorkan ginjal saya untu sahabat terbaik saya Zahra.” Kata Ify mantap.
“Tapi nak, kalau anda mendonorkan salah satu ginjal anda, apa anda siap hidup sebagai remaja hanya dengan satu ginjal??” tanya Dokter Ridwan.
“Saya siap dokter, toh saya akan sama dengan Zahra kan??? Kita sama-sama akan hidup hanya dengan 1 ginjal.” Kata Ify.
“Ify... makasih banget yaaa sayang.” Kata mama Zahra langsung memeluk Ify.
“Iya tante.” Jawab Ify masih dalam pelukan Zahra.
“Tapi tunggu dulu bukk… belum tentu ginjal anak ini cocok dengan Zahra.” Kata Dokter Ridwan yang membuat kebahagiaan mama Zahra sedikit luntur.
“Benar kata dokter.” Kata Mama Zahra melepaskan pelukannya dan mulai lemas lagi.
“Tapi untuk memastikannya lebih baik kita cek dulu kecocokan ginjal anak ini.” kata dokter Ridwan.
“Benar juga dokter.” Kata Mama Zahrra kembali senang.
“Apa kamu siap nak?” tanya dokter Ridwan pada Ify.
“Iya saya siap dok.” Kata Ify matap.
Ify pun menjalani pemeriksaan untuk memastikan kecocokan ginjalnya dengan Zahra. Mama Zahra, Papa Zahra, Abner dan Ify menunggu hasilnya dengan penuh kecemasan.
Beberapa saat kemudian dokter Ridwan datang dengan membawa hasil tes tersebut.
“Dokter, bagaimana hasilnya???” tanya mama Abner saat dokter keluar dari ruang pemeriksaaan.
“Hasilnyaaa….” Kata Dokter Ridwan membuat penasaran.
“Hasilnya bagaimana dokter??” tanya Mama Zahra makin penasaran.
“Ginjal Zahra dan Ify memiliki tingkat kecocokan yang tinggi.” Kata Dokter Ridwan tersenyum.
“Ginjal Zahra dan Ify memiliki tingkat kecocokan yang tinggi.” Kata Dokter Ridwan tersenyum.
“Astagaaa…. Terima kasih Tuhan…” kata Mama Zahra mangucap syukur.
“Terima kasih Tuhan.” Kata Papa Zahra juga mengucap syukur.
“Ify… apa kamu siap menjalan operasi sekarang??? Kamu siap nantinya kamu akan hidup hanya dengan 1ginjal?” tanya Dokter memastikan keputusan Ify yang tergolong nekat.
“Saya siap dokter.” Kata Ify mantap.
Akhirnya Ifypun menjalani operasi transplantasi ginjal. Orangtua Ifypun sudah menyetujuain keputusan Ify. Operasi berjalan cukup lama dan menegangkan. Berulangkali suster dan para dokter pembantu keluar masuk ruang operasi dan saat ditanya mengenai operasi mereka hanya dapat menjawab Tunggu saja sampai operasi selesai. Beberapa jam sudah berlalu akhirnya operasi selesai. Dokter Ridwan pun keluar dari ruang operasi.
“Bagaimana dok? Operasinya berhasilkan kan???” tanya mama Zahra kuatir.
“Operasinya berhasil buk, kita hanya tinggal menunggu Zahra dan Ify sadar kembali.” Kata Dokter Ridwan.
“Terima kasih ya Tuhan.” Kata Mama Zahra mengucap syukur dan bersujud di depan ruang operasi diikuti oleh papa dan Abner.
“kalau begitu saya kembali ke ruangan dulu. Permisi..” pamit Dokter Ridwan.
Abner sekeluarga seditit tenang. Mereka hanya bisa melihat keadaan Ify dan Zahra dari luar ruang perawatan. Sekitar 3 jam kemudian mereka sudah boleh menjenguk Ify dan Zahra yang ditempatkan diruang yang sama, Ify dan Zahrapun juga sudah siuman.
“Mamaaa…” panggil Zahra lirih saat siuman.
“Zahra??? Sayang mama ada di sini??” kata Mama Zahra yang senang melihat Zahra siuman.
“Mama… Zahra di mana?” tanya Zahra dengan nada yg lemas sehabis operasi.
“Kamu di rumah sakit sayang, kamu habis menjalani operasi transplantasi ginjal.” Jawab mama Zahra.
“Transplantasi ginjal???” tanya Zahra.
“Iya sayang, jadi sekarang kamu sudah bisa menjalani hidup dengan ginjal yang normal.” Kata mama Zahra.
“Siapa maa??? Siapa orang baik yang bersedia mendonorkan ginjal itu.” Tanya Zahra.
“Dia orangnya.” Kata Mama menengok kea rah ranjang Ify yang berada di samping ranjang Zahra.
“Ify???? Jadi Ify yang udah donorin ginjal Zahra ma???” tanya Zahra.
“Iya sayang dia sudah rela mendonorkan satu ginjalnya untuk kamu…” kata mama Zahra.
“Ify… makasih yaaaaaa….” Kata Zahra menitikan air mata seraya mengucap terima kasih pada Ify yang sekarang belum siuman.
“Maaa… Iel gak tahu masalah ini kan maaa?” tanya Ify.
“Iya sayang Iel gak tahu masalah ini kok.” Jawab mama Zahra.
“Syukurlah ma… Zahra gak mau ngelihat Iel sedih dan kuatir.” Kata Zahra.
“Iya sayang… sekarang kamu istirahat dulu aja yaaa… keadaan kamu belum begitu baik.” Kata mama Zahra.
“Iya maaa…” kata Zahra mencoba mengistirahatkan dirinya.
Ify dan Zahra harus rawat inap selama 7 hari, selama itu juga Zahra harus menutupi keadaannya pada Iel, ia bilang pada Iel kalau ia sekarang berada di Bandung. Akhirnya setelah 7 hari Ify dan Zahra boleh pulang ke rumah. Karena orang tua Ifysedang bertugas ke luar negeri untuk sementara waktu Ify tinggal di rumah Zahra.
“Akhirnya Zahra bisa pulang ke rumah juga.” Kata Zahra bahagia saat membuka pintu rumah.
“Iya sayang papa juga bahagia kamu bisa berkumpul dengan kita lagi.” Kata papa Zahra.
“Ify… makasih yaaa… karena kamu aku bisa hidup terus.” Kata Zahra.
“Iya Zah… kita kan udah janji kalau kita akan saling membantu dan berbagi.” Kata Ify.
“Iya Fy… maksih banget yaaa…” kata Zahra sambil memeluk Ify.
“Yuadah sekarang kalian ke kamar aja. Kalian istirahat dulu. Untuk sementara ini Ify tidur sama kamu ya Zahra.” Kata mama Zahra.
“Iya maaa…” kata Zahra. Zahra dan Ify pun menuju kamar Zahra untuk istirahat. Saat ify masuk kamar Zahra Ify melihat satu foto yang membuatnya sedikit gimana-gimana gitu.
“Ini siapa??” tanya Ify sambil menunjukan foto yang berada di meja Zahra.
“Ohhh ini Iel, pacar aku…” kata Zahra sambil tersenyum.
“Ooo dia pacar kamu yaaa… kamu kelihatannya kamu sayang banget sama dia yaaa…???” tanya Ify.
“Iyaaa… aku itu sayang banget sama dia… dia itu my angelo… aku gak mau kehilangan dia.” Kata Zahra.
“Wahhh beruntung banget ya cowok ini bisa dapetin kamu…” kata Ify.
“Iyaaa… aku juga beruntung bisa dapetin dia.” Kata Zahra.
“Iya Zah, kalian saling beruntung.” Kata Ify.
“Iyaa… eh tapi kok kamu tiba-tiba nanya kayak gitu sihhh… emnag kenapa???” tanya Zahra.
“Ohh gak papa kok. Aku Cuma penasaran aja sama foto ini.” kata Ify yang langusng meletakan foto yang sejak tadi dia pegang kembali ke tempatnya. Sebenernya ada satu perasaan aneh yang di rasakan oleh Ify. Ify merasa ada hal yang langsung menencap di hatinya saat melihat foto Iel. Ify merasa mendapatkan chemistry yang besar antara dia dan Iel, padahal ia sama sekali belum pernah bertemu dengan Iel sebelumnya. Apa ini yang namanya jodoh?? Entah lah.
***
“Ify… bangun yukkk…” kata Zahra membangunka Ify yang tidur di sebelahnya.
“Hoammm Zahraa… aku masih ngantuk nieee…” kata Ify.
“Udah bangun dulu yukkk.” Kata Zahra membangunkan.
“Hoammm…” kata Ify yang terbangun walaupun masih sedikit ngantuk.
“Kita masak bareng yukkk…” ajak Zahra.
“Ooo ya terserahh dehh…” kata Ify masih setengah sadar.
“Yukkk…” kata Zahra sambil menarik Ify menuju dapur.
DI DAPUR
“Hoammm… kita mau masak apa sihhh???” tanya Ify masih terlihat ngantuk.
“Gimana kalau kita masak popcorn aja… trus nanti kita makan sambil nonton film.” Kata Zahra.
“yaudah dehhh yuk kita mulai masak aja.” Kata Zahra.
Merekapun menyiapkan bahan untuk membuat popcorn. Mereka gak sadar kalau sebentar lagi mereka akan mendapatkan musibah yang akan membuat mereka harus saling berbagi lagi.
“Astaga Zahra kalau mau masak popcorn jangan pakek api yang besar-besar. Nanti kalau popcornnya meledak gimana????” kata Ify.
“Udah gak papa…. Biar cepet selesai masaknya. Aku udah gak sabar nie mau nonton sama kamu.” Kata Zahra masih nekat. Ternyata benar apa kata Ify, bukan hanya popcornyang meledak tapi kompornya yang juga sedang sedikit rusak juga ikut meledak dan memercikan api yang cukup banyak dan berbahaya. Saat itu sebenrnya Zahra terkena percikan api itu namun dengan sigap Ify meyelmatkan Zahra dan mengakibatkan kedua mata Ify terkena percikan api.
DUERRRRRRR
“Zahra awas…” kata Ify medorong Zahra dari depan kompor.
“Ify…” kata Zahra kaget.
“Aaaaaaaa…” teriak Ify kesakitan karena matanya terkena percikan api.
“Ify… kamu gak papa??” tanya Zahra.
“Zahra sakit… mata aku sakit banget.” Kata Ify kesakitan.
“mama, papa… tolong…” teriak Zahra.
Akhirnya ify di bawa ke Rumah sakit dan langsung masuk UGD. Ternyata mata kornea mata Ify rusak total yang membuat Ify buta total. Hanya satu cara yang bisa membuat Ify dapat melihat yaitu donor kornea. Zahra merasa bersalah sekali. Karena kejadian ini terjadi karenannya. Karena merasa bersalah Zahra membulatkan tekatnya untuk mendonorkan kedua kornea matanya untuk Ify.
“Apaaa sayang??? Kamu yakin mau donorin mata kamu untuk Ify???” tanya mama kaget dengan keputusan Zahra.
“Iya maaa… Zahra yakin zahra mau nabus semua kesalahan Zahra sama Ify dan Zahra mau balas budi Ify yang udah rela donorin ginjalnya buat Zahra.” Kata Zahra sambil terisak tangis.
“Tapi sayanggg…” kata mama mencoba membujuk agak Zahra membatalkan niatnya itu.
“Maaa keputusan Zahra sudah bulat dan Zahra mohon mama ijinin Zahra. Mama juga harus inget kalau Zahra masih ada di sini berkat donor ginjal Ify.” Kata Zahra.
“Baiklah sayang kalau kamu memang udah yakin.” Kata mama mencoba menerima keputusan Zahra.
“Tapi maa… Zahra mohon, setelah Zahra mendonorkan mata ini, Zahra ingin membuka hidup baru Zahra si Semarang tanpa ada yang tahu. Karena Zahra sudah tidak mau merepotkan orang lain lagi terutama Ify. Dan Zahra mohon Ify jangan tahu kalau ini donor mata dari Zahra. Oya ma satu lagi tolong rahasiain ini dari Iel. tolong kalau Iel dan Ify menanyakan tentang Zahra, mama tinggal bilang kalau Zahra sudah meninggal.” pinta Zahra.
