Author P.O.V
Kayak yang di bilang Via kalau selama pelajaran mereka bakalan diem-dieman gak bakalan terjadi deh soalnya mereka berdua gak duduk sebelahan lagi. lah kok???!!!
Ify, Via ma Alvin masuk kelas bertiga. Sesampainya di kelas Ify langsung teriak-teriak gak jelas.
“Pageeeeeeeee!!!!!!!!!!!” teriak si Ify gajelas. Gilak kalik ya tu orang.
“Gajelas loe…” cibir Iel yang udah duduk di kursinya.
“Ihhhh apaan sih loe! Loe kalik yang gak jelas… wekkkk…” cibir Ify balik.
“Whatever…” jawab si Iel ketus. Ihh si Iel gmana sih katanya mau baikan??? Huh!
“Bodok….” Kata Ify.
“Riooo…” sapa Ify pada Rio yang duduk depan Iel.
“Apa Fy???” jawab Rio lembut.
“Ihhh apaan sih si Rio…” batin Iel jengkel.
“Yo gue duduk sebelah loe ya??? Gue males nie duduk sama orang yang gakjelas.” Kata Ify melirik sinis ke Iel.
“Hah?? Sama gue??? Tapi kan gue…” kata Rio belum selesai berbicara.
“Alah mau ya… please….” Pinta Ify.
“Ya kalau gue sih gak papa tapi Deva gimana??? Kan hari ini jatahnya gue duduk sama Deva.” kata Rio ragu.
“Deva ya??? Hmmmmmmm….. ya Deva kan bisa duduk di tempat gue yang lama.” Kata Ify.
“Nah ini Deva mendingan kita tanyain aja langsung.” Kata Ify langsung menarik Deva yang sedang berjalan menuju kursinya.
“Hah??? Gue??? Gue kenapa???” tanya Deva.
“Elo duduk sama si Iel aja ya…. Gue mau duduk sama Rio aja deh… mau ya???”
“Hah??? Loh mank kenapa??” tanya Deva.
“Udah pokoknya loe gue mau duduk sama Rio.” Kata Ify.
“Udah Dev loe duduk sama gue aja…!” kata Iel tiba-tiba bicara.
“Loh Iel kok gitu???” tanya Deva bingung dengan keputusan Iel. Deva pikir Iel gak bakalan setuju soalnya Iel kan mau PDKT.
“Uda banyak omong loe. Gue juga males duduk sama cewek freak kayak dia.” Kata Iel melirik Ify sinis.
“Loe pikir gue mau apa duduk sama cowok gajelas kayak loe.” Kata Ify gek terima.
“Dasar Freak!” balas Ify. Iel dan Ify saling bertatapan tajam seakan ada aliran listrik diantara 2 mata itu.
“Udah-udah gak usah berantem. Yaudah kalau loe mau sama gue, gue mau kok.” Kata Rio menengahi.
“Iya udah deh gue sama Iel…” kata Deva menengahi juga dan mengajak Iel ke meja Iel. sejenak pertikaian itu berhenti namun berlanjut lagi saat pelajaran Fisika yang mengharuskan berkelompok sedangkan Iel dan Ify harus berkelompok karena penentuan kelompok dengan cara penggabungan 2 meja yang depan belakang.
“Iya udah deh gue sama Iel…” kata Deva menengahi juga dan mengajak Iel ke meja Iel. sejenak pertikaian itu berhenti namun berlanjut lagi saat pelajaran Fisika yang mengharuskan berkelompok sedangkan Iel dan Ify harus berkelompok karena penentuan kelompok dengan cara penggabungan 2 meja yang depan belakang.
“Yak anak-anak sekarang kalian bergabung ke meja belakang kalian.” Perintah guru Fisika.
“Ya bukkk…” jawab anak2 serentak dan langsung memutar kursi untuk kerja kelompok.
“Ishhh gue kok sekelompok sama cowok gajelas banget sih..” protes Ify saat memutar kursinya berhadapan dengan Iel.
“Ihhh anak cewek freak di sini!” balas Iel menatap sinis Ify.
“Udah-udah kalian itu berntem muluk deh kerjaannya. Daripada kalian berantem mendingan kita kerjain aja tugasnya sekarang.” Kata Rio menengahi.
“Alahhh ka nada Deva. Dia aja yang kerjain.” Kata Iel nyate.
“Ihhh males banget sih loe…. Ketergantungan loe…” cibir Ify.
“Idihhh biarin donk… siapa loe di mat ague??? PD dasyat!” balas Iel.
“Gue??! Gue itu Ify! Nape loe…” kata Ify.
“Ishhh gak jelas…!!!!” cibir Iel.
“Yeee elo itu yang gak jelas….” Balas Ify.
“Udah-udah kalian itu berantem terus. Udah ah males gue. Mendingan kita kerjain bareng2 gak ada yang boleh saling ngendelin.” Kata Rio tegas mereka berduapun berehti berantem dan mengerjakan bersama-sama. Cakka dan Agni yang sekelompok sama Alvin dan Via bingung ngelihat tinghak Ify sama Iel. (Oiya si Ozy, Oik, Ray satu kelompok (Cuma bertiga) soalnya Ray sendiri kan Ray lagi gentian tempat duduk sama Rio soalnya kasiah Rio duduk sendiri….)
“Vin… si Iel sama Ify kenapa sih???” tanya cakka bingung.
“Iya nie kok mereka berantem muluk…” kata Agni yang juga bingung.
“Mereka lagi musuhan katanya…” jawab Alvin.
“Musuhan??? Kok bisa e??? bukannya si Iel ituuu….” Kata Cakka belum selesai ngomong.
“Shuttt…” kata Alvin memberi isyarat agar Cakka gak ngomong kalau Iel suka Ify biar si Agni sama Via gak tahu, soalnya kalau mereka tahu takutnya mereka bilang ke Ify, kan kasihan Iel.
“Upssss…. Gue lupa…” kata Cakka lirih ke Alvin.
“Mank Iel kenapa???” tanya Via penasaran.
“Iya nie emang Iel kenapa Cak???” tanya Agni penasaran.
“Eeeee… gak papa kok.” Kata Alvin ngeles.
“Hayooo kenapa???” kata Via curiga.
“Gak papa kok… beneran deh…. Suerrr….” Kata Alvin membentuk jarinya seperti tanda V.
“Cakka! Hayo loe mau bohong ya??” kata Agni mengancam.
“Hah?? Enggak kok… gue gak bohong dan gak mau bohong…. Loe percaya ya…” kata Cakka nyegir.
“Udah deh mendingan kita kerjain tugasnya yok. Daripada gak kelar.” Kata Alvin mengalihkan pembicaraan.
“Oiya… udah ahh mendingan kita kerjain aja…” kata Via melupakan masalah tadi. Semuanya pun kembali mengerjakan tugas kelompok itu.
***
Author P.O.V
Saat itu udah pulang sekolah tapi masih ada kegiatan tonti untuk MOS. Ray, Ify, Iel, Rio, Agni, Shilla harus jadi pengajar di MOS itu dan Keke mengikuti MOS. Sedangkan Alvin, Via, Cakka, Oik, Ozy pulang duluan karena ada urusan. Dan untuk Deva si Deva masih harus ikut kaderisasi untuk persiapan olimpiade Fisika.
Seperti layaknya suasana tonti MOS para kakak2 kelas marah sama adik kelas dan nyalah-nyalahin adek kelas. Ray harus rela marahin ceweknya sendiri walaupun gak tega banget.
“SIKAPNYA DEK!!!!”
“GAK SENYAM-SENYUM”
“GAK ADA YANG LUCU DEK!!!!”
“GAK TENGAK-TENGOK”
“PARADE DEK!!! PARADE!!!!!”
“GAK ADA GERAKAN LAIN!!!!!” teriakan dari para kakak-kakak kelas.
“SIAP GRAK!!!!!!” kata ray memberi komando untuk semua pleton.
“Wahhh kak ray memang keren.” Kata Keke terpesona.
“GAK ADA KOMENTAR DEK!!!” kata kakak kelas lainya yang kebetulan mendengar suara Keke.
“BALIK KANAN GRAK!!!!!” komando Ray.