“Meninggal???” mama kaget.
“Iya maaa… Zahra ingin membuka lembaran baru di Semarang.” Kata Zahra.
“Apa kamu ingin tinggal di Semarang??? Kamu yakin???” tanya Mama meyakinkan.
“Iyaaa maaa Zahra yakin dan Zahra udah bulat dengan keputusan Zahra.
“Yaudah kalau gitu, mama ijinin kamu.” kata mama memeluk Zahra.
Akhirnya Zahra mendonorkan matanya pada Ify manun sebelumnya Zahra harus menyelesaikan masalah nya dengan Iel, ia harus memutuskan hubungannya dengan Iel, bukan karena dia tidak cinta lagi tapi karena dia tidak ingin Iel sedih dengan keadaan Zahra yang akan tidak bisa melihat lagi. Setelah Zahra mendonorkan kornea matanya Zahra langsung pergi menuju Semarang tanpa di ketahui oleh siapapun. Di semarang Zahra mengganti namanya menjadi Damarvia atau Arvia. Mungkin Iel tidak mengetahui bahwa Zahra pura-pura meninggal namun Iel hanya mengetahui Zahra tiba-tiba menghilanh. Lain halnya dengan Ify. Saat Ify tersadar sehabis operasi donor mata, Ify harus mengetahui bahwa sahabatnya meninggal.
“Zahraaa…” panggil Ify lirih.
“Ify… ini tante sayang…” kata mama Zahra.
“Zahra mana tante???” tanya Ify.
“Hikz.hikz.hikz.hikz… Zahra… Zahra… Zahra meninggal karena ledakan tadi dan karena kesalahan operasi waktu kalian translantasi ginjal.
“APAAA????? Zahraaa meninggal tante???!!!” kata Ify gak percaya.
“Iya sayangg tante pun terpukul sekali dengan kejadian ini.” kata mama Zahra.
“Tapiii tantee… apa ini mata Zahra???” tanya Ify.
“Buu…kkk….kkkaaaa….nnnn sayang.” Kata mama Zahra bohong.
“Taapppiii tante… Ifyy gak percaya kalau Zahra meninggal…” kata Ify menangis dan memeluk mama Zahra.
“Kita harus tabah sayang, Zahra sudah tenang di sana…” kata mama Zahra menenangkan Ify.
~FLASHBACK OFF~
“Apaaa??? Jadi selama ini Zahra masih hidup????!!!!!!!!!!!” kata seseorang yang tiba-tiba datang yang sejak tadi mendengar percakapan Iel dan Abner dari balik pintu depan.
“Kaaakkk Ify!!!!” kata Abner kaget melihat ternyata orang itu adalah Ify
“Jadi selama ini Zahra masih hidup??? Zahra masih hidup??” kata Ify sambil berjalan menuju Iel dan Abner dengan berurai air mata.
“Kakak dengar semuanya..” kata Abner.
“Iyaaa… semuaaa…” kata Ify.
“Kak Ify… maafin aku kak…” kata Abner.
“Jadiii selama ini kamu dan keluarga kamu nutupin masalah ini dari aku??? Jadi selama ini Zahra masih hidup??? Dan mata ini mata Zahra????” kata Ify menangis tak percaya dan langsung pingsan di pelukan Iel.
“Ifyyy…!!!” kata Iel kaget dan langsung menangkap Ify yang pingsann di pelukannya.
“Kak Ify… kak Iel bawa Kak Ify ke kamar tamu kak.” Kata Abner sambil mengarahkan Iel yang menggendong Ify menuju kamar tamu.
Selama 15 menit Ify masih pingsan hingga dia siuman karena bebauan minyak kayu putih.
“Zahraaa… zahraaa…” kata Ify yang mulai tersadar.
“Ify… kamu sudah siuman???” tanya Iel yang sejak tadi kuatir setengah mati.
“Zahraaa…. Zahraa….” Kata Ify terus.
“Ify… aku Iel… kamu udah sadar kan??” tanya Iel.
“Zahra mana????” tanya Ify yang mencoba bangun.
“Maafin aku dan keluarga ya kak. Karena kita udah bohongin kakak selama ini.” kata Abner.
“hikz.hikz.hikz… kenapa kalian harus bohongin aku???? Kenapa??? Dan sekarang Zahra di mana???” tanya Ify sambil menangis.
“Iya Abner… sekarang Zahra di mana????” tanya Iel yang juga kecewa.
“Ini semua permintaan kak Zahra, karena kak Zahra gak mau ngerepotin kalian semua. Terutama kak Ify yang udah banyak di repotin sama kak Zahra.” Jelas Abner.
“Tapi gak kayak gini caranya kan Abner.” Kata Ify berurai air mata.
“Iya… Ner bener kata Ify… bukan kayak gini caranya… itu gak baik… sekarang lebih baik kamu kasih tahu ke kita di mana Zahra berada!!!” kata Iel emosi.
“Maaf kak… Abner gak bisa… udahlah biarin kak Zahra tenang.” Kata Abner.
“Tenang!!! Loe gilak yaaa… di sana dia itu sendirian dan dia butuh gue!!!” kata Iel emosi.
“Percuma kak… walaupun kakak nemuin kan Zahra, kakak akan tetap di usir.” Kata Abner.
“Kenapa?” tanya Ify yang masih berurai air mata.
“Karena kak Zahra pergi juga untuk melupakan kak Iel dan membuat kak Iel agar bisa bersama kak Ify!!!! Semua ini untuk kalian. Kak Zahra udah berkorban buat kalian!!!!” kata Abner yang emosi di tekan terus.
“Apa??? Apa maksud loe?!!!” tanya Iel.
“Iya!! Kak Zahra udah tahu kalau kalian itu jodoh walaupun kalian belum pernah bertemu. Kak Zahra pernah mendengar kak Ify ngigau tentang kak Iel yang notabene belum di kenalnya.” Jelas Abner.
“Ify…” kata Iel menengok kearah Ify.
“Ngigau…???? gue gak pernah ngingau kayak gitu.” Kata Ify.
“Mungkin kak Ify gak ngerasa.” Kata Abner.
“Bulllshitttt!!!” kata Iel.
“Dan satu lagi kak Zahra merasa begitu karena kalian sama-sama menanyakan tentang foto yang ada di kamar kak Zahra. Kak Iel menanyakan foto kak Ify da kak Ify juga menanyakan foto kak Iel. itu udah cukup bukti kalau kalian udah takdir di jodohkan, dan kak Zahra gak mau menjadi perusak takdir.” Kata Abner.
“Jadi loee jugaaa…” kata Iel pada Ify.
“Eloo jugaaa….” Kata Ify pada Iel.
“Udahlahhh biarin kak Zahra tenang.” Kata Abner.
“Abner!! Please kasih tahu dimana Zahra.” Kata Iel bersujud di kaki Abner.
“Kak Iel apa-apan sihh…” kata Abner kaget.
“Abner aku juga mohon kasih tahu di mana Zahra.” Kata Ify yang juga ikut memohon dan bersujud di kaki Abner.
“Hushhh(menghela nafas panjang) Oke… mungkin ini saatnya kalian tahu di mana kak Zahra. Aku akan memberikan alamat kak Zahra di Semarang.” Kata Abner yang luluh dan akhirnya mau memberitahu keberadaan Zahra.
Setelah Iel dan Ify mendapatkan alamat itu, meraka langsung menuju alamat yang berada di Semarang. Selama 3 jam perjalanan mereka Nampak canggung dan bingung untuk bicara apa hingga Ify memutuskan untuk tidur saja selama perjalanan.
“Jadi benar Ify ada hubungannya dengan Zahra dan pandangan itu yang mengingatkanku pada Zahra karena mata itu adalah mata Zahra… gue bener-bener gak nyangka kalau dunia sekecil itu.” Kata Iel sambil sesekali memandang wajah Ify yang tertidur manis di kursi sebelah kursi kemudi.
“Apa ini yang namanya takdir??? Sejak awal gue melihat foto dia di kamar Zahra, gue merasa ada hal yang aneh di hati gue. Gue ngerasa dia itu adalah yang selama ini ada di hati gue. Tapi kenapa waktu gue bener-bener ketemu sama dia, gue harus bertingkah sebagai musuh padahal gue gak ada sedikitpun rasa benci. Bahkan sebaliknya.” Kata Iel yang masih menatap Ify.
“kasihan Ify dia pasti kedingingan.” Kata Iel yang menyelimutkan jaketnya ke Ify yang tertidur, tapi sebenarnya Ify sejak tadi tidak tertidur dan dia mendengar kata-kata Iel yang membuatnya bahagia setengah mati. Setelah itu Iel kembali konsentrasi menyetir.
3 jam berlalu. Pukul 01.00 Ify dan Iel tiba di tempat tujuan. Di sebuah perumahan kecil di daerah semarang. Karena sudah hampir sampai Iel membangunkan Ify yang sudah benar-benar tertidur pulas.
“Fyy… Fyyy… bangun… udah sampek semarang.” Kata Iel membangunkan Ify.
“Hoammmm…” kata Ify yang terbangun.
“Bangun Fy…” kata Iel.
“Iya iya gue bangun… emang sekarang jam berapa???” tanya Ify masih setengah ngantuk.
“Jam 1 pagi.” Jawab Iel yang masih menyetir.
“Hah??? Jam 1 pagiii??? Gilak loe… mana mungkin kita bertamu jam 1 pagi. Bisa-bisa kita di kira buronan lagi cari tempat sembunyi lagi.” Kata Ify kaget.
“Ya terus kita harus gimana… ini udah hampir nyampek rumah Zahra yang di kasih tahu Abner tadi.” Kata Iel memperlambat kecepatan mobil.
“Hmmm… mendingan kita nginep aja dulu di situ. Di penginapan itu. Kan deket sama daerah rumah Zahra. Nah baru besok pagi kita cari lagi.” Kata Ify menunjuk 1 penginapan di dekat situ.
“Yaudah kalau gitu…” kata Iel langsung mengarahkan mobilnya ke penginapan yang di maksud.
Mereka berduapun menginap semalam di penginapan itu. Karena uang yang meraka bawa hanya sedikit. Iel hanya menyewa 1 kamar saja.
“What??? Loe Cuma nyewa satu kamar??? Loe gila apa??? Kita ini buka mukhrim taukkk…” protes Ify.
“Ya gimana lagi… duit yang kita bawa kan Cuma dikit. Tenang aja… nanti elo kok yang tidur di kamar. Gue mah gampang bisa tidur di mobil.” Kata Iel.
“Hmmmm…. Beneran nieee… loe gak papa tidur di mobil???” tanya Ify.
“Iya tenang aja… gue kan cowok yang bertanggung jawab dan gak neko-neko. Udah gih masuk sana gue mau tidur di mobil aja.” Kaat Iel memberikan kunci kamar itu.
“yaudah dehhh… makasih yaaa..” kata Ify yang langsung masuk kamar penginapan dan Iel menuju mobil untuk tidur. Iel mengeset mobilnya senyaman mungkin untuk tidur hanya beberapa jam saja.
Ify yang tidur di kamar merasa kuatir pada Iel yang tidur di mobil. Karena takut Iel yang gak bisa tidur dengan alas hanya kursi mobil, oleh karena itu Ify membawakan selimut dan bantal yang ada di penginapan untuk Iel.
“Ohhh dia udah tidur… kasihan dia… seharian nyetir tidurnya di mobil pula. Mendingan gue kasih bantal ma selimut aja deh.” Kata Ify memakaikan selimut dan bantal pada Iel.
“Siphhh udah beres semua… gue balik ke kamar aja daripada nanti gue ganggu tidurnya.” Kata Ify.
Akhirnya Ify kembali ke kamar. Keesokan harinya Iel yang sudah terbangun lebih dulu kaget melihat dia tidur sudah lengkap dengan bantal dan selimut.
“Hoammm… lohh kok ada selimut ma bantal???” kata Iel bingung.
“Hhe… ini pasti Ify yang kasih semua ini.” kata Iel terpesona dan bahagia.
Kemudian Iel terbangun dan menata selimut dan bantalnya untuk di kembalikan ke kamar Ify. Saat menuju kamar Ify ternyata Ify sudah siapa lebih dulu untuk pencarian mereka.
TOKTOKTOK…
“Ifyy ini gue Iel.” kata Iel mengetuk pintu.
“Masuk aja yel… gue lagi dandan.” Kata Ify yang sedang menyisir rambut indahnya.
“Haaaa…” kata Iel yang terperanga melihat kecantikan Ify.
“Loe kenapa Iel.” tanya Ify yang heran melihat Iel terperanga dari kaca rias.
“Ohh gak papa kok…. Gue Cuma mau balikin ini aja… makasih yaaa…” kata Iel salting.
“Oiya gak papa… toh itu juga barang-barang milik penginapan.” Kata Ify.
“Oya gue pinjem kamar mandi ya… mau mandi.” Kata Iel malu-malu.
“Yaudah pakek aja. Itu kan kamar mandi penginapan.” Kata Ify.
Iel pun mandi dan bersiap-siap. Sekitar pukul 8 mereka check out dari penginapan dan melanjutkan pencarian mereka.
“Sekarang kita mau ke mana nie???” tanya Ify.
“Kalau menurut alamat ini udah mau deket dehhh…” kata Iel.
“Yaudah kalau gitu kita berangkat sekarang juga.” Ajak Ify.
Merekapun berangkat menuju alamat yang dimaksud. Dan benar apa kata Abner saat di Jogja. Kalau Zahra berada di alamat yang di maksud. Dari kejauhan terlihat Zahra yang menggunakan tongkat bak orang buta sedang bermain dengan anak-anak kecil di depan sebuah rumah kecil yang nyaman.
“Iell… Itu… itu Zahra…” kata Ify yang terlihat senang melihat Zahra.
“Iya bener itu Zahra.” Kata Iel gak kalah senengnya dan langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah Zahra.
Ify langsung menuju ke Zahra dan tanpa ragu-ragu memluk Zahra dengan erat.
“Zahraaa!!!” kata Ify yang langsung memeluk Zahra.
“Kamu siapa???” tanya Zahra sambil meraba muka Ify dan menganalisisnya.
“Aku Ify Zhaaa… aku Ify… sahabat kamu.” Kata Ify melepaskan pelukannya dan memegang pundak Zahra.
“Ify!!!” kata Zahra kaget dan melangkah menjauh.
“Zahra??? Kamu kenapa??? Kok kamu berubah???” tanya Ify yang kaget melihat Zahra menjauh saat mengetahui bahwa itu adalah dirinya.
“Zahraa…!!!” panggil Iel dari jauh.
“Siapa lagi dia??” tanya Zahra bingung.
“Dia Iel…” kata Ify.
“Iel!!!???” kata Zahra kaget banget dan langsung lari, karena dia buta alhasil diapun terjatuh di depan seorang cowok yang gak asing untuk Iel dan The Jomblo.
“Arviaaa???? Kamu kenapa??? Sini aku bantu.” Kata cowok itu.
“Kak Riko????” kata Iel kaget banget.
“Iel?” kata cowok itu yang ternyata adalah kak Riko kakaknya Rio.
“Riko… kamu kenal sama mereka??” tanya Zahra.
“Iya Arvia…” jawab Riko.
“Kalau gitu suruh mereka pergi!!” kata Zahra.
“Zahraaa kamu kenapa… kami ke sini pingin ketemu kamu karena kami rindu sama kamu. Terutama Iel.” kata Ify yang menangis.
“Zahraaa… kamu kok gitu sama aku.” Kata Iel gak percaya Zahra berbuat kayak gitu.
“Arvia… kamu kenal mereka juga???” tanya Riko yang bingung dengan keadaan ini.
“Dulu iya tapi sekarang mereka udah jadi masa lalu aku yang gak mau aku kenang. Aku mohon suruh mereka pergi!!!” kata Zahra yang mulai histeris.
“Arvia kamu tenang yaaa… Dodo tolong bawa kak Arvia masuk kerumah.” Kara Riko menenangkan Zahra dan menyuruh seorang anak kecil membawa Zahra ke masuk ke dalam rumah.
“Sebenernya ada apa sih???” tanya Riko dengan bijak pada Iel dan Ify.
“Kita dateng ke sini buat nemuin Zahra kak.” Kata Iel.
“Zahra??? Maksud kamu Arvia??” tanya Riko.
“Iya kak… kami ingin banget ketemu sama Zahra…” kata Ify masih menangis.
“Apa hubungan kalian dengan Arvia??” tanya Riko.
“Kami ini…” kata Iel menjelaskan semua duduk perkara yang sebenarnya terjadi. Setiap kali Iel menceritakan masalah pengorbanan Zahra, Ify menitikan air mata. Perlahan tapi pasti Riko mulai mengerti masalah ini.
“Jadi gitu masalahnya???” kata Riko yang akhirnya mengerti masalah yang terjadi.
“Iya kak… dan sekarang kita mau ketemu sama Zahra buat nanya ke dia apa maksud dia ngelakuin ini.” kata Iel.
“Dan aku juga mau ngucapin terima kasih sama Zahra kak.” Kata Ify masih nangis.
“Lah loe kok bisa sampek sini Kak?” tanya Iel.
“Udah 2 bulan gue sering ke sini gara-gara waktu itu gue ma temen-temen gue liburan ke sini dan gue ketemu sama Arvia dan gue juga ngerasa care banget sama Arvia. Makannya gue sering banget ke sini, lagian kelas 2 kan sekarang lagi libur.” Jelas Riko.
“Ooo… gitu ya kak… terus gimana nie sekarang Zahra?” kata Iel seakan meminta bantuan pada Riko.
“Kalau menurut gue, untuk sementara ini jangan dulu kalian temuin Zahra. Beri Zahra waktu untuk berfikir. Gue janji akan bantuin kalian.” Kata Riko.
“Loe serius kak mau bantyin kita???” tanya Iel gak percaya dan senang.
“Iya gue janji…” kata Riko.
“Maksih banget kak.” Kata Iel langsung memeluk Riko sebagai tanda terima kasih.
“makasih ya kak.” Kata Ify menyunggingkan sedikit tawa di sela tangisnya.
***
Zahra Nampak termenung di samping jendela kamarnya. Ia seakan dapat melihat segalanya dengan mata hatinya. Bulir demi bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Kebingungan yang melandanya membuatnya sangat bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Dia pergi untuk membuka hari baru menjadi Zahra yang baru dengan kehidupan barunya dan berharap segala masa lalu yang sebenarnya tak ingin dia lupakan namun kini dia harus bertemu lagi dengan 2 orang penting dalam masa lalunya Iel dan Ify.
“Arviaaaa….” kata Riko membuka pintu kamar Zahra perlahan.
“Riko???” kata Zahra seakan menacari sumber sura itu berasal karena kini hanya dengan mendengar dia bisa berkomunikasi tanpa melihat.
“Arviaaaa… aku udah tahu semua yang terjadi.” Kata Riko.
“Jadi kamu udah tahu…” kata Zahra.
“Iya… Arviaaa… kamu gak boleh kayak gitu. Mereka gak salah apa-apa kan sama kamu… kenapa kamu tiba-tiba ninggalin mereka kayak gitu dan bilang kalau kamu udah meninggal.” Kata Riko.
“Aku lakuin itu semua untuk mereka Ko…” kata Zahra.
“Aku tahu kalau kamu lakuin ini buat mereka tapi bukan kayak gini caranya. Kamu salah. Dengan kamu ngelakuin kayak gini kamu itu sama aja bohongin diri kamu dan orang lain.” Kata Riko.
“Aku gak berniat buat bohongin mereka, aku Cuma gak mau menjadi penghalang takdir mereka dan aku udah banyak banget ngerepotin Ify. Kamu tahu kan sekarang aku bisa hidup karena salah satu ginjal Ify di sini.” Kata Zahra menunjuk bagian ginjalnya.
“Kamu salah kalau kamu berbicara takdir. Semua kejadian itu gak berarti apa-apa buat menentukan takdir. Takdir itu hanya bisa di tentukan oleh Tuhan.” Kata Riko.
“Aku tahu Ko… tapiii… entah mengapa aku ngerasa kalau aku harus ninggalin Iel demi kebahagian kami semua.” Kata Zahra mulai menitikan air mata.
“Arvia maafin aku, aku gak bermasud untuk buat kamu nangis…” kata Riko menenangkan Zahra.
“Riko aku bingung banget sama apa yang harus aku lakuin.” Kata Zahra menyandarkan kepalanya ke pundak Riko.
“Arvia… sekarang aku mau tanya ke kamu deh. Kamu itu masih sayang gak ke Iel?” Tanya Riko yang kini memegang pudak Zahra.
“Jujur aku sekarang menganggap Iel hanya sebagai sahabat aku. Aku merasa rasa yang dulu cinta kini menjadi biasa saja.” Kata Zahra.
“Yaudah kalau kamu ngerasa udah gak cinta sama Iel. untuk apa kamu menghindar??” kata Riko.
“Ya aku gak tahu juga tiba-tiba aku ngerasa gak bisa ketemu mereka. Terus sekarang aku harus gimana lagi?” tanya Zahra menangis.
“Kalau menurut aku lebih baik kamu temui aja mereka dan minta maaf ke mereka karena kamu udah bohongin mereka.” Kata Riko member saran.
“Apa mereka akan maafin aku????” tanya Zahra.
“Aku yakin mereka akan maafin kamu bahkan mereka itu sebenernya sayang sama kamu, makannya mereka rela untuk mencari kamu sampai sini.” Kata Riko.
“Aku yakin Ko???” tanya Zahra lagi.
“Ya aku yakin. Kamu percaya aja sama aku.” Kata Riko.
“Makasih Ko, semenjak kamu datang ke sini aku jadi merasa lebih bahagia.” Kara Zahra memeluk Riko.
“Aku juga merasa lebih bahagia saat ketemu kamu.” Kata Riko membalas pelukan Zahra.
***
Akhirnya Zahra memutuskan untuk mau bertemu dengan Iel dan Ify. Sejak tadi Iel dan Ify sudah menunggu di depan rumah dengan kuatir. Ify masih saja menangis dan Iel hanya bisa menenangkan Ify dan meminjamkan bahunya untuk Ify. Saat Ify sedang menangis di bahu Iel, Zahra datang di tuntun oleh Riko.
“Iel, Ify…” kata Zahra yang datang di tuntun oleh Riko.
“Zahra…” kata Ify langsung beranjak dari Iel dan memeluk Zahra.
“Ifyyy… maafin aku yaaa…” kata Zahra dalam pelukan Ify.
“Harusnya aku yang minta maaf ke kamu…” kata Ify menangis.
“Kamu gak perlu minta maaf ke aku Fy… kamu gak salah. Aku yang salah. Gak seharusnya aku ninggalin kalian kayak gini.” Kata Zahra.
“kamu gak salah aku yang salah. Seandainnya ku gak pernah bilang masalah foto Iel dan aku bisa ngelarang kamu untuk donorin mata kamu. Kamu gak akan pernah pergi dari kita.” Kata Ify menangis.
“Ify … aku lakuin ini karena ku mau balas budi ke kamu. Karena ginjal ini aku bisa hidup sampai sekarang dan apa salah kalau aku donorin mata ini ke kamu. Toh aku masih tetep bisa hidup kan…” kata Zahra yang menangis.
“Tapi Zahra… gak seharusnya kamu berkorban kayak gini.” Kata Ify makin menangis.
“Aku bukan berkorban tapi aku lakuin yang seharusnya aku lakuin.” Kata Zahra.
“Tapii Zahra…” kata Ify.
“Sudahlah Fy tohh semua ini adil buat kita, kamu donorin ginjal buat aku dan aku donorin mata buat kamu, dan karena aku donorin mata ini aku jadi mendapatkan hidup yang lebih baik.” Kata Zahra.