“HADAP KIRI GRAK!!!!” komando Ray.
Ternyata dari jauh ada sosok asing yang melihat Ray dan terpesona dengan Ray. Sosok itu asing di sekolah kelihatannya bukan anak sekolah itu tapi baru akan menjadi murid baru. Anak itu sangat terpesona dengan ketegasan Ray. Dia terus menatap Ray kagum.
“Wahhh keren banget orang itu… tegas tapi kelihatan gokil… tipe gue banget…. Gue harus tahu siapa orang itu.” kata anak itu yang kagum dengan ray.
“HADAP KANAN GRAK!!!!” komado Ray.
“PARADE!!!!” komado ray.
Setidaknya seperti itu suasana MOS di sekolah.
Sedangkan Deva yang lagi ikut kaderisasi ngerasa bosen banget karena hari ini dia lagi gak mood…
“Hufttt bosen banget sihh…” batin Deva sambil memukul-mukul kecil kukunya ke meja.
“Seenggaknya bentar lagi kelar…” batin Deva lagi.
Sekitar 15 kemudian kaderisasi selesai. Dengan langkah yang males-malesan Deva berjalan menyusuri koridor sekolah sambil melihat MOS. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat sosok yang mengagetkan.
“ASTAGA!!!! DIA?????” kata Deva kaget melihat orang yang dia lihat namun orang itu sudah keburu pergi. Deva mencoba mengikuti orang itu.
“Gue harus ikutin orang itu. gue yakin ini nyata.” Kata Deva langsung mengikuti orang itu.
“Dia mau kemana sih??? Ini nyata kan???” batin Deva mengendap-endap mengikuti orang itu.
“Kepsek???!!! Berkas???!!! Apa hubungannya???!!! Jangan-jangan…” batin Deva curiga.
“Hah?? Mana orang itu??? kok hilang??? Itu nyata kan???” batin Deva heran dan bingung saat orang itu hilang.
“SHITT!!!! Gue gagal. Sebenernya dia siapa sih???? Dia itu kayak mustahil ada…” batin Deva.
“Deva!!!!” panggil Ray tiba-tiba dan menhampiri Deva.
“Ray??? Ngapain loe??? Loe gak jadi komandan???” tanya Deva.
“Ya jadilahhh tapi kan lagi parade.” Jawab Ray.
“Ouwwwhhh… terus???” tanya Deva.
“Gue mau minta tolong ke elo nie….” Kata Ray.
“Apa???” tanya Deva.
“Loe buatin gak buatin tugas B.Inggris gue sekalin besok loe kumpulin. Bisa gak???” pinta Ray melas.
“Tugas??? Mank loe belum ngerjain???” tanya Deva.
“Hhe… belommm…” kata Ray nyegir.
“Yeelah… kenapa loe gak ngerjain nanti.” Tanya Deva.
“Nah itu Dev masalahnya… nanti itu gue pulangnya sore banget soalnya nanti gue ada latihan drum gitu Dev… gimana loe bisa bantu gue gak???” pinta Ray tambah memelas.
“Hmmmm yaudah dehh…. Lah terus kok lo mint ague kumpulin segala sih???” tanya Deva lagi.
“Nah kalau itu kan pelajaran B.Inggris besok pagi…. Padahal besok pagi itu gue sebagai ketua tonti ada rapat sama anak OSIS.” Jelas Ray.
“Ouwhhh gitu…” kata Deva.
“Iya… loe mau kan???” tanya Ray lagi.
“Yayayayayaya…” kata Deva setuju.
“Yaudah kalau gitu gue balik ke sana dulu ya… kasihan adik-adik kelas gue suruh parade muluk.” Kata Ray ngacir ke lapangan lagi dan melanjutkan tonti.
“Yeee tu anak gaje banget dah... auk ahh mendingan gue balik aja dah…. Kerjain tugas…” kata deva langsung ngacir pergi.
***
Cakka P.O.V
“Apa mah, pah??? Secepat itu???” kata gue kaget saat tahu kalau kepindahan papa gue bakalan dilakuin lusa dan mama papa gue minta keputusan sama siapa gue akan tinggal.
“Iya Cakka papa akan segera ke Kalimantan lusa.” Kata papa gue.
“What??? Itu terlalu cepet buat Cakka pah,mah…” kata gue heran.
“Cakka… kamu itu udah dewasa dan kamu harus bisa terima ini semua.” Kata mama gue.
“Tapi mah Cakka gak bisa kasih keputusan sekarang… itu terlalu cepet mah.” Kata gue.
“Cakka bener mah…” tiba-tiba kak Elang muncul.
“Elang???” kata papa dan mama gue kaget dengan kedatangan kakak gue kerena sebelumnya kak Elang udah tinggal di kost-kostan.
“Iya mah, pah… mama sama papa gak bisa suruh cakka jawab secepet itu. mama sama papa harus kasih Cakka waktu.” Kata kak Elang.
“Kak Elang bener mah, pah… ini terlalu cepet. Pilihan antara tinggal dengan papa atau mama itu adalah pilihan yang sulit, Cakka sayang kalian semua.” Kata gue.
“Tapi Cakka, kepindahan papa gak bisa di undur lagi Cakka… kamu harus kasih pilihan, mau tetap tinggal di sini bersama mama atau ikut papa ke Kalimantan.” Kata papa gue.
“Mah, Pah… Elang minta sama mama dan papa jangan paksa Cakka untuk pilih sekarang. Itu pilihan yang sulit untuk anak seumur Cakka. Elang aja kalau di suruh milih itu sangat susah.” Kata kaka gue bagaikan dewa penolong gue.
“Oke Cakka mama sama papa akan kasih kamu waktu sampai besok malam. Besok malam kita akan makan malam bersama untuk terakhir kalianya. Mama dan papa mohon kamu bisa kasih jawaban.” Kata mama gue.
“Iya Cakka… kamu sudah dewasa… saatnya kamu memilih.” Kata papa gue.
“Yaudah Cakka sekarang mama mau pergi meeting sama klien dulu. Jaga diri kamu baik-baik.” Pesan mama dan langsung ninggalin gue sama kak Elang dan papa.
“Papa juga mau pergi dulu… papa masih banyak urusan sehubungan kepindahan papa lusa….” Pamit Papa gue ninggalin gue Cuma sama kakak gue.
Gue terduduk di sofa. Gue bingung harus gimana… ini terlaly cepat. Kak elang bener untuk anak seumuran gue, gue belum siap. gue bingung banget saat ini.
“ARGHHHHH!!!!!!!” gue teriak.
“Cak, gue ngerti loe pasti lagi bingung banget sekarang.” Kata kak Elang.
“Iya Kak….. gue bingung banget…. Kenapa semua ini harus terjadi sama keluarga kita kak??? Ini gak adil buat gue…” eluh gue ke kak Elang.
“Ini memang gak adil Cak… gue juga ngalamin ini… sampai akhirnya gue mutusin untuk hidup sendiri. Tapi apa loe tahu keputusan yang gue ambil itu juga merupakan keputusan yang berat buat gue.” Kata kak Elang.
“Tapi Kak… apa sebaiknya gue kayak loe aja. Ngekost gitu.” Kata gue.
“Jangan Cak…!!! Elo masih belum siap… gue yang udah lebih dewasa dari elo aja ngerasa gak enak ngekost, apalagi elo cak. Sebenernya gue juga gak mau ngekost tapi Cuma ini jalan satu-satunya agar gue gak di hadepin sama pilihan yang sekarang loe adepin.” Kata kak Elang.
“Tapi Kak…. Gue bener-bener bingung kak… Mama dan Papa itu 2 orang yang sangat gue sayangin…” kata gue.
“Gue juga sayang cak sama mama dan papa... tapi gimana lagi walaupun kita sayang sama mereka berdua dan kita gak mau mereka berdua pisah itu tetep gak akan ngerubah semuanya. Mereka udah bercerai dan itu udah menjadi keputusan mereka.” kata kaka gue.
“Apa yang harus gue lakuin sekarang???” tanya gue minta solusi ke kakak gue itu.
“Loe punya agama kan… Cuma satu Cak yang harus loe lakuin… berdoa sama Allah, minta petunjuk sama Allah… Cuma itu cakk…” kata kakak gue nyasih solusi terbaik. Gue natap kakak gue satu-satunya itu.