“Zahra…” kata Ify memeluk Zahra erat.
“Zahra…” panggil Iel.
“Iel…” jawab Zahra yang mencari sumber suara.
“Zahra…. Kenapa kamu tinggalin aku??? Aku sayang banget sama kamu…” kata Iel yang ternyata mencoba menahan air mata dan mendekat pada Zahra.
“Iel, maafin aku… jujur waktu awal aku ninggalin kamu aku menyesal dan aku sangat rindu sama kamu, tapi jujur aku sekarang gak menyesal karena aku sempat meninggalkan kalian karena sekarang setelah aku pergi kalian menjadi saling mengenal kan??? Dan aku senang kamu sama Ify bisa saling mengenal.” Kata Zahra menitikan air mata.
“Zahra… kamu jangan nagis.” Kata Iel menyeka air mata Zahra.
“Aku menangis karena aku senang dan aku bahagia ngelihat kalian berdua walaupun aku gak bisa lihat kalian secara nyata, tapi aku bisa ngerasain semua ini.” kata Zahra menangis sambil mencoba tertawa.
“Zahra… maafin aku, kalau aku pernah buat kamu sedih.” Kata Iel.
“Kamu gak pernah sekalipun buat aku sedih…” katab Zahra.
“Kalau gitu kembali lah… kita semua rindu sama kamu… kita mau kamu berkumpul lagi sama kita. Termasuk aku.” Kata Iel.
“Maaf Yel… sekarang inilah kehidupan aku yang baru. Aku gak mau pergi dari sini. Aku bahagia di sini. Dan maaf kalau mungkin sekarang aku udah gak ada rasa sama kamu Iel…” kata Zahra.
“Apa maksud kamu??” kata Iel gak percaya.
“Iya… sekarang aku Cuma anggap kamu sebagai sahabat aku…” kata Zahra.
“Tapi zah…” kata Iel.
“Iel… kalau kamu masih sayang sama aku… kamu pulang dan kamu buka lembaran hidup baru kamu tanpa aku… ajaklah Ify dalam lembaran baru itu. Demi aku..” kata Zahra.
“Tapi Zah…” kata Iel.
“Please aku mohon…” kata Zahra.
“Oke kalau kamu emang maunya gitu… tapi aku mohon jangan lupakan aku dan tetap simpan aku di hati kamu yang paling istimewa, karena ku juga akan tetap menyimpan kamu di hati aku yang paling istimewa.” Kata Iel.
“Pasti Iel… itu pasti.” Kata Zahra.
“Zahra…” kata Ify yang juga memeluk Zahra. Iel, Ify dan Zahra saling berpelukan dan Riko yang berada di sisi yang lainya merasa senang.
Akhirnya Iel dan Ify kembali ke Jogja dengan rasa tenang karena dapat bertemu dengan Zahra walaupun di hati Iel sangat kecewa karena Zahra sudah tidak mencintainya lagi.
Sepanjang perjalana dari Semarang ke Jogja Iel Nampak murung dan sedih, meliha itu Ify bertanya pada Iel.
“Iel, loe kenapa kok elo kelihatan murung… harusnya loe kan seneg karena kita bisa ketemu lagi sama Zahra yang sama-sama kita sayang.” Kata Iel.
“Gue kecewa banget Fy sama Zahra…. Setelah sekian lama dia ninggalin gue, ternyata dia udah gak cinta lagi sama gue…” kata Iel.
“Iel… loe tenang aja yaaa… gue yakin ini udah yang terbaik buat elo…” kata Ify memegang tangan Iel tanpa sadar.
“Ify… makasih banget yaaa… loe ada di samping gue sekarang, gue udah cukup seneng walaupun gue yakin Zahra gak akan kayak gitu ke gue.” Kata Iel tersenyum.
“Iya sama-sama Iel…” kata Ify malu-malu.
Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka. 3 jam berlalu akhirnya mereka sampai juga di Jogja.
***
RUMAH IFY
“makasih ya Iel loe dah anteri gue pulang, loe juga udah mau bantuin gue untuk nemuin Zahra” kata Ify saat Iel menghantarkan dia pulang.
“Harusnya gue yang makasih ke elo karena loe udah mau bantuin gue untuk nemuin zahra.” Kata Iel.
“Pokoknya kita itu udah saling membantu lah Iel.. hehehehehe…” kata Ify tertawa kecil.
“hehehehe… iya.. kita sama-sama saling membantu.” Balas Iel yang juga tertawa kecil.
“Yaudah kalau gitu gue masuk dulu yaaa..” kata Ify meninggalkan Iel dan berjalam menuju rumah.
“Ifyy… tunggu…” tahan Iel.
“Iya Iel…” kata Ify menghentikan langkahnya.
“Good night…” kata Iel sambil tersenyum sambil melambaikan tangannya malu-malu.
“Good night too…” balas Ify yang juga Nampak malu-malu.
Ify pun masuk ke rumah dan menuju kamarnya. Ify Nampak bahagia sekali.
“Astaga… ternyata Iel baik banget dehhh…” kata Ify tersenyum terpesona.
“Zahra beruntung pernah menjadi yang terbaik di hati Iel. tapii kenapa Zahra rela meninggalkan Iel Cuma gara-gara foto….????” Kata Ify sendiri.
“Tapi kok gua sama Iel bisa sama-sama nanyain foto masing-masing yaaaaa…. Apa ini namanya cinta sejati??? Tapi kannnn……. Ash gak tahu juga lahhh…. Lebih baik gue ikutin alur kehidupan ini seperti air mengalir aja deh…” kata Ify pasrah.
RUMAH IEL (KAMAR IEL)
Iel udah nyampek rumah setelah nganterin Ify balik. Iel langsung menuju kamarnya. Dengan langkah lunglai Iel memasuki kamar dan duduk di samping kasur sambil melihat fotonya bersama Zahra dan menangisinya.
“Zahra… kenapa loe tega sama gue… gue udah sekian lama nungguin loe sampek loe balik. Tapi kenapa sekarang loe tega bilang ke gue kalau loe udah gak sayang lagi sama gue.” Kata Iel sambil menitikan air mata.
“Zahra apa gue salah menanyakan masalah Ify? Zahra kalau itu memang yang kamu mau aku akan lakuin itu Zahra…” kata Iel mantap.
***
KELAS IFY X.4
“Ifyyyyyy….!!!!” Teriak Zevana yang melihat Ify dari jauh menuju kelas.
“Napa loe Zev????” tanya Ify santai banget.
“Napa loe bilang…. Gilak loe… loe tu udah gak masuk 2 hari tauk… loe kemana aja sih???? Ihhhh…. Gue jadi duduk sendiri tauk…” omel Zeva.
“Owhh masalah itu… kalau masalah itu sih…. Gue 2 hari kemaren ada urusan ke luar kota.” Jelas Ify santai.
“Owhhh gitu ya…. Yaudah dehhh….” Kata Zeva langsung tenang. Hlohh aneh banget sih si Zeva --“ ….
KELAS IEL X.2
“GABRIEL STEVEN DAMANIKKK!!!!!!!!!” teriak Rio yang histeris melihat Iel.
“Si Rio ngapain sihhh…. Malu-maluin banget.” Batin Iel yang bingung melihat tingkah Rio, sambil berjalan menuju mejanya.
“Iel……………..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” kata Rio mandatangi Iel.
“Lo napa sihh Yooo ? kesambet setan mana loe Yo??” tanya Iel kebingungan.
“Iel… loe gilak apa.!! Loe lupa ya lusa lalu harusnya kita itu penilaian dan kemarin harusnya kita juga latihan drama…. Lah elo kemana coba 2 hari ini????? Gilak loe Iel…. hari ini kita penilaian drama tapi loe belum pernah latihan ma kita kan.” Omel Rio abis-abisan.
“Ckckckckck… udah loe nyantai aja kalik… gue bisa kok ngapalin nsakah drama sekarang.” Kata Iel santai dan mengambil naskah drama yang ada di meja Rio lalu membacanya dengan serius sampek mukanya ketutupan naskah drama itu sedangkan Rio yang daritadi udah ngomel-ngomel Cuma bisa cengo mampus sama sikap Iel yang nyantai abis.
“SEMUANYAAAAAAA MINTA PERHATIANNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak ketua kelas X.2
“Astaga tu ketua kelas kebiasaan dehhh kalau teriak mesti kenceng banget.” Kata Cakka pada The Jomblo lainnya.
“Udah jadi tabiatnya gitu kalii…” kata Alvin nyante.
“Iya thu siapa sihh yang milih sii Sion jadi ketua kelas.” Sambung Ray.
“Bukannya elo ya yg nyaranin kt untk milih dia.” Kata Deva.
“OOO iyaaa… gue lupa… hehehehehhe….” Kata Ray O.on.
“GUE PUNYA PENGUMUMAN. MULAI HARI INI TEMPAT DUDUKNYA DI ACAK KARENA SELAMA INI KALIN ITU UDAH RIBUT TERUS. JADI GUE SAMA WALI KELAS UDAH MUTUSIN KALAU TEMPAT DUDUKNYA MAU DIACAK!!!!...” teriak Sion dengan semangat 45.
“Lohhh kok tiba-tiba di acak kayak gitu sihhhhhhh…… kita gak setuju.” Protes Agni.
“Udah kalian gak usah protes ini udah menjadi keputusan ku sama wali kelas.
“Dasar gak adil loe….” Kata Agni jengkel.
“udah Ag… sabarrr…” kata Oik menenagkan.
“Yaudah sekarang gue bacain denah yang baru…
Iel-Angel
Alvin-Via
Cakka-Agni
Ray-Oik
Rio-Rizky
Deva-Olivia
Ozy-Goldi
Dst….
“Loh kok gue jauh sama Ozy sihh…” protes Oik.
“Gue bilang kan gak usah pada protes napa sihhh..” kata Sion.
“Arghhh nyebelin banget sihh loeee…” kata Oik marah-marah.
“Udah iK… katanya kita harus sabar.” Kata Agni meledek dan membalas.
“Ahh loe mah Ag ngeledek…” kata Oik.
Satu kelas pasrah aja sama keputusan Sion. Mereka semuapun bergegas memindahkan tas mereka.
“Hmmm… lagi-lagi gue sama Alvin lagi… astaga…. Ada apa ini…. mesti dehhh gue itu sama Alvin lagi… ckckckckckckck….” Kata Via sambil memindahkan tasnya di meja barunya bersama Alvin.
“Heh! Nape loe gak suka duduk samping gue…” kata Alvin menyenggol Via dan meletakkan tasnya.
“Aduhhh sakit Vinnn…. Kagak kok… gue gak bilang kayak gitu…” kata Via juga meletakkan tasnya.
“Udah duduk gihhh… gurunya udah dateng…” kata Alvin.
“Iya-iya.” Kata Via memanyunkan mulutnya dan duduk di samping Alvin.
Bu Uchi sudah masuk untuk memulai pelajaran bologi. Nah gimana nie dengan formasi duduk mereka???? Selama pelajaran bakalan rame gak??? Lihat yukkk….
“Aish pelajarannya ngebosenin banget sihhh… huft…” kata Via bosan dan menyangah dagunya dengan kedua tangannya.
“Ssssttttt… diem loe..” bentak Alvin yang serius banget merhatiin pelajaran.
(via ngelihatin muka Alvin yang lagi serius deket banget dengan muka yang meras aneh) “elo Alvin kan????” tanya Ify bingung sambil ngelihat muka Alvin yang serius ma pelajaran.
“Astaga… loe apa-apaan sihhh liat gue deket-deket… kayak mau nyosor aja loe…” kata Alvin keget.
“Alvin Via… kalian kenapa??” tanya Bu Uchi yang menyadari kekegetan Alvin.
“E…enggak papa kok buk…” kata Alvin.
“Bagus lah kalau gitu…” kata Bu Uchi mulai menjelaskan pelajaran lagi.
“Heh… gara-gara loe nie gue jadi di marahin sama bu Uchi…!” protes Alvin.
“Ya habisnya loe aneh banget sihhh…” kata Via.
“Aneh??? Aneh apa coba…. Elo kalik yang aneh…” kata Alvin.
“Yaaa habisnya loe serius banget. Kan biasanya loe itu sok cool… gak ada tampang serius dalam pelajaran gitu.” Cela Via.
“Sialan ya loe… loe pikir gue gak bisa serius apa…” kata Alvin dengan nada pelan karena takut di marahin Bu Uchi lagi.
“Ya map gue kan gak tahu… tp btw loe kok serius banget sihhh di pelajaran yang menyangkut IPA???” tanya Via juga dengan bisik-bisik.
“Yaiyalah gue kan mau jadi anak IPA…. Gimana sihhh loe…” jawab Alvin.
“Ouwwwwhhh niat amet sihhh loe…” kata Via.
“Yaiyalahhhh kalau sampai gue gak masuk IPA, ortu gue bisa marah-marah taukkk… dalam keluarga gue gak ada sejarahnya masuk IPS semuanya pada masuk IPA.” Kata Alvin.
“Aduhhh Apinnnn IPA atau IPS sama aja kaliiikkk…” kata Via.
“Ya mau gimana lagi, gue juga gak mau kalau sampai masuk IPS, bisa pecah palak gue kalau harus ngapalin sejarah-sejarah….” Kata Alvin malah kebawa obrolan sama Via.
“Ahhh IPA kan juga pusing sama rumus-rumus Apinnnn…” kata Via.
“Ya tapi kan lebih seru aja kalau ngitung-ngitung… rasanya thu kayak punya tantangan untuk mecahin rumus itu.” Kata Alvin.
“Aduhhh Apinnn leblay banget sihhh loe…” kata Via.
“Biarinnn…. Lah emang loe mau masuk apa sihh??” tanya Alvin.
“Kalau gue sihh terserah aja… gue itu mencoba untuk bisa semuanya … jadi ntar tinggal pilih yang cocok. Gitu Apinnnnnn…” Jawab Via sambil menyenggol Alvin dengan sengaja.
“Ihhh loe thu napa sihhh dari tadi panggil gue Apinnn muluk…. Nama gue itu Alvin….. bukan Apinnn..” protes Alvin.
“Hihihi… biarin donk… abis kebagusan kalau loe gue panggil Alvin…” cela Via.
“Ihhh…. Enak aja loe panggil gue Apinnn… loe pikir gue sodaranya Upin Ipin apa???? Upin-Ipin-Apin! Enak aja…..!!” kata Alvin.
“hihihihi… bagus thu Pinnn…. Betul-betul-betul…” kata Via menahan tawa.
“Terserah loe dehhh Vii… manut gue…” kata Alvin pasrah.
“hihihihi… Apin.Apinnn… hihihihi..” kata Via mengacak rambut Alvin.
“Via!!!!” kata Alvin sedikit teriak karena gak terima rambutnya di acak-acak.
“Alvin! Via!” kata Bu Uchi yang marah karena Via dan Alvin ribut sendiri.
“I.i.iya bukkk…” kata Via dan Alvin ketakutan.
“Kalian itu yaaa dari tadi ibu perhatiin ngobrol aja bisanya…” kata Bu Uchi marah-marah.
“Tapi bukk… kitaaa…” kata Alvin mencoba menjelaskan.
“udah gak usah banyak alasan, sekarang kalian ibu hukum. Kalian keluar dari kelas dan kalian boleh masuk kalau jam pelajaran ibu selesai.” Kata Bu Uchi tegas.
“Taaapiii bukkk…” kata Via juga mencoba menjelaskan.
“Udah jangan banyak alasan lagi…” kata BU Uchi..
“Iyaaa bukk..” kata Alvin dan Via pasrah.
Terpaksa Alvin dan Via harus keluar dari pelajaran.
“Hu.uhh…. ini semua karena loe tahu gak sihh Vii…” protes Alvin sambil duduk di bangku depan kelas.
“Hloh kok gara-gara gue…? Enak aja loe asal nyalahin gue.” Protes Via balik.
“Ya kalau aja loe gak ajak gue ngomong kan kita gak akan di hukum begok loe…” kata Alvin.
“Ya elonya juga ngapain nanggepin gue… katanya mau serius.” Kata Via membalik perkataan Alvin.
“Iya juga sihhhh… tapi kannnn…” kata Alvin kemakan omongannnya sendiri.
“Yaudah berarti salah kita kan bukan salah gue atau loe…” kata Via.
“Hemmm…” kata Alvin mulai sok cool.
Mereka sempat berdiam selama 3 menit.
“Huft @.... bosen banget gue…” kata Via menyanggah dagunya dengan kedua tangannya.
“Loe pikir gue kagak apa.” Kata Alvin cool.
“Kita mau ngapain nie…?” tanya Via.
“Tauk.” Kata Alvin singkat.
“Cepzzz… loe thu datar banget sihhh ngomongnya…” kata Via memanyunkan mulutnya.
“Ya mana gue tahu kita mau ke mana.” Jawab Alvin cool.
“Hu.uh…. Apinnn gitu banget sihhh..” kata Via memanyunkan mulutnya.
“Hmmmmmmmmm…. Gue tahuuu…. Sekarang loe ikut gue dehhh…” kata Alvin langsung menarik Via.
“E.eehhh kita mau kemana??” tanya Via saat di tarik oleh Alvin.
“Udah loe ikut gue aja…. Yang jelas kita bakalan ke tempat yang keren banget.” Kata Alvin.
Mereka berdua secara diem-diem keluar sekolah menuju tempat yang di maksud Alvin, tempat itu ada di deket sekolah… untung aja gak ketawan sama Supri si satpam sekolah.
“Apinnn… kita di mana ini???” tanya Via bingung.
“Kita di rumah tua…” kata Alvin misterius sambil menunjuk rumah tua yang dimaksud.
Memang akhir-akhir ini terdengar kabar kalau sering kali dari rumah tua itu terdengar suara aneh dan tawa yang aneh, hal itu merupakan misteri rumah tua yang belum terpecahkan karena belum ada orang yang berani masuk rumah itu.
“Hah!!!??? Rumah Tua???? Ahhh gue gak mau ahhh…. Gue takut ahhh…” kata Via ketakutan dan mencoba kabur.
“E.ehhh loe mau kemana??? Jangan takut kan ada gue.” Kata Alvin memegang tangan Via.
“Tapiii Pinnn… gue beneran takut… gue itu penakut tauk gak…” kata Via.
“Udahhh loe tenang aja… katanya bosen tadi… sekarang loe ikut gue deh…” kata Alvin menarik Via memasuki rumah tua.
CIIIITTTTTT… (Alvin membuka pintu rumah yang sudah lama di tinghalkan oleh pemiliknya)
“Aduhhh Apinn… gue takut banget niee…. Kita balik aja dehhh Pinnn… Ayukkkk…” kata Via mencoba kabur lagi.
“E.eh… udah loe ikut aja… tenang aja dehhh kan ada gue Vii…” kata Alvin menggandeng Via.
“Tapii Pinn… gue takut banget nieeee….” Kata Via ketakutan.
“Udahlahh… mendingan kita masuk sekarang.” Ajak Alvin memasuki rumah itu bersama Via.
JEGLEK… (tiba-tiba pintu rumah itu menutup sendiri)
“HUWAAAAA!!!!!” kata Via kaget dan langsung memeluk Alvin.
“Via…?? Eloooo…” kata Alvin gugup di peluk Via.
“Ehhh.. maaf Vinn… gue gak sengaja… abisnya loe sihhh nagjak gue ke tempat kayak ginian…” kata Via juga gugup.
“Ohh gak papa kok…. Gue udah biasa di kayak giniin... kan fans gue banyak.” Kata Alvin kepedeean untuk menutupi kegugupannya.
“Aishhh… gak banget sihhh loe…” kata Via.
“Udah yokkk kita lihat dalemnya.” Ajak Alvin menggandeng Via tiba-tiba. Via keget saat di gandeng oleh Alvin.
“Alvinnn….” Kata Via dalam hati sambil melihat pegangan Alvin yang erat seaakan Via gak boleh pergi dari tangannya.
Alvin dan Via melihat-lihat rumah tua itu. Mereka menyusuri lorong demi lorong, dan menaiki tangga. Saat Alvin dan Via menaiki tangga tiba-tiba tangga itu merapuh.
KREKKKKK…. (tangga itu merapuh dan membuat Via kaget saat menaiki tangga itu)
“Aduhhh…” kata Via kaget saat hampir terjatuh karena tangga yang rapuh.
“Viaaaa!!!!” kata Alvin buru-buru menarik Via ke dekapannya sebelum Via terjatuh. Sempat selama beberapa detik mereka Via yang berada dalam dekapan Alvin saling bertatapan wajah. Mereeka tersadar dari tatapan saat tikus yang sering bersarang di rumah-rumah tua bercicit.
CIT CIT CIT (suara tikus yang simpang siur)
“HUWAA TIKUSSS!!!” kata Alvin kaget dan langsung menarik Via menaiki tangga.
“Apinnn… loe takut ma tikus yaaaa…” tanya Via saat mereka berhasil sampai lantai dua.
“Gue itu bukan takut tapi jijik sama tikus.” Kata Alvin.
“Hahahahahaha…. Apin.apin… sama tikus aja takut….” Ejek Via.
“Aissshhh loe thu udah di tolongin juga tadi… malah nyela gue… awas yaaa loeee…” kata Alvin.
“hehehehehe… gitu aja ngambekkk…” kata Via menggoda.
“Ahhh udahh ahhh… kita masuk ruangan ini yokk…” ajak Alvin sambil menunjuk salah satu ruangan.
“Hah??? Yakin loe??? Dilihat dari luar aja… ruangannya udah nyeremin… ogah ahhh…” kata Via.
“Udahhh ikut aja…” kata Alvin langsung menarik Via memasuki ruangan itu.
CIIIITTTT…. (Alvin membuka pintu ruangan itu)
“Wahhhhh ruangannya gede banget Vinnn…” kata Via terpesona melihat ruangan yang besar banget.
“Iya Viii ruangannya gede banget…” kata Alvin yang juga terpesona.
“Tapi kok ruangan ini kelihatannya terawatt yaaa Vinn…” kata Via melihat keadaan ruangan yanh terlihat terawatt.
“Iya juga ya Vii… setahu gue rumah ini kan udah lama di tinggalin sama pemiliknya. Kok masih ada ruangan yang terawatt kayak gini sihhh…” kata Alvin juga melihat keadaan sekitar.
“Jangan… janggan… ada penunggunya lagi.. Hiyyy…” kata Via ketakutan.
“Penunggunya??? Maksud loe???” tanya Alvin bingung.
“Iyaaaa… jangan jangan ya Vinnn… yang ngerawat rumah ini,…. Hantuuu lagiiii…” kata Via ketakutan dan mencoba kabur.
“E.ehhh… tunggu dulu dehhh… gue rasa loe salah.” Kata Alvin yang tertarik dengan satu barang yang membuatnya yakin bahwa ada orang yang tinggal di rumah itu.
“Apa lagi sihh Vinn… kan udah jelas kalau rumah ini ada hantunyaaa…. Loe mau ngapain lagiii…” kata Via masih ketakutannn.
“Sini dulu Vii… lihat itu.” Kata Alvin menunjuk barang yang dimaksud.
“Apaaaaa????? Gak mungkin…” kata Via kaget melihat barang yang dimaksud.
“Via kita harus segera keluar dari sini….!!!!!” Kata Alvin langsung menarik Via dan segera berlari keluar dari rumah tua itu. Via dan Alvin terus berlari dan berlari sampai gereja deket sekolah.
“HoshHoshHosh…” kata Via terengah-engah.
“HoshHoshHosh…” kata Alvin juga terengah-engah juga.
“Vinn… loe kenapa sihhh kok tiba-tiba narik gue trus ngajak gue lari. Bukannya tadi loe ya yang ajak gue ke situ yaaa???” tanya Via dengan nafas terengah-engah.