“Loe bener kak… makasih… loe memang kakak gue yang terbaik….” Kata gue natap kakak gue yang selalu bisa kasih solusi terbaik buat gue.
“Iya Cakk.. yaudah sekarang loe berdoa gih… gue mau balik aja…” kata kakak gue pamit ke gue.
“Iya Kak… sekali lagi makasih kak…” kata gue.
“Iya cak… sama-sama…” kata kakak gue langsung pergi.
Sesuai saran dari kakak Elang, gue berdoa ke Allah. Gue sholat, gue minta petunjuk.
“Ya Allah apa yang harus hamba mu ini lakukan… pilihan ini terlalu sulit untuk hambamu ini… kenapa kau hadapkan aku pada pilihan sesulit ini??? bisakah aku memilih??? Ya Allah aku tahu setiap cobaan yang Kau berikan pada hambaMu pasti juga kau kirimkan solusi terbaik atas cobaan tersebut. Kirimkanlah solusi terbaik untuk hambamu ini. jadikanlah keputusanku nanti menjadi keputusan yang terbaik. Tuntunlah keputusanku nanti Ya Allah. Amin…
Gue terus berdoa untuk mendapatkan solusi terbaik dari Allah sampai akhirnya gue dapetin jawaban terbaik yang Allah kirimkan buat gue. Dan gue harap keputusan gue nantinya menjadi yang terbaik.
***
Author P.O.V
Sabtu pagi ini Ray kelihatan keburu-buru karena dia harus rapat bersama anak-anak tonti. Ray kelihatan sibuk sendiri.
Kebingungan Ray memuncak saat dia menyadari kalau Deva belum dateng padahal tugas Ray ada di Deva.
“Mampus gue… gimana nie udah jam setengah 7 si Deva belum dateng…. Gimana nie??? Padahal gue kan harus rapat…” kata Ray ribet sendiri.
“Loe nape sih Ray???” tanya si Alvin heran sama tingkah Ray.
“Aduw vin…. Deva mana nie???? Tugas B.Inggris gue di dia…” eluh Ray.
“Lah kok bisa????” tanya Alvin.
“Kan gue minta Deva ngerjian tugas gue… soalnya kemaren gue sibuk banget.” Kata Ray.
“Yeee itu mah salah loe sendiri napa tugas loe minta di kerjain…” kata Alvin malah nyalahin Ray.
“Yaelahhh loe mah malah nyalahin gue…” kata Ray. Ray panic banget, di sela kepanikannya Shilla dateng buat manggil Ray rapat.
“Ray… buruan udah di tunggu anak-anak tuh…” kata Shilla.
“Aduhh Shill…. Tunggu napa sihh… gue lagi cemas nie…” kata Ray mondar-madir gajelas.
“Mank kenapa sih??? Mondar-mandir gajelas loe… buruan loe udah di tunggu tauk. Loe kan ketua tonti. Anak-anak OSIS udah nanyain loe tuh…” kata Shilla malah nambah Ray panic.
“Aduhhh Shill…. Iya gue tahu… tapi Deva belum dateng….” Kata Ray panic.
“Ck… terus gimana nie???” kata Shilla.
“Lo eke ruang rapat dulu aja deh… gue nyusul.” Kata Ray.
“Yaudah deh terserah loe…” kata Shilla langsung pergi. Beberapa saat kemudian Deva datang bersama Cakka dan Agni.
“Astaga Devaaaa…. Akhirnya loe dateng juga…” kata Ray kelihatan seneng dengan kedatengan Deva.
“Loe kenapa sih ray…” kata Deva heran.
“Aduhh Deva… loe bawa tugas B.Inggris gue kan Dev???” tanya ray.
“Hmmm bentar gue lihat… ketinggal gak ya???” goda Deva.
“Apa???? Aduh Dev… jangan bercanda deh…” kata Ray panic.
“Aduh Ray ketinggalan…” goda Deva menahan tawa.
“Ketinggalan??? Serius loe??? Jangan bercanda donk Dev… udah mau bel nie..” kata ray panic. Beberapa saat kemudian bel tanda masuk sekolah berbunyi.
“HAduhhh udah bel lagi… mampus gue…” kata Ray tambah panic sedangkan The Jomblo lainya Cuma cengo lihat tinggah Ray.
“Hahhahahahahahaha…” kata Deva malah ketawa.
“Kok loe malah ketawa??” kata Deva heran.
“Lah elo lucu sih… gue bawa kok… ni…” kata Deve menunjukan tugas Ray.
“Astaga Devaa!!! Sialan loe…” protes Ray.
“Ampun Boss… udah gih mendingan loe rapat sana…” kata Deva.
“Oiya gue kan ada rapat… kalau gitu gue rapat dulu ya…” kata Ray pamit.
Ray langsung ngacir pergi ke ruang OSIS. Ray berlari menyusuri koridor, di koridor udah sepi karena semua siswa udah masuk kelas semua. Saat ray lagi keburu-buru gak sengaja tabrakan sama seseorang.
BRUKKK…
“Aduhh…” eluh Ray.
“Aduhh…” eluh orang itu juga.
“Sorri-sorri gue lagi keburu-buru nie…” kata Ray menata buku-buku orang itu yang berserakan.
“Loe…” kata cewek itu lirih saat melihat wajah Ray orang yang dia kagumi.
“Ray buruan udah mau mulai nie rapatnya…” teriak Shilla dari ruang OSIS.
“Iya bentar…” kata Ray.
“Aduh sorri ya gue buru-buru nie… gue ada urusan.” Kata ray memberikan buku itu tanpa melihat wajah orang yang ditabraknya. Ray langsung ngacir menuju ruang OSIS dan masuk tanpa melihat orang yang ditabraknya.
“Jadi namanya Ray… namanya keren kayak orangnya…” kata orang itu terpesona sama Ray.
@ruang OSIS
“Aduh sorry-sorry gue telat…” kata ray saat memasuki ruang OSIS di sana udah ada banyak anak-anak OSIS.
“Astaga Ray lama banget sih loe…” protes Shilla.
“Iya sorry-sorry…” kata Ray.
“Loe dari mana sih Ray???” tanya Rio.
“Rio??? Kok loe ada di sini???” tanya Ray balik waktu lihat ada Rio.
“Gue kan juga OSIS…” kata Rio.
“Astaga gue lupa kalau loe itu OSIS sejak kelas 1 ya…” kata Ray kelihatan oon nya.
“Ya memang kan Ray… aduhhh loe gimana sih…” protes Rio.
“Yaudah lah mendingan kita mulai rapatnya…” ajak Shilla.
Rapat pun di mulai. Dalam rapat sedikit membahas mengenai anak baru.
“Anak baru??? Emang ada anak baru ya???” tanya Ray saat ketua OSIS yang gak lain adalah Shilla bilang kalau ada anak baru.
“Ada 2 malahan.” Jawab Zeze.
“Hah 2???” tanya Ray.
“Iya Ray… dan mereka itu anak kelas X. padahal MOS kita kan tinggal 4 hari lagi sedangkan yang masuk hari senin berarti kan dia Cuma kebagian 3 hari doank.” Kata Shilla.
“Lah terus yang satu???” tanya Ray.
“Kalau yang satu kelihatannya setelah MOS deh…” jawab Shilla.
“Lah terus masalahnya apa???” tanya ray tambah kelihatan Oon.
“Ya masalah lah Ray… masak dia Cuma ikut 3 hari sih kan gak adil.” Sambung Rio.
“Hmmmm kalau itu mah gampang…” kata Ray.
“Emang loe ada ide??” tanya Zeze pengurus OSIS lainya.
“Ada donk.” Kata Ray sok-sokan.
“Apa Ray???” tanya Tian pengurus lainya.
“Nanti tu anak baru khusus gue yang ngajar jadi bisa gue gembleng habis-habisan. Gue kan ketua tonti jadinya bisa lebih tegas dan galak. Jadi adil kan.” Usul Ray.
“Hmmmm… bener juga kata loe… gue setuju” kata Shilla setuju.
“Gue juga setuju.” Kata Rio setuju dan dikuti oleh anggukan dari pengurus OSIS lainya.