“Tempat itu ggak ama Vii.. kita harus segera keluar, kalau gak kita bisa masuk dalam bahaya.” Jawab Alvin sambil terengah-engah.
“Maksud loe benda tadi.” Tanya Via mengatur nafas.
“Iyaaa…” kata Alvin juga mengatur nafas.
“Gue juga ngerasa curiga sama benda itu.” Kata Via.
“Kita harus lakuin sesuatu.” Kata Alvin.
“Sesuatu???? Apa????” tanya Via.
“Mendingan kita omongin ke temen-temen dulu. Aja. Ayokkk…” kata Alvin mengajak Via masuk sekolah.
Alvin dan Via berlari memasuki sekolah.
“Ehkem…” cegat kepsek yang super galak.
“Keeekkkeeekkkeeekkkeepppaaapppaaalllllaaaa seeeseesseekokokolalalahhh….” Kata Alvin gagap.
“Hah?? Kekekepala sesesekokolalah…” kata Via yang gak kalah gagapnya.
“Kaliannn membolos sekolah yaaa…” kata kepsek menjewer Via dan Alvin.
“Eeenggak kok pak.” Kata Alvin ngeles.
“Enggak gimana?! Orang jelas-jelas kalian itu membolos kok! Dan sekarang kalian itu udah ketawa. Mau jadi apa kalian ini.!” omel kepsek.
“Aduhhh pakk… jangan jewer-jewer donk…. Sakit nie pakkk…” kata Via kesakitan.
“Ya kalau kalian gak mau saya jewer kenapa kalian membolos.??? Dasar anak nakal.!!!” Omel kepsek.
“Maaf dehh pakk… tadi kita ada urusan.” Kata Alvin.
“Urusan-urusan…. Di sekolah ini segala urusan dilakukan di dalam sekolah! Bukan luar sekolah! Paham!!!!” omel Kepsek.
“Tapiii kan pakkk….” Kata Via.
“Gak pakek tapi-tapi. Sekarang kalian saya hukum. Lari muter lapangan 6 kali, push up 25 kali, skotjam 20 kali dan jalan jongkok 25 langkah.” Perintah kepasek.
“APA PAKKK?????!!!! Sebanyak itu????????!!!!!!” protes Via.
“Udah jangan banyak omong sekarang kalian laksanakan hukuman kalian saya akan tungguin kalian.” Kata kepsek tegas gilak.
“Iya pakkk…” kata Via dan Alvin beberengan dengan pasrah.
Via dan Alvin pun melaksanakan hukuman dari kepsek.
***
KRINGGGG (bel istirahat berbunyi)
“Alvin mana sihhh??? Kok sampek pelajaran bahasa Indonesia selesai dia gak nongol-nongol padahal kan pelajaran bahasa Indonesia kan abis pelajaran Biologi selesai. Katanya Alvin mau lihat dramanya Iel ma Rio?? Jangan-jangan dia cabut lagi.” Kata Cakka saat sedang duduk-duduk di bangku depan kelas bersama The Jomblo lainnya.
“Iya… Via juga gak ada loh… dia kan tadi di hukum bareng sama Alvin.” Timbrung Agni.
“Oiya si Alvin ma si Via ya tadi….” Kata Deva.
“Wahhh jangan-jangan mereka cabut keluar sekolah terus ke rumah tua yang akhir-akhir ini jadi misteri satu sekolah lagi.” Kata Ray ngasal.
“Hus… ngacok loe Ray… mana mungkin Via mau di ajak ke sana. Via kan penakut banget.” Kata Oik ikut nimbrung juga.
“Yeee itu kan Cuma jangan-jangan. Jadinya belum tentu bener apa gak. Gimana sihhh loe…” kata Ray.
“E.eh… lihat dehhh.. Itu kan Alvin ma Via lagi di hukum sama kepsek.” Kata Iel menunjuk kea rah Via dan Alvin.
“Eh Iya… itukan mereka.” Kata Rio.
“Ayok kita susul mereka aja.” Ajak Cakka.
The Jomblo, Oik, Ozy dan Agni berlari menuju lapangan tempat Alvin dan Via di hukum.
“Buset kasihan amet sihh mereka dihukum sampek segitunya.” Kata Ozy.
“Tu kan mereka beneran abis cabut. Pantesan di hukum sama kepek.” Kata Cakka.
“Mereka sihhh cabut gak ajak-ajak kita makannya ketawan. Payah ahh…” kata Ray ngacok lagi.
“Lahh emang kalau mereka ngajak kita, mereka gak akan ketawan.?” Tanya Rio.
“Hmmm Yaaa ketewan juga sihhh… namanya juga cabut…” kata Ray ngacok banget.
“Ahh udah jangan dengerin Ray … dia itu ngacoknya setengah mampus.” Kata Iel.
Mereka hanya bisa melihat Alvin dan Via di hukum. Saat hukuman Alvin dan Via selesai. Alvin dan Via langsung menghampiri mereka.
“Vin… ngapain loe kok bisa sampek di hukum ma kepsek???” tanya Iel saat Alvin menghampirinya dan yang lain.
“Tadi thu gue cabut sama si Via ke rumah tua itu.” Kata Alvin dengan nada yang capek banget.
“Hah??? Ke Rumah Tua itu????!!!!!! Yakin loe???” kata Rio gak percaya.
“Tu kannn… bener semua tebakan gue… mereka ke Rumah tua itu kannn…” kata Ray ngerasa besar kepala karena tebakan nagconya bener.
“Mank loe nebak apa Ray…” kata Alvin masih lelah.
“Udah luapain aja kata-kata Ray. Sekarang loe jelasin ke kita kok kalian bisa sampek ke situ.” Tanya Iel.
“Iya nie… Via juga kok mau aja di ajak ke sana… bukannya loe itu penkaut banget ya Vii..” kata Oik.
“Gue tadi di paksa sama si Alvin begok ini.” kata Via menoyor kepala Alvin.
“Aduhhh sakit taukk…” eluh Alvin.
“Kalian kenapa coba pakek ke rumah tua itu segala.” Tanya Cakka.
“Gue kan penasan gitu. Dan kalian tahu gak waktu gue ke sana sama si Via… kita berdua nemuin ruangan yang kelihatan terawatt dan parahnya lagi dalam ruangan itu kita lihat benda yang buat kita kaget banget.” Jelas Alvin.
“Benda apa Vin???” tanya Deva.
“Tas dan itu isinya narkoba semua.” Kata Alvin.
“Hah??? Narkoba??!!!” kata Ray histeris.
“Shutttt…. Diem loe…. Jangan sampek kepsek tau… gue gak mau masalah ini dicampuri ma kepsek. Gue mau kita yang mecahin misteri ini. siapa yang mau ikut???” kata Alvin menjulurkan telapak tangannya mengajak toss bersama.
“Hah??? Kita??? Enak aja loe asal ajak. Gue gak mau balik ke tempat aneh itu lagi.” Kata Via.
“Gue mau ikut.” Kata Iel meletakkan telapak tangannye di atas telapak tangan Alvin
“Gue juga.” Kata Deva meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan Iel
“Apalagi gue… bakalan seruu nie…” kata Ray juga melakukan hal yang sama
“Gue ikut!” kata Ozy juga melakukan hal yang sama
“Kalau Ozy ikut gue juga ikut.” Kata Oik juga melakukan hal yang sama
“Gue ikut.” Kata Rio melakukan hal yang sama.
“Gue juga dehhh…” kata cakka juga melakukan hal yang sama
“Gue harus ikut.” Kata Agni juga melakukan hal yang sama
“Loe gimana vii… mau ikut gakk??? Masak gak mau ikut… cemen banget sihhh…” kata Alvin.
“Hmmmm.. yaudahh dehhh kalau gitu… gue terpaksa ikut.” Kata Via pasrah dan meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan Agni.
“Oke kalau gitu kita akan berpetualang…” kata Alvin semangat.
“Tunggu gue ikut.” Kata seseorang yang tiba-tiba datang meletakkan tangannya di atas tangan Via.
“Ify???!!” kata Iel kaget melihat bahwa orang itu adalah Ify.
“Loe yakin Fy mau ikut??” tanya Alvin meyakinkan.
“Iya! Gue udah denger semua rencana kalian. Dan gue mau ikut.” Kata Ify mantap.
“Tapi kan Fy…” kata Iel sedikit ragu dan kuatir dengan Ify.
“Udah tenang aja. Gue yakin kok.” Kata Ify mantap.
“Hellowww…. Udah belum… tangan gue capek niee… tumpuk-tumpukan kayak gini.” Protes Ray.
“Oke!! Kalau gitu kita akan berpetualang!!!” kata Alvin mantap.
“The Adventure of The Jomblo….” Kata The Jomblo berbarengan.
“Ehh Tunggu… bukan Cuma The Jomblo… tapi kita semua…” kata Agni.
“Oke… berarti The Adventure of all!!!!..” kata mereka semua bebarengan dan ber-toss ria.
“hahahahahahahahahaha…” mereka semua tertawa.
Mereka sudah mantap untuk berpetualang memecahkan misteri rumah tua. Mereka merencanakan petualangan mereka berlangsung hari minggu.
***
HARI MINGGU KEMUDIAN….
Alvin bersiap-siap untuk pergi…
“Bikkk… Oma mana???” tanya Alvin pada bibik.
“Iya dennn… Oma lagi ke café.” Jawab bibik.
“Owww… yaudah kalau gitu, kalau nanti oma nanya Alvin ke mana bibik bilang aja kalau Alvin main ke rumah temen sampek sore.” Kata Alvin.
“Oiya Den, nanti bibik sampaikan.” Kata bik Inah.
“Yaudah bibik masak lagi aja sana.” perintah Alvin.
“Iya den.” Pamit bibik.
Alvin melanjutkan packing untuk petualangannya.
“Kak Alvin mau ke mana sihh..” tanya Acha yang tiba-tiba datang.
“Eh kamu Cha… Kakak mau pergi sama temen-temen kakak. Kita mau berpetualang.” Jawab Alvin.
“Berpetualang??!!! Ahhh… Acha ikut kak.” Pinta Acha.
“Enggak ahh…. Bahaya…” kata Alvin.
“Aaaa… kakak… Acha mau ikut. Acha pingin banget kak…” rengek Acha.
“Enggak Chaa…. Kakak gak mau nanti kamu kenapa-kenapa.” Larang Alvin.
“Aaaa… kakak… pleaseee… Acha pingin banget ikut… kak Alvin Pleaseeeee…” Rayu Acha.
“Enggak boleh Cha, nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana???” larang Alvin.
“Tapi kan ada Kakak, temen-temen kakak!... please kak… Acha mau ikut….” Pinta Acha memasang tampang memelas.
“Hussss…. Cepszzz…. Yaudah dehh kamu boleh ikut. Tapi nanti kamu jangan jauh-jauh dari kakak yaaa…” kata Alvin yang luluh juga dengan rayuan Acha.
“Yesss…. Gitu donk kak…. Oiya emank kita mau kemana???” tanya Acha.
“Ke rumah Tua deket sekolah kakak, kita mau mecahin misteri rumah tua.” Kata Alvin.
“Rumah Tua??? Wah bakalan seru donk.” Kata Acha antusias.
“Iya…. Udah sana kamu siap-siap.” Perintah Acha.
“Siap bosss…” kata Acha langsung ngacir.
Acha dan Alvin bersiap-siap. Setelah itu mereka berdua langsung pergi ke sekolah karena mereka sudah janjian dengan yang lain kumpul jam 8 pagi.
Rio sedang bersiap-siap untuk berangkat tiba-tiba ada tamu yang datang.
TING TONG…. TING TONG…
“Iya tunggu sebentar.” Sahut Rio sambil menuju pintu untuk membukakan pintu.
“Haloooo Iooooo…” sapa Shilla dengan semangat saat Rio membuka pintu.
“Ehhh elo Shill… napa ke sini. Kak Riko lagi nginep tempat temennya thu.” Kata Rio.
“Hah??? Serius loe??? Yahhh… kok gitu sihhh…” kata Shilla kecewa.
“Lohh emangnya kak Riko gak kasih tahu elo ya Shil???” tanya Rio.
“Enggak… Hu.uft @... kok riko sekarang gitu sihhh…. Jarang banget kasih tahu aku kalau gak ada di rumah.” Kata Shilla kecewa dan cemberut.
“Lah emangnya loe sama kak Riko lagi berantem ya????” tanya Rio lagi.
“Enggak tahu juga…” kata Shilla cemberut.
“Lah gimana sihh kalian… pacaran kok gak tahu berantem pa gak???” kata Rio.
“Yaudah lahh gak usah di bahas. Mungkin aja dia lupa kasih tahu gue.” Kata Shilla mencoba berfikir positif.
“May be…” kata Rio.
“Eh tunggu dehh… kok loe kayaknya mau pergi yaaa??? Mau kemana loe??” tanya Shilla mengubah topik pembicaraan.
“Ohh itu. Gue ma temen-temen gue mau berpetualang gitu…” jawab Rio.
“Berpetualang?? Berpetualang gimana???” tanya Shilla.
“Iya berpetualang. Tepatnya kita mau mecahin misteri rumah tua di deket sekolah kita itu loh.” Jawab Rio.
“Hah??? Misteri Rumah Tua itu???? Loe yakin???” Kata Shilla kaget.
“Iya lahhh…” kata Rio.
“Hmmmm… kalau gitu… gue ikut yaaa…” pinta Shilla.
“Haik??? Loe mau ikut Shill????” tanya Rio kaget.
“Ho.o…. boleh ya.boleh ya…. Pleaseeeeeeeeeeeeee…” pinta Shilla.
“Tapi… ini bahaya lohhh…” kata Rio.
“Ahhh gue gak takut. Kalian aja yang kelas X berani masak gue yang kelas XI gak berani. Boleh ya gue ikut.” Pinta Shilla memasang tampang pingin.
“Hmmmm… yaudah dehh kalau loe maunya gitu.” Kata Rio setuju.
“Oke kalau gitu… makasih ya Io…” kata Shilla mencubit pipi Rio.
“Iya iya… tapi gak usah pakek cubit pipi napa sihhh…” protes Rio.
“Iya maaf dehhh…” kata Shilla cengar-cengir.
Rio dan Shilla pun berangkat menuju sekolah sesuai perjanjian.
Oik bersiap-siap untuk berangkat, Ozy yang sudah datang sejak tadi membantu Oik bersiap-siap.
“Barangnya udah lengkap semua kan??” tanya Ozy.
“Hmmm… bentar… senter, kamera, jebakan, cemilan, paku payung, P3K…. Blablablabala….” Kata Oik menyebutkan semua perlengkapan. “Yap udah lengkap semua!” kata Oik lagi.
“Paku payung???? Buat apa.an???” tanya Ozy.
“Ya buat jaga-jaga aja… kita kan gak tahu apa yang bakalan terjadi nantinya.” Kata Oik.
“Bener juga sihhh… tanyank aku yang satu ini emang paling pinter dehhhhhhhh…” kata Ozy.
“Iya donkkkkkk… siapa dulu Oik gituuu…” kata Oik.
“Kak Oik!! Kakak mau petualangan ke Rumah Tua ya?” tanya Keke yang berlari menuju Oik.
“Iya… Loh kok kamu bisa tahu sih dek.” Tanya Oik.
“Tadi si Acha sms aku. Katanya kalian pada mau berpetualang.” Kata Keke.
“Ooo gitu yaaa…” kata Oik.
“Kak… keke Ikut donkkk…. Keke bosen nie di rumah sendiri… boleh ya kak… kan ada Acha juga kak.” Pinta Keke.
“Hmmm gimana yaaa….. kamu yakin mau ikut dek?” tanya Oik meyakinkan.
“Iyalah Acha Yakin…. Boleh ya kak…” rayu Acha.
“Gimana nie zy… Acha mau ikut.” Oik meminta pendapat pada Ozy.
“Hmmmmm yaudah… gak papa… kebetulan aku kan bawa mobil juga. Jadi dia bisa sama kita. Lagian kan ada Acha juga.” Kata Ozy.
“Hmmmm yaudah deh dek. Kamu boleh ikut. Udah gih sana kamu siap-siap.” perintah Oik.
“Okok kakak.” Kata Keke langsung bersiap-siap.
Oik, Ozy, dan Keke berangkat bersama sesuai perjanjian.
Cakka bersiap-siap untuk berangkat.
“Hmmm… semua barang udah kebawa…” kata Cakka meresletingkan tasnya.
“Hmmmm penampilan gue juga udah oke nieee…” kata Cakka berkaca sambil merapikan rambutnya.
“Oke sekarang gue mau berangkat.” Kata Cakka langsung menuju garasi.
“Loh… mobil gue mana…????? yang lain juga ga ada. Masak mobil 4 dicolong semua????” kata Cakka heran saat melihat garasi tanpa mobil yang biasanya berjejer dengan Rapi.
“Mang Ujanggggg!!!!!!...” panggil Cakka.
“Iya Den ada apa????” sahut mang ujang mendatangi Cakka.
“Ini mobil pada kemana semua????” tanya Cakka.
“Oooo itu den.. mobil jazz ungunya di bawa nyonya arisan, mobil carnifal kan di bawa tuan ke luar kota, mobil swift putih punya den Elang (kakak Cakka) kan lagi rusak terus sekarang lagi di bengkel…” kata Mang Ujang.
“Terus mobil cakka mana??? Kan kemaren udah diambil di bengkel kan???” tanya Cakka.
“Nah itu lah dennn… tadi pagi-pagi mobil den Cakka di bawa sama den Elang…” kata mang Ujang.
“APA???!!!! Kak ELANGGGGGGGGGGGGG!!!!!” kata Cakka marah.
“Sabar den… soalnya tadi katanya den Elang, den Elang lagi ada urusan yang emergency gitu den.” Kata mang Ujang.
“Cepzzz palingan juga jemput pacarnya itu.” Kata Cakka ngembek.
“Nah kalau itu saya gak tahu den.” Kata mang Ujang.
“Lah terus Cakka naik apa donk.” Tanya Cakka.
“Kan ada motor ninja punya den Elang. Aden pakek itu aja.” Kata Mang ujang.
“Hah??? Motor??? Nanti rambut Cakka rusak lagi gara-gara harus pakek helm.” Kata Cakka.
“Ya gimana lagi den. Daripada gak ada kendaraan.” Kata Mang ujang.
“cepssss… Yaudah deh mana kuncinya…” pinta Cakka dengan terpaksa. Cakka memang paling gak suka harus naik motor bukan karena gak bisa, malahan Cakka jago banget naik motor tapi Cakka itu paling males kalau naik motor harus pakek helm, karena dia takut rambutnya rusak.
“Ini den.” Kata mang ujang memberikan kunci pada Cakka. Cakkapun langsung tancap gas keluar. Baru 1 kilo naik motor tiba-tiba dia menghentikan laju motornya.
“Kenapa loe…?” kata Cakka menghentikan laju motornya, kemudian membuka helmnya dan bertanya pada seseorang yang berada di pinggir jalan.
“Cakka??????!!!!!” kata Orang itu kaget bahwa orang yang menyaapnya adalah Cakka.
“Iya ini Gue… loe kok bisa di sini sihh Ag??” tanya cakka pada orang itu yang ternyata adalah Agni.
“Cepzzz. Iya nie tiba-tiba ban motor gue bocor… gue bingung nie mau ke sekolah naik apa.” Kata Agni meratapi nasib.
“Hmmm… yaudah loe nebeng gue aja gihhh… sekalian balas budi waktu loe anterin gue pulang.” Ajak Cakka.
“Hmmm… yakin loe bisa bawa motor??” tanya Agni meragukan.
“Ya yakin lahhh… menghina ya loe…” kata Cakka.
“heheheh… enggak-enggak. Beneran nie???” kata Agni memastikan.
“Iya beneran… udah gih naik sekarang.” Ajak Cakka.
“Iya-iya….” Kata Agni menaiki motor.
Cakka dan Agni pergi bersama.
Ray, Deva, Iel, Ify sama-sama bersiap siap di rumah masing-masing.
“Bunda… ray pamit… Ray mau main sama temen-temen.” Pamit ray pada Bundanya.
“Lohh Obiet gak ikut????” tanya bunda Ray.
“Enggak lahhh…. Ngapainnn… udah yaaa Bunda… temen-temen udah pada nyampek katanya. Ray pamit ya Bunda.” Pamit Ray lagi.
“Tunggu sayang. Kamu mau naik apa??” tanya Bunda.
“Hmmmmm… naik mobil Ray.” Kata ray.
“Kamu jangan naik yang itu dulu yaaa… kamu naik mobil picanto-nya aja…. Mobil jazz kamu belum di service.” Larang bunda.
“Ooo gitu yaa bunda… yaudah dehh kalau gitu…. Kuncinya mana???” pinta Ray.
“Ini sayang…” kata Bunda Ray memberikan kunci mobil pada Ray.
“Yaudah Bunda Ray berangkat dulu ya…” pamit Ray.
Ray langusng tancao gas menuju tempat perjanjian.
Deva kebingungan cari sepatunya.
“Bibikkk…” panggil Deva.
“Iya den…” sahut Bibik menghampiri Deva.
“Sepatu Deva mana bik???” tanya Deva.
“Sepatu yang mana Den?” tanya Bibik.
“Yang warna putih itu lohh bik.” Kata Deva.
“Oooo yang putihh yaaa…. Kalau gak salah masih basah karena kemaren di cuci.” Jawab Bibik.
“Yahhh Bikkk…” kata Deva kecewa.
“Ya gimana lagi den…. Aden pakek yang lain aja.” Usul bibik.
“Yaudah deh…” kata Deva pasrah dan mengambil sepatu lain.
“Hu,uh…. Sebel banget dehhh.. sepatu itu kan sepatu keberuntungan gue sama Acha. Siapa tahu kalau gue pakek sepatu itu dengan ajaib Acha juga ikut petualangan.” Eluh Deva kecewa sambil menalikan tali sepatunya.
“Huft… yaudah dehhh belum rejeki kali yaaa….” Kata deva berjalan menuju mobil dengan langkah lunglai dan langsung berangkat menuju tempat kumpul.
Iel sedang bersiap-siap untuk berangkat. Saat dia mau berangkat dia teringan oleh Ify.
“Oiya… Si Ify nanti ke sana naik apa yaaa?????” tanya Iel sendiri.
“Kasihan dia kalau gak ada kendaraan. Hmmmm yaudah gue telepon dia aja dehh…. Kebetulan kemaren gue abis minta nomernya ke Zeva walaupun imbalannya gue harus makan di kentin berdua ma Zeva sihhh…. Tapi gak papa lahhh yang penting dapet.
TUUT TUUT TUUT TUUT… (terdengar nada sambung)
Ify: halo…
Iel: halo Ify....
Ify: Ini siapa ya????
Iel: gue Iel Fy…
Ify: hah?? Iel??? ngapain loe telepon gue??? Lagian dari man aloe tau nomer gue.
Iel: uda loe gak usah pikirin dari mana gue dapet nomer loe. Sekarang gue mau tanya loe ke sekolah naik apa nanti? (nada sok ketus gituuuu)
Ify: Yeeee elo mah…. Nah itu gue bingung masalahnya mobil pribadi gue masih rusak, dan gue gak ada yang anter.
Iel: Yaudah gue jemput loe! (nada sok cool dengan sedikit maska)
Ify: hah??? Jemput gue??? Gak usah lahhh…
Iel: udah loe diem aja gue jemput loe. (langsung menutup telepon)
“Yessss….” Kata Iel semangat dan langusng tancap gas menjemput Ify.
“Fy ayo buruan masuk.” Paksa Iel saat tiba di rumah Ify.
“Gak mauuu… maksa banget sihh loe…” protes Iel.
“Udah masuk aja… bawel loe.” Kata Iel.
“Apaan sihh loe?!” kata Ify.
“Udah lah Fy… masuk aja. Udaah ditunggu ma anak-anak nie…” kata Iel makin maksa.