Rapatpun berlanjut membahas mengenai MOS-MOS akhir. Rapat berlangsung cukup lama sampai bel istirahat pertama di bunyikan.
Rapatpun selesai Ray keluar bareng Shilla dan Rio. Tapi ray pamit ke kantin dulu mau nemuin Keke, katanya sih kangen.
“Shill, Yo… gue ke kantin dulu ya mau mbojo sama my sweety…” kata Ray.
“Aduhhh nie anak pacaran muluk kerjaannya.” Kata Shilla.
“Yee biarin donk… makannya kalian berdua buruan pacaran donk…” goda Ray.
“Ihhh apaan sih loe… gajelas.” Kata Shilla salting.
“Alahhh gak usah malu-malu dehhh kalian berdua cocok kok…” goda Ray.
“Ray loe apaan sihh…” kata Rio yang juga salting.
“Udah ahh gue mau ke kantin dulu, gue gak mau jadi penghalang kalian berdua buat PDKT kok.” Kata ray langsung ngacir.
“RAY!!!” protes Shilla. Setelah Ray pergi Shilla dan Rio berjalan berdua menuju kantin. Di jalan mereka gugup sendiri.
“Jangan dengerin omongan Ray ya Shill..” kata Rio malu-malu.
“Iya… mana mungkin gue dengerin omongan orang gajelas kayak Ray.” Kata Shilla gak kalah malunya.
“Iya Ray memang gajelas.” Kata Rio.
Shilla dan Rio udah nyampek kantin mereka duduk di meja yang gak jauh dari The Jomblo yang lainya yang lagi mbojo kecuali Deva, Ify dan Iel.
“Duduk sini yok Shill..” ajak Rio.
“Iya…” kata Shilla duduk diikuti Rio.
“Namanya juga Ray pasti gak jelas. Lagian mana mungkin kita jadian kitan kan temenan.” Kata Shilla.
“Ouwh gitu ya Shill…” kata Rio kelihatan kecewa.
“I,iya Yo…” kata Shilla nyesel ngomong kayak gitu soalnya dia gak enak lihat wajah kecewa Rio.
“Yaudah lah lupain aja…” kata Rio.
“Iya lupain aja…” kata Shilla.
Sejenak mereka saling berdiam diri.
“Gimana kabar Riko??? Katanya dia pindah Semarang ya???” tanya Shilla.
“I,Iya Shill kemaren kamis dia udah ke berangkat dan senin dia udah homeschooling di Semarang.” Jelas Rio.
“Kenapa harus di Semarang sih???” tanya Shilla kelihatan kecewa dengan kepergian Riko.
“Bukannya loe udah tahu ya…” kata Rio.
“Cewek Semarang itu ya???” kata Shilla murung.
“Iya Shill… kenapa?? Loe kecewa ya Kak Riko milih cewek itu.” kata Rio.
“Hah??? Enggak kok… biasa aja… lagian gue yakin cewek itu udah yang terbaik buat Riko.” Kata Shilla mencoba tersenyum.
“Kak Riko beruntung pernah jadi istimewa di hati loe.” Kata Rio.
“Maksud loe???” tanya Shilla.
“Yaa maksud gue Kak Riko beruntung karena pernah mendapatkan cinta yang penuh dari loe.” Kata Rio.
“Loe salah Yo… cinta itu gak sepenuhnya buat Riko, bahkan mungkin buat Riko hanya sedikit cinta dari gue. Cinta utuh gue Cuma buat…” kata rio gak sanggup nyelesaiin kalimatnya.
“Kalau gue boleh tahu… buat siapa???” tanya Rio penasaran.
“E,E,E… bu,bu,buat…” kata Shilla gugup.
“Buat Siapa Shill???” tanya Rio makin penasaran.
“BUAT LOE RIOOO!!!!!” tiba-tiba Alvin, Via, Ray, Keke, Cakka, Agni, Oik, Ozy, Deva, Iel, Ify nimbrung.
“Astaga kalian tu ngagetin banget ew…” protes Rio.
“Kalian apa-apaan sih…” kata Shilla malu.
“Halah udah Shill ngaku aja kalau loe itu sayangnya Cuma sama Rio. Iya kan.” Goda Alvin.
“Ihh kalian apaan sih…” kata Shilla makin merah mukanya.
“Udah Shill ngaku aja deh, tukan muka loe tambah merah…” goda Iel.
“Iya Shill ngaku aja dehh… Hayo…” goda Ray.
“Hayo Shilla…” goda Cakka.
“Cie-cie Shilla….” Goda Deva
“Shilla lope Rio nie…” kata Ozy. Muka Shilla makin merah apalagi Rio.
“Ahhh tauk ahh kalian tu nyebelin banget… BT gue.” Kata Shilla marah karena ngerasa di permaluin, Shilla langsung ngacir ke kelasnya tanpa pamit.
“Shilla…” cegah Rio tapi percuma aja Shilla udah lari.
“Kalian apa-apaan sih… Shilla jadi marah kan… kalian tu nyebelin banget.” Omel Rio.
“Jiahhhh maaf deh brother… Just Kidding Broo…” kata Alvin merangkul Rio.
“Ahh tauk ah… kalian nyebelin…” kata Rio melepaskan rangkulan Alvin dan pergi ke kelas. Kelihatannya Rio BT banget.
“Kelihatannya kita udah keterlaluan deh… Si Rio ngambek tu…” kata Via.
“Iya kasihan si Rio…” sambung Ify merasa kasihan.
“Ihh si Ify kok perduli banget sih sama Rio…” batin Iel cemburu.
“Iya kita keterlaluan banget deh sama Kak Rio…” kata Keke.
“Rio kan jarang marah. Tapi sekarang dia marah. Berarti kita bener-bener ketelaluan…” sambung Oik.
“Kita harus minta maaf sama Rio kalau gitu…” kata Agni.
“Bener kita harus minta maaf sama rio nie…” kata Alvin.
“Yaudah sekarang kita ke tempat Rio yok…” ajak Iel. mereka semua pun menemui Rio di kelas untuk minta maaf.
@kelas X1 IA 1
“Rio…” kata Ify menyebelahi Rio yang kelihatan BT banget.
“Yo…” kata yang lain mengelilingi Rio.
“Ngapain kalian ke sini!” kata Rio ketus.
“Aduhh Yoo jangan marah donk… kita tadi Cuma bercanda kok…” kata Alvin.
“Iya Yoo… jangan marah donk. Tadi kita Cuma bercanda..” sambung Iel.
“Bercanda kalian itu gak lucu…” kata Rio masih marah.
“Yooo loe jangan kayak gitu… maksud temen-temen loe kan baik mau minta maaf ke elo…. Loe gak boleh kayak gitu.” Kata Ify.
“Tapi fy… gimana gue gak marah, loe lihat sendiri kan apa yang tadi mereka lakuin.” Kata Rio.
“Iya gue lihat kok. Bahkan gue ngaku kalau gue salah karena ikut neriakin loe… tapi kita Cuma bercanda kok Yo…” kata Ify menenangkan Rio.
“Ihh Ify kok segitunya sihh.. care banget sama Rio…” batin Iel makin cemburu.
(Rio berfikir sejenak) “Hmmm… yaudah deh gue maafin… tapi lain kali kalau kayak gini lagi gue gak akan maafin kalian.” Kata Rio memaafkan teman-temannya.
“Iya Yoo kita gak akan ngulangin deh.. sorry ya Yoo…” kata Alvin senang.
“Iya… gue juga minta maaf karena udah marah.” Kata Rio tersenyum. Merakapun saling berpelukan. Beberapa saat kemudian bel berbunyi mereka semua kembali ke tempat duduk masing-masing. Ify merasa senang dengan sikap Rio, tapi karena itu Iel merasa cemburu banget.
“Kenapa Ify begitu peduli sama Rio??? Gue gak terima itu… gue harap Rio gak akan balas cinta Ify…” batin Iel cemburu banget.
***
Author P.O.V
Sepulang sekolah Rio bertekat minta maaf ke Shilla karena keisengan temen-temennya.
“Loh Yoo loe mau kemana???” tanya Ify melihat Rio terburu-buru.