“Cepzzz… nyebelin. Kalau bukan karena gue gak ada transportasi ma udah di tunggu ma anak-anak, gue gak akan mau di paska ma elo!” omel Ify sambil masuk ke mobil Iel.
“Heheheh…” Iel tertawa lirih sambil senyam senyum bahagia.
“Nape loe ketawa…!” kata Ify ketus.
“Kagak kok… sok tahu loe…” kata Iel ngeles.
Mereka berdua pun langsung tancap gas menuju tempat perjanjian.
***
Di depan sekolah baru Alvin, dan Acha.
“Duhh anak-anak mana sihhh???? Lama banget.” Eluh Alvin sambil melihat jam terus.
“Tenang aja kali kak… sabar… mungkin macet, kan Jogja uda mule macet sekarang.” Kata Acha menenagkan.
“Tapi ini udah jam 8 lebih.” Kata Alvin.
“Woi Vin…” Panggil Rio yang sudah datang bersama Shilla.
“Rio… sini…” ajak Alvin.
“Lohhh Yoo… kok ada Shilla???” tanya Alvin saat Rio sudah menghampirinya.
“Iya tadi dia mau ikut. Yaudah gue ajakin aja… biar seruuu…” kata Rio.
“Owww gitu ea…” kata Alvin.
“Lah loe kok juga bawa Acha???” tanyya Rio balik.
“Ya sama kayak loe juga.” Kata Alvin.
“Lah yang lain mana??” tanya Rio.
“Nah maka dari itu… mereka ngeret.” Kata Alvin.
“Rio! Alvin!” panggil Ozy yang datang bersama Oik dan Keke.
“Ozy.. sini..” ajak Rio.
“Lohhh nie lagi… kok bawa Keke juga.” Tanya Rio saat Ozy, Oik dan Keke mengahmpiri Alvin, Acha, dan Iel.
“Gak tahu nie sihhh Keke… tadi tiba-tiba minta ikut. Yaudah karena kasihan gue ajak aja.” Jawab Oik.
“Lah Keke tahu rencana kita dari siapa???” tanya Alvin.
“Dari aku kak.” Sambung Acha.
“Owww gitu… yaudah lah gak papa biar seru sekalian.” Kata Alvin.
“Woiii guyssss…” panggil Cakka yang datang bersama Agni.
“Cakka sini….” Kata Alvin.
“Woi Broo…” sapa Ray yang kebetulan ketemuan di parkiran mobil ma Deva.
“Deva, Ray sini…” ajak Alvin.
“Ke.ke.keke????” kata Ray yang shock banget lihat ada Keke juga.
“Loe napa Ray kok kelihatannya kaget banget lihat ada Keke di sini?” tanya Oik yang bingung lihat tingkah Ray.
“Loh kok ada Keke????” tanya Ray bingung.
“Aku kan juga mau ikut kak.” Kata Keke tersenyum.
“Tapi ini kan bahaya banget… entar kalau ada apa-apa sama kamu gimana… aku gak mau ada apa-apa sama kamu.” Kata Ray keceplosan ngomong kayak gitu ke Keke didepan temen-temennya.
“Ray… loe apa-apan sihhh… kok segitunya sama Keke??? Loe naksir Keke ya???” tanya Alvin curiga.
“Hah??? Enggak kok. Gue Cuma kuatir aja sama Keke. Dia kan masih SMP. Kalau ada apa-apa gimana???” ngeles Ray.
“Lebay banget sihh loe… tenang aja lah… gue juga ajak Acha kok. Lagian kan mereka kita yang bakalan jagain.” Kata Alvin.
“Acha???!!!” kata Deva kaget mendengar kata Acha, sejak tadi Deva belum menyadari keberadaan Acha karena Acha sejak tadi berada di belakang Alvin.
“wahhh berarti sepatu ini juga sepatu keberuntungan nieee… Yessss..” kata Deva dalam hati.
“Nahlo???? Ngapain loe kaget???” tanya Cakka nimbrung.
“Ooo kagak kok…” ngeles Deva.
“Iya nie Ray ma Deva kenapa sihhh histeris banget denger kata Acha dan Keke. Jangan-jangan kalian berempat ada apa-apa lagi.” Kata Agni curiga.
“Enggak!” jawab Keke, Ray, Acha dan Deva bebarengan.
Alvin, Rio, Shilla, Cakka, Agni, Oik dan Ozy Cuma bisa cengo setengah mati.
“Hey!!” panggil Iel yang datang bersama Ify dan memecah kecengoan Alvin, Rio, Shilla, Cakka, Agni, Oik dan Ozy.
“Kalian semua kenapa kok muka loe semua cengo banget.” Tanya Iel menghampiri mereka semua.
“Udah Lupain aja mereka.” Kata Ray mencoba mengalihkan maksud pembicaraan berikutnya.
“Oke..” kata Iel manggut-manggut gak donk.
“Aishhh… bingung gue.” Eluh Alvin.
“Yaudah dehhh kita berangkat sekarang aja….” Ajak Ray.
“Iya-iya ayoo kita berangkat sekarang.” Ajak Deva juga.
“Yaudah yokkk….” Kata mereka semua bergantian sambil melangkahkan kaki.
“Tunggu!!!!” kata Alvin menahan langkah mereka.
“Apa lagi Vin??” tanya Iel.
“Via mana????” tanya Alvin kuatir.
“Astaga!!! Iya Via mana????!!!” tanya Oik kuatir banget.
“Yaampun Via ilang…” samber Ray.
“Via mana… Via mana… Via mana…” kata mereka semua bergantian panic.
“Woi!!! Gue di sini tauk.” Kata Via yang baru datang di anterin sama papanya.
“Astaga Viaaaaa…. Kita semua kuatir banget sama loe tau gak sihhh… kalau loe telat bilang-bilang donk… buat orang kuatir aja loe…” omel Alvin yang lega Via udah nongol dan mendatanginya.
“Iya maaf dehhh…” kata Via Cuma bisa nyengir.
“Yaudah ayo kita berangkat sekarang.” Ajak Alvin tapi ternyata The Jomblo dan yang lainnya udah cengo setengah mati melihat tingkah Alvin.
“Astaga!!! Begok.” Kata Alvin menepuk keningnya sendiri.
“Ckckckckckck…” kata Via heran.
***
“Nah ini dia tempatnya.” Kata Alvin menunjukan rumah tua itu pada teman-temannya.
“Wusettt dahhh serem banget tempatnya… pantesan nie tempat jadi tempat omongan banyak orang… Hiyyy jadi ngeri gue.” Kata Ozy memandangi rumah itu.
“Iya nie… gue jadi takut.” Kata Deva.
“Ahhh payah loe semua… kayak gue nieee… liat rumah kayak gini doank maahhh…” kata Ray dengan nada sok berani. “Bakalan TAKUT SETENGAH MAMPUS.” Lanjut Ray dengan nada yang berubah penakut.
“Sarap loe..” kata Iel menoyor kepala Ray.
“Udah lahh… kita udah terlanjur sampek sini. Buat apa kita takut???? Ayo kita harus berani.” kata Agni.
“Iya kita gak usah… kita akan selalu di jaga kok.” Kata Shilla penuh misteri.
“Di jaga Shill??? Maksud loe???” tanya Rio yang berada di sebelah Shilla.
“Udah-udah. Ayo kita masuk.” Ajak Alvin melangkahkan kakinya memasuki rumah tua itu di ikuti teman-temannya. Mereka berjalan saling beriringan dan berpegangan. Karena Alvin dan Via yang sudah tahu tentang rumah tua itu mereka bersua berada di depan diikuti, Acha dan Deva, Ray dan Keke, Iel dan Ify, Cakka dan Agni, dan terakhir, Rio dan Shilla.
CIITTTTTTT (membuka pintu)
Mereka berjalan memasuki rumah tua itu.
“Duhhh Kak Ray… Keke takut banget nieeee…” kata Keke pada Ray dan menggandeng ray kenceng banget.
“Udah Kee… kamu tenang aja, aku ada di sini.” Kata Ray menenangkan.
JEGLEK…( pintu tertutup kembali)
“Huwa…!!!” cewek-cewek berteriak histeris dan memeluk sebelah masing-masing kecuali Shilla yang Nampak tenang banget.
“Udah loe tenang aja. Jangan takut.” Kata cowok-cowok memenagkan sebelahan mereka.
“Shill kok loe gak takut sihh… cewek-cewek yang lain aja pada takut loh…” kata Rio bingung.
“mank napa kalo gue gak takut. Loe kecewa ya karena gue gak peluk loe kayak cewek-cewek lain yang meluk sebelahnya???” kata Shilla menggoda Rio.
“Ya bukan gitu juga kali… gue Cuma heran aja…loe berani banget.” Kata Rio.
“Gue kan udah bilang, kita ada yang jagain.” Kata Shilla penuh misteri.
“Hah?? Aneh ahhh…” kata Rio bingung.
“Temen-temen ayo kita masuk lebih dalam.” Ajak Shilla.
Mereka berjalan perlahan memasuki rumah itu. Cewek-cewek makin ketakutan termasuk Agni juga, Cuma Shilla yang kelihatan tenang banget.
“Tunggu dehhh…” kata Alvin menghentikan langkah mereka semua.
“Apa lagi Vin?” tanya Via.
“Rumah ini kan besar… gue rasa kita pencar aja deh… masalahnya kalau kita gerombol gini. Kita bakalan gampang ketangkep sama pemilik kantong narkoba itu kalau kita ketawan. Mendingan kita mencar aja buat ngecoh pengedar, siapa tahu mereka ada banyak.” Usul Alvin.
“Hmmm gue setuju kalau gitu. Tapi kita buat cowok-cewek aja biar ceweknya ada yang jagain.” Usul Via juga.
“Boleh juga.” Kata Alvin.
“Gue sama Ify.” Kata Iel mantap dan tanpa ekspresi.
“Ihh loe apaan sihhh… asal banget.” Protes Ify pada Iel.
“Udah bawel loe…” kata Iel datar.
“Oke Iel sama Ify.” Kata Alvin menyetujuinya.
“Gue sama Oik lahhh…” kata Ozy merangkul Oik.
“Ozy-Oik.” Kata Alvin menyetujui.
“Acha sama Kak Deva aja dehhh…” kata Acha.
“Acha samaa… HaH?? Kok kamu sama Deva. Kamu sama Kakak aja sayang.” Kata Alvin gak setuju.
“Kak Alvin sama Kak Via aja. Acha maunya sama Kak Deva aja ahhh…” kata Acha mengambil kesempatan untuk mendekatkan Alvin dan Via.
“Tapii kan Cha…” kata Alvin ragu.
“Udah Vin, gak papa. Gue akan jaga Acha kok. Loe percaya kan sama gue???” kata Deva meyakinkan.
“Yaudah dehhh kalau gitu… Acha-Deva, Gue-Via.” Kata Alvin pasrah.
“Rio biar sama gue.” Kata Shilla.
“Hah??? Gue Shill???” kata Rio kaget sambil menunjuk mukanya sendiri.
“Iya… loe sama gue aja.” Kata Shilla.
“Oke Rio-Shilla.” Kata Alvin setuju.
“Kalau gitu Keke sama gue aja.” Kata Ray mengambil kesempatan untuk mendekati Keke. Kekenya sihhh seneng-seneng aja.
“Oke kalau gitu Ray-Keke.” Kata Alvin setuju.
“Berarti tinggal gue ma Cakka donk.” Kata Agni.
“Iya berarti tinggal loe berdua.” Kata Alvin.
“Udah jangan lama-lama sekarang kita mencar aja.” Kata Shilla.
“Oke… Yoshill ke sana, Rayke ke sana, Cagni ke sana, Devcha ke sana, Okzy ke sana, Fyel ke sana, dan gue sama Via ke sana.” Kata Alvin mengarahkan telunjuknya sesuai arah perpasangan.
Nah di di sini lah mereka memulai petualangan mereka dan di sini juga terungkap perasaa masing-masing dari mereka yang membuat persahabatan The Jomblo PECAH…
***

Tidak ada komentar:
Posting Komentar