“Gue mau nemuin Shilla… gue harus minta maaf…” kata Rio terburu-buru memasukan bukunya.
“Ohh gitu ya… sukses ya Yoo…” kata Ify terlihat cemburu.
“Iya… thank you ya… gue langsung aja ya… Bye…” pamit Rio langsung meninggalkan Ify.
“I,Iya…” jawab Ify.
“Shilla beruntung…” batin Ify dengan wajah murung.
“Ify kenapa ya kok mukanya murung banget waktu Rio pergi…” batin Iel yang melihat Ify murung.
“Yaudah ahh mendingan gue ganti gaju aja buat ngajar MOS.” Batin Ify langsung pergi.
Sedangkah itu Rio sedang mencari Shilla.
“Aduhh Shilla mana ya…” batin Rio celingak-celinguk.
Rio celingak-celinguk gajelas mencari Shilla. Sampai akhirnya Rio menemukan Shilla yang lagi memasang pengumuman di papan pengumuman. Rio pun menghampiri Shilla.
“Shill…” sapa Rio, Shilla menengok ke arah datangnya suara.
“Ri,Rio…” kata Shilla gugup dan berusaha menghindar karena Shilla masih malu banget karena kejadian yang tadi.
“Loe jangan pergi… gue mau ngomong sama loe…” kata Rio mencegah Shilla.
“Ma,mau ngomong apa ya…” kata Shilla gugup.
“Gue mau minta maaf ke elo karena keisengan temen-temen tadi.” Kata Rio.
“Ohh masalah itu… gue udah maafin kok….” Kata Shilla tersenyum.
“Loe serius Shill???” tanya Rio memastikan.
“I,Iya gue serius… udah lupain aja…” kata Shilla.
“Loe yakin gak marah…” kata Rio.
“Buat apa gue marah, kalau gue marah berarti gue ngerasa donk.” Kata Shilla tersenyum.
“O,Oh berarti kata-kata temen gue gak bener ya…” kata Rio kecewa.
“E,eh bukan gitu maksud gue tapi…” kata Shilla merasa gak enak.
“Udah lupain aja… mendingan kita siap-siap untuk MOS aja yok…” ajak Rio.
“I,Iya…” kata Shilla. Shilla dan Rio pergi bersiap-siap untuk MOS.
Dilain sisi Agni, dan Cakka udah pulang. Cakka harus bersiap-siap untuk makan malam nanti bersama keluarganya. Dan Alvin sama Via mau mbojo mumpung malming. Sedangkan Oik dan Ozy pulang bareng.
Tonti berjalan seperti biasa… adik-adik kelas pada kenak marah. Kali ini komando di ambil oleh Iel karena suara ray lagi gak fit.
“SIAP GRAK!!!” komado Iel.
“ISTIRAHAT DI TEMPAT GRAK!!!” komando Iel.
“MOHON PERHATIAN!!!” komando Iel.
“SIAP” jawab para pleton.
“YA SEKARANG KALIAN ISTIRAHAT. TAPI 10 MENIT SAJA. MENGERTI!” komndo Iel.
“SIAP MENGERTI!” jawab para pleton.
“SIAP GRAK!!!” komando Iel.
“TANPA PENGHORMATAN BUBAR JALAN.” Komando Iel. para pleton pun bubar. Keke yang juga salah satu dari pleton itu berjalan dengan langkah gontai dan lemas. Keke minum Aqua di kursi dekat lapangan itu dengan wajah murung. Ray yang melihat itu mengahmpiri Keke.
“Sweety… kamu kenapa???” tanya Ray duduk menyebelahi Keke.
“Ehh kak Ray… gak papa kok.” Jawab Keke sekenanya.
“Jangan bohong Ke… aku kenal kamu…” kata Ray.
“Hushhh… Keke lagi bingung Kak…” kata Keke dengan wajah murung.
“Bingung??? Kamu bingung kenapa???” tanya Ray mengelus rambut Keke.
“Papa Keke kak…” kata Keke.
“Papa kamu??? Papa kamu emang kenapa???” tanya Ray.
“Papa minta aku sama Kak Oik untuk tinggal sama dia dam mama Tiri Keke.” Jelas Keke.
“Mama Tiri??? Maksud kamu???” tanya Ray.
“Iya Kak… mama kandung aku udah meninggal dan papa juga udah lama nikah lagi tapi kami belum tinggal bareng.” Jelas Keke.
“Astaga… jadi mama kamu udah meninggal???” kata Ray kaget.
“Iya kak…” kata Keke sedih.
“Kamu sabar ya… ada aku di sini…” kata Ray menenangkan Keke.
“Iya kak.. tapi Keke bingung banget apa Keke harus tinggal sama papa dan mama tiri Keke…” kata Keke.
“Kamu ragu???” tanya Ray.
“Iya Kak.. Keke ragu… Keke sayang sama mama kandung Keke dan Keke gak mau nanti di surge mama kira Keke udah gak sayang sama Mama karena Keke mau menerima mama Tiri Keke.
“Keke-Keke… kamu itu lucu deh…” kata Ray mengelus rambut Keke.
“Kok kak Ray malah bilang aku lucu sih…” kata Keke.
“Keke… kamu jangan berfikir kayak gitu… mama kamu gak nyalahin kamu kalau kamu mau tinggal sama papa dan mama tiri kamu nanti. Mungkin aja mama tiri kamu itu memang di kirim sama mama kamu dari surge karena mama kamu pingin kamu dan kakak kamu mendapatkan kasih sayang seorang Ibu.” Kata Ray mensihati keke.
“Tapi kak… Keke takut kalau mama tiri aku nanti jahat kayak di TV – TV…” kata Keke polos.
“haha.. Keke-Keke kamu polos banget… gak mungkin mama tiri kamu kayak gitu… percaya deh sama aku..” kata Ray meyakinkan Keke.
“Berarti Keke harus mau tinggal sama papa dan mama tiri Keke nanti gitu…” kata Keke.
“Ya kamu coba aja dulu… jangan pernah menilai seseorang sebelum kamu tahu orang itu.” nasihat Ray.
“Kakak bener, Keke memang salah kalau mikir mama tiri Keke nanti jahat… tapi Kak…” kata Keke ragu lagi.
“Tapi kenapa???” tanya ray.
“Mama tiri Keke itu juga udah punya anak, Keke takut nanti papa lebih sayang sama anak itu.” kata Keke.
“Buat apa kamu takut Keke… belum tentu anak itu merebut kasih sayang papa kamu kan. Bisa aja anak itu baik, malah bisa jadi temen kamu sama Kakak kamu kan… Positive Thingking baby….” nasihat Ray lagi.
“Iya Deh kak… Keke bakalan positive thingking…” kata Keke.
“Yaudah sana balik ke barisan, bentar lagi mau ada panggilan dari pada telat.” Kata Ray.
“Yaudah deh Keke balik ya…” kata Keke langsung menuju barisan. Tonti pun di mulai lagi.
Sekitar jam 5 tonti berakhir.
***
Cakka P.O.V
Sekarang udah hampir jam 7, saatnya gue siap-siap untuk ke restoran buat makan malam terakhir dengan keluarga Nuraga. HUft… inilah saatnya gue nentuin pilihan gue. Gue pasti bisa karena gue udah dewasa…. Iya! Gue yakin gue bisa!
Saat ini gue lagi ngaca sambil mbenerin penampilan gue, tiba-tiba pintu kamar gue kebuka.
“Cakka.. kamu sudah siap???” tanya mama gue.
“Udah mah… tapi Cakka berangkat sendiri aja…” kata gue.
“Kamu yakin???” tanya mama gue.
“Yakin Mah… Cakka gak mau nanti Cakka suruh milih lagi satu mobil sama mama atau papa, daripada Cakka bingung mendingan Cakka berangkat sendiri.” Kata gue Dingin sedingin keadaan keluarga gue.
“Terserah kamu lah cakka… mama berangkat dulu… mama tunggu kamu di restoran France…” kata mama gue langsung menutup lagi pintu kamar gue.
“Hufttt… inilah saatnya gue menjadi dewasa… Y ague yakin dengan pilihan ini…” kata gue sambil berkaca dan membenarkan kemeja gue.
Gue rasa penampilan gue udah cukup, saatnya gue berangkat. Kayak yang udah gue bilang ke mama gue kalau gue berangkat sendiri. Gue naik mobil Jazz ungu gue. Gue pacu mobil gue itu. sekitar 15 menit gue udah nyampek. Gue cari meja di mana keluarga gue nantinya bakalan ngadain makan malam terakhir. Gue udah ketemu meja itu. di sana udah ada mama, papa dan kak Elang. Dingin! Ya! Dari jauh gue lihat suasananya udah dingin banget. Dengan langkah pasti gue menuju meja itu seluruh pandangan mata keluarga Nuraga tertuju pada gue saat gue dateng.
“Cakka akhirnya kamu dateng juga…” kata papa gue.
“Iya Pah…” jawab gue dingin.
“Loe naik mobil sendiri Cak….” Tanya Kak Elang.
“Iya… abisnya gue males kalau harus milih lagi mau semobil sama Mama atau Papa.” Kata Cakka melirik ke mama dan papanya.
“Sudah-sudah… lebih baik kamu segera duduk Cakka. Mama sudah pesan makanan kok. Mungkin bentar lagi sampek.” Kata Mama.
“Iya Mah.” Kata gue dingin dan segera duduk. Sejenak keadaan hening
“Kenapa kalian gak bersatu aja.” Kata gue membuka pembicaraan.
“Udah susah Cakka… mama sama papa udah gak cocok lagi.” kata mama gue.
“Mama kamu bener Cakka… semuanya udah percuma…” kata papa gue.
“Apa kalian gak mikirin Cakka dan Kak Elang. Kalian udah gak perduli apa sama kita.” Kata Cakka.
“Cakka bener Mah, Pah…” sambung Kak Elang.
“Percuma Cakka… mama udah menikah lagi dan mama cinta sama papa baru kamu.” Kata Mama.
“Iya Cakka…. Papa pun juga sudah memiliki tambatan hati yang baru.” Kata Papa.
“Tapi itu gak adil buat Cakka dan Kak Elang.” Kata gue.
“Ini memang gak adil Cakka… tapi inilah yang udah terjadi…” kata mama.
“Tapi cakka gak bisa mah… ini sulit…” kata gue mulai berkaca-kaca.
“Mama tahu ini sulit… tapi kamu harus ngertiin mama dan papa… kita udah gak bisa bersama…” kata mama juga berkaca-kaca.
“Kita harus ngertiin mama dan Papa??? Apa selama ini mama dana papa ngetiin cakka dan Kak Elang???” kata gue mulai menitikan air mata. OMG ini kali pertama gue nagis.
“Iya Mah apa kalian ngertiin kita juga…???” sambung kak Elang yang baru pertama kali ini nangis.
“Mama tahu sayang… tapi mama mohon jangan paksa mama dan papa lagi untuk bersatu. Itu sulit banget.” Kata mama gue nangis. Untung aja meja yang di pesan kelurga gue jauh dari pengunjung lainya (meja khusus).
“Sama sulitnya kayak Cakka harus milih diantara kalian berdua!! Kalian pikir itu gak susah…!!!???” kata gue makin menangis bercampur marah.
“Cakka!!! Kamu sudah dewasa???!!! Ini udah jadi takdir kita! Kamu gak bisa mungkiri ini semua!” bentak papa gue ke gue, tapi gue yakin dalam hatinya dia pasti menangis juga kayak gue.
“Papa?!! Apa-apaan kamu?!! Kenapa kamu bentak anak sendiri.” Mama gue gak terima gue di bentak.
“Aku Cuma mau biar Cakka itu dewasa. Dia harus bisa terima ini semua…” kata papa gue malah marah ke mama. Suasanannya malah makin memanas.
“Pah, Mah… kok kalian malah jadi berentem sih…” kata Kak Elang menengahi. Sedangkan gue Cuma terdiam makin menitikan air mata.
“Papa kamu Elang! Dia terlalu kasar sama Cakka.” Gue denger mama makin emosi.
“Aku gak kasar. Aku Cuma tegas sama Cakka!” gue juga denger suara papa yang makin marah.
“CUKUP!!!” kata gue tiba-tiba teriak dan membuat keluarga gue diem.
“Cukup! Cakka udah tentuin pilihan!” kata gue mencoba tegas seperti apa yang diinginkan papa gue.
“Lalu apa pilihan kamu Nak??” tanya mama gue lembut.
Gue menghela nafas panjang. “Cakka milih untuk tinggal sama mama. Pilihan Cakka ini bukan berarti Cakka gak sayang sama Papa tapi Cakka belum siap untuk meninggalkan semua yang ada di sini… Cakka sayang Jogja. Dan Cakka gak mau ninggalin temen-temen Cakka di sini…” kata gue memberikan keputusan.
“Cakka…” kata Mama gue kelihatan seneng.
“Baik Cakka… papa ngeti kok… papa tahu kamu gak akan lupain papa… papa bisa terima ini semua. Papa bangga sama kamu.” Kata papa gue kelihatan bangga walaupun gue yakin dia kecewa banget.
“Iya pah… makasih…. Nanti kalau liburam Cakka pasti akan mengunjungi Papa di Kalimantan.” Kata gue ke Papa.
“Papa tunggu Cakka.” Kata papa gue.
“Makasih Cakka… mama sayang kamu.” Kata Mama gue langsung meluk gue.
“Loe udah dewasa Cak.. kak Elang bangga sama loe…” kata kakak gue bangga sama gue. Keadaan menjadi sejuk. Sejenak gue dan keluarga gue melupakan masalah ini. kita makan bersama dengan ceria seperti layaknya keluarga yang harmonis walaupun sebenernya keluarga gue udah hancur. Tapi sudah ini sudah menjadi takdir.
***
Oik P.O.V
Huft seperti yang pernah gue certain ke Ozy tentang mama tiri. Awalnya gue sama Keke bingung apa kita akan tinggal sama papa atau gak. Tapi setelah gue dan adik gue berembuk gue dan Keke mutusin untuk setuju tinggal sama papa dan mama tiri gue. Itu semua karena omongan Keke yang bilang bisa aja mama tiri kita nanti adalah mama yang dikirim mama kandung gud dari surge. Guepun mikir, bener juga omongan Keke. Makanya gue mutusin untuk tinggal sama papa dan mama tiri gue.
Gue sama Keke udah pindah ke rumah papa yang baru kemaren malem dan hari ini adalah hari penyambutan untuk mama tiri gue dan sodara tiri gue. Ini pertama kalinya gue ketemu sama mereka. papa nyuruh gue dan Keke siap-siap.
“Oik, Keke…” gue denger Papa gue manggil nama gue dan Keke.
“Iya Pah…” kata gue sambil berjalan menghampiri Papa diikuti Keke.
“Sayang… kalian berdua siap-siap gih.. bentar lagi mama dan sodara baru kalian dateng.” Suruh papa.
“Iya Pah…” kata Keke langsung ke kamarnya untuk bersiap-siap. aelah nie anak malah semangat.--“
“Yaudah Oik juga naik ke kamar dulu ya. Mau ganti baju.” Kata gue males-malesan.
-kamar gue-
“Huh males banget sih ketemu sama mama tiri gue… iya kalau orangnya baik, tapi kalau jahat gimana terus gue di di siksa gimana??? Hiyyyy gak banget deh…” gue ngedumel sendiri sambil ngaca.
TING TONG (bel rumah gue bunyi)
“Alah palingan juga si ibu tiri itu…. males ahh bukain… palingan juga nanti papa yang bukain…” kata gue cuek waktu bel bunyi.
“Ihhh gak banget dehhh kalau punya sodara tiri… pasti anaknya nanti nyebelin, caper, sok-sokan, sombong pokoknya gak banget dehhh…” gue ngedumel muluk.
“Anak-Anak ayo turunnn mama udah dateng…” panggil Papa dari bawah.
“Iya Pah…” gue denger adik gue nyaut.
“Iya pah tunggu bentar… lagi ganti baju…” sahut gue boong padahal gue udah ganti baju sejak tadi.
“Huh… udah ahh mendingan gue turun daripada kenak marah papa.” Kata gue langsung keluar kamar. Waktu gue keluar kamar gue pas-pasan sama Keke.
“Huft males banget deh Ke…” eluh gue ke Keke waktu kita pas-pasan.
“Udah Kak lihat aja dulu… jangan gitu… positif Thinking Kak…” Aelah si Keke malah nyeramahin gue.
“Bodok ahh mendingan turun yukkk…” ajak gue. Gue dan Keke pun turun bareng. Waktu sampek di bawah gue lihat mama tiri gue. Hmmm cantik, kelihatan baik sih…
“Oik, Keke kenalin ini mama baru kalian…” kata papa gue.
“Hai Oik Hai Keke…” kata mama baru gue itu dengan ramah.
“Hai tante…” yeee si Keke masih bisa ramah.
“Hai tan!” bales gue jutek.
“Jangan panggil tante donk… panggil aja mama…” kata mama baru gue itu lembut. Oke sejauh ini gue rasa dia baik.
“Mama Oik Cuma satu… jadi jangan paksa Oik.” Kata gue jutek.
“Oik! Gak sopan kamu.” Kata papa marah.
“Ya emang bener kan… mama Oik Cuma satu dan dia udah lama meninggal.” Jawab gue santai.
“Oik!” kata papa marah.
“Udah mas jangan gitu sama anak sendiri…” kata tante Siska (ngarang.com) mama baru gue itu.
“Oik sekarang kamu minta maaf.” Perintah papa gue.
“Maaf ya tante.” Kata gue terpaksa.
“Iya sayang…” kata tante Siska.
“Loh sayang anak kamu mana???” papa nanyak ke tante itu.
“Ohh dia… dia lagi di mobil katanya ada barangnya yang jatuh di mobil tadi.” Kata tante Siska.
“Yaudah sekarang kamu panggil aja.” Kata papa gue. Ihh apaan sih papa ngebetein banget. Gue pun buang muka sama mereka semua. Si Keke juga ikut-ikutan gue.
“Sayang ayo ke sini…” panggil tante Siska.
“Iya mah bentar…” jawab anaknya itu yang kedengaran kayak suara cowok yang berarti juga sodara tiri gue itu cowok. Gue sih masih buang muka aja…
“Udah barangnya di cari nanti aja sayang… kamu ke sini dulu dehh…” kata Tante Siska manggil anaknya lagi.
“Iya mahhh…” jawab anaknya itu. anak itu pun berjalan menuju gue, Keke, papa dan tante Siska. Gue sedikit ngelirik ke anak itu dia pakek baju biru dengan jaket putih, celana panjang yang modis terus pakek kaca mata hitem dan kelihatanya dia lagi dengerin I-Pod karena ada headset putih yang menggelantung. Dari cara jalannya gue kayak kenal. Tapi siapa ya??? Tauk ahhh… yang jelas gue sama Keke masih buang muka sampai anak itu dateng.
“Siang Omm…!” sapa anak itu kelihatan ketus juga. dari suaranya gue kayak kenal sih… tapi siapa ya???? Tauk ah…
“Sayang kok kamu ketus sih sama papa kamu.” Omel Tante Siska ke anaknya itu.
“Udah gak papa kok…” kata Papa gue lembut. Ihhh si papa tu kenapa sihh giliran sama anak itu lembut bilangnya tapi giliran sama gue ketus. BT!
“Nama kamu siapa??” tanya papa gue.
“Cakka!” jawab anak itu ketus. What??? Cakka???!!! Jangan-jangan…. Gue coba gerakin kepala gue dan ngelihat anak itu. si Keke juga ikut-ikutan.
“Cakka?!!!!” kata gue shock saat lihat sodara tiri gue itu Cakka Kawekas Nuraga temen sekolah gue sendiri.
“Kak cakka???!!!” si Keke juga ikut2 an shock.
“Oik?! Keke?!” kata Cakka gak kalah shocknya.
“E,elo kok bi,bisa di,di sini??? Ja,jangan-jangan??? E,elo???” kata gue gugup.
“E,elo anak Om David (ngarang.com)????” tanya Cakka.
“I,Iya… jadi elo anak tante Siska???” tanya gue balik.
“I,Iya…” jawab cakka.
“Ja,jadi kita bertiga sodaraan??? Yeeee…” sambung keke malah seneng.
“Kok loe malah seneng sih??” tanya gue heran ke adik gue.
“Yak an berarti sodara kita baik. Kan Kak cakka baik…” kata Keke.
“Loh kalian udah saling kenal???” tanya papa.
“I,iya pah Cakka ini temen sekelas Oik.” Jawab gue.
“Apa benar itu Cakka??” tanya tante Siska ke anaknya itu.
“I,iya mah..” jawb si Cakka.
“Wahh bagus donkk berarti gak susah buat kalian untuk jadi sodara.” Kata tante Siska.
“Yaudah-yaudah mendingan kita masuk aja… gak enak di lihat tetangga.” Kata pap gue mengajak masuk. Kita semuapun masuk. Gue masih geran kalau sodara tiri gue itu Cakka.
“Oik lebih baik kamu antar Cakka ke kamarnya…” perintah Papa.
“I,Iya pah…” jawab gue sekenanya. Gue pun anterin Cakka ke kamarnya yang ada di sebelah kamar gue.
“Cak ini kamar loe…” kata gue gugup saat menunjukan kamar Cakka.
“I,Iya Ik…” jawab Cakka gak kalah gugupnya. Haduh kok pada gugup sih??? Aduhhh…. Apa sih…
“I,iya sama-sama… gu,gue ke kamar dulu deh… kalau ada perlu sama gue loe ke kamar gue aja. Persis si sebelah loe…” kata gue langsung ngacir.
“Oik tunggu…” tahan cakka dan megang tangan gue. Deg!! Kok gue jadi gugup sih di pegang Cakka??? Haduh apa sih…!!!!
“I,iya…” jawab gue gugup.
“Makasih…” kata cakka lembut.
“I,Iya.” Jawab gue langsung masuk kamar. Cakka juga masuk ke kamarnya.
***
Cakka P.O.V
Astaga gue sodaraan sama Oik??!! OMG….!!! Kok bisa ya???. Haduh gue gak nyangka kalau gue bakalan sodaraan sama Oik dan Keke… buset dah mimpi apa gue semalem… hadeh-hadeh… ini kayak mimpi deh… tapi kok tadi gue ngerasa aneh ya sama Oik??? Ahh auk ahhh…
Gue lagi mandangin kamar baru gue. Lumayan! Ada gitar, sesuai dengan hobby gue. Sejauh ini Om David baik juga. Tapi gue gak tahu selanjutnya.
Gue terus mandangin kamar gue itu dan gue juga ngelihat ke luar jendela. Dari atas gue lihat Oik lagi duduk-duduk sambil ngelamun di pinggir kolam renang sambil masukin setengah kakinya ke kolam. Gue penasaran terus gue datengin deh si Oik.
-kolam-
“Hae sodara tiri…” sapa gue sambil menyebelahi Oik.
“Sodara tiri??? Ihh loe apaan sih??? Gajelas deh…” kata Oik.
“Loh emang gue salah ya??? Loe kan memang sodara tiri gue…” kata gue.
“Hhe… bener juga sih kata loe…” kata si Oik senyum.
“Gak nyagka ya kita bisa sodaraan…” kata gue.
“Iya gue juga shock banget tadi.” Kata si Oik tanpa melihat ke gue. Sejak tadi dia Cuma menatap kolam sambil mainin kakinya.
“Tapi kalau di pikir-pikir lucu juga sih kita jadi sodaraan…” kata gue tersenyum kecil.
“Kok bisa???” tanya Oik.
“Ya berarti kan kalau ada PR bisa saling nyontek terus kalau ada Ulangan kita bisa belajar bareng. Iya kan???” kata gue.
“Hhe.. bener juga sihh… tapi masalah nyontek… Gak ya! Enak aja…” kata si Oik.
“Yeee gitu amet sih sama sodara sendiri…” kata gue.
“Yeee biarin donkk…” balas Oik.
“Oiya Ik terus rumah loe yang lama gimana??” tanya gue.
“Di kontrakin…” jawab Oik.
“Ouwh gitu ya…” kata gue ber-o ria. Sejenak keadaan hening. Cuma kedengeran suara air karena gerakan kaki Oik.
“Apa loe nyesel…” tiba-tiba Oik buka suara.
“Nyesel??? Nyesel karena apa???” tanya gue bingung.
“Papa baru???” kata si Oik.
“Ouw masalah itu??? Hmmmmmmm…. Gimana ya???? Biasa aja sih…” kata gue nyante.
“Lah kok bisa biasa aja??? aneh loe… harusnya loe kan nyesel… ntar kalau mama loe lebih sayang ke gue sama Keke gimana???” tanya si Oik.
“Y ague tinggal rebut kasih sayang papa loe dari loe sama Oik. Gampang kan.” Kat ague nyengir.
“Yeee enak aja loe… awas aja y aloe kalau sampek rebut kasih sayang papa gue.” Ancam si Oik. Hiyyy ngeri ah ngelihat muka Oik.
“Iya-iya gak akan dehhh adikku….” Kata gue mencet hidung Oik.
“Aduhh sakit…!!! Adik??? Idih apaa sih loe??” kata si Oik kaget saat gue panggil dia adik.
“Iya… sekarang elo sama Keke kan adik gue….” Kata gue nyante.
“Enak aja loe… kita kan seumuran… pokoknya gue gak mau jadi adik loe gue maunya jadi kakak loe…” kata si Oik.
“Kakak??? Ya gak pantes lah masak gue nanti panggil loe kak Oik??? Kan gak lucu… mendingan gue panggil loe adik…” kata gue.
“Enggak! Pokoknya gue jadi kakak… gue gak mau jadi adik.” Kata si Oik ngotot. Eettt dah ni anak ngeyel…. Masak gue jadi adiknya kan gak pantes??? Iya kan pembaca??? Hihihihihi….
“Gak bisa Oik…. Loe gak cocok kalau jadi kakak… lebih cocok gue.” Terjadilah perdebatan diantara gue dan Oik.
“Gak perduli pokoknya gue.” Oik makin ngotot.
“Gue…” kata gue gak mau kalah.
“Gue…”
“Gue…”
“Gue…”
“Gue…”
“Gue…”
“Gue…”
“STOOPPPPP!!!!!!!!” tiba-tiba si Keke dateng dan membuat gue sama Oik cengo mampus.
“Kalian kenapa sih??? Debat gak penting deh… duhhh semua kakak gue autis dah…” kata si Keke ngeledek.
“Maksud loe autis??? Enak aja loe…” kata si Oik gak terima.
“Iya nie enak aja loe bilang kita autis…” kata gue juga gak terima.
“Ya emang kok… lagian yang kalian debatin gak jelas banget…. Dari pada kalian ribut mendingan gue aja yang jadi kakaknya…” kata si Kekek nyegir.
“Yeee anak kecill” kata si Oik beranjak dari duduknya di pinggir kolam.
“Dasar anak kecill…” kata gue juga berdiri dan langsung mengacak rambut adik tiri gue itu.
“Ihhh Kak Cakka … aku bilangin kak Ray lohhh…” kata Si Keke ngembek.
“Jiahhhhh mentang-mentang udah pacaran… sok-sok ngadu…” kata gue.
“Biarin wekkkk…. Dasar Kak Oik sama Kak Cakka gajelas…” kata si Keke makin ngeledek. Sialan tu anakkk… awas yaaa… gue bales. Gue sama Oik gak terima, kita berdua saling tatap dan seakan memberi kode untuk balas dendam ke Keke.
“Kak Oik, Kak Cakka kenapa kok natap Keke sadis… kalian jangan macem-macem ya…” kata si Keke ketakutan saat gue sama Oik natap dia sadis dan ngedeketin Keke. Keke semakin berjalan menjauh saat gue deketin.
“satu, dua, ti…..gaaaaa…” kata gue kasih aba-aba dannn…
“hahahahaha… geli,,,hihihi… ampun…. Lepasin…. Hahahahhahaha…” gue sama Oik gelitikin Keke. Kita bertiga pun ketawa bersama udah kayak kakak adik kandung.
***
Someone P.O.V
Ini hari pertama gue jadi anak SMA, memang telat sih gue masuknya maklum lah gue kemaren sibuk pindahan dari L.A. sebelumnya gue SMP di L.A tapi waktu udah lulus gue mutusin untuk tinggal di Indonesia aja tepatnya di Jogja tempat kelahiram gue. Gue sempet kelimpungan cari sekolah yang mau terima gue. Bukan karena nilai gue jelek tapi karena gue udah telat daftarnya. Tapi ada satu sekolah yang baiiiikkkk banget karena mau terima gue, bukan berarti sekolah itu gak bermutu loh… sekolah itu sekolah percontohan. Sekolah itu mau terima gue karena kasihan sama gue dan kebetulan ada satu siswa yang keluar jadi masih ada satu bangku buat gue. Sekolah itu adalah SMA PANGUDI LUHUR. Gue sempet bolak-balik SMA itu buat ngurus berkas. SENDIRI!!! Maklum ortu gue sibuk sama bisnisnya. Di sini aja gue Cuma tinggal sama pembantu. Waktu gue bolak-balik ke san ague sempet nemuin satu cowok yang cakepnya gak ketulungan, kelihatannya sih kakak kelas tapi posturnya unyuk banget… xixixixixi… gue ngefans banget sama dia. Xixixixi…
Selain itu baru berapa hari di Jogja gue udah ketemu satu cowok aneh waktu gue mau beli sepatu buat sekolah. Dia itu Freak banget. Moga-moga aja gue gak ketemu lagi. Aminnn.. xixixixixi…
Ini hari pertama gue masuk sekolah…
Gue lagi dandan nie di kamar. Gue berusaha tampil seOK mungkin.
“Hummmm udah cantik dehh…” kata gue sembari ngaca.
“Nonnnn mobilnya udah siap…” gue denger mang Dadang teriak.
“Iya mang… bentar lagi aku turun…” sahut gue juga teriak kenceng soalnya rumah gue itu gede.
“Turun ah…” kata gue ngambil tas di kasur dan segera turun. Gue gak sempet sarapan soalnya sekarang udah jam hampir jam setengah 7. Gue gak mau telat di hari pertama gue. Hari ini gue berangkat sendiri naik mobil Splash merah gue.
“Mang mana kuncinya???” pint ague ke mang Dadang.
“Ini non.” Kata mang Dadang ngasih kunci itu.
“Makasih ya mang. Yaudah saya berangkat dulu…” pamit gue.
“Iya non ati-ati.” Kata mang Dadang.
“Siph deh mang.” Jawab gue langsung tancap gas. Di mobil gue dengerin lagi Ceria dari J-Rock.
Berlari dan terus bernyanyi
Mengikuti Irama sang mentari
Tertawa dan selalu ceria
Berikan ku arti hidup ini
Berlari dan terrus bernyayi
Mengikuti irama sang mentari
Tertawa dan selalu ceria
Berikan ku arti hidup ini
Gue nyanyi gajelas sambil memacu mobil gue itu. itu udah jadi kebiasan gue nyanyi-nyayi gak jelas sambil nyetir walaupun gue tahu itu bahaya tapi gue tetep nekad habisnya udah kebiasaan sih… hehehehe…
15 menit kemudian…
Gue udah nyampek sekolah baru gue itu.
“Hushhh… First time…” kata gue gugup saat gue udah nyampek sekolah. Walaupun gue udah beberapa kali ke sekolah ini untuk ngurus berkas gue tetep aja gugup secara ini hari hari pertama gue masuk sekolah. Tapi gue yakinin diri gue sendiri dan kuatin diri gue.
“Gue harus bisa… ini waktu pertama gue…” kata gue yakinin diri gue dan membuka pintu mobil lalu keluar perlahan. Saat gue udah di luar mobil gue berdiri dengan tegap di depan pintu mobil dan memandang sekeliling sekolah untuk menyakinkan diri gue.
“Hushhh… cia yo…” kata gue melangkahkan kaki gue ke dalam sekolah itu. gue berjalan dengan pasti dan mengumbar senyum termanis gue. Gue berjalan kayak ada efek blowernya… rambut gue terkibas seakan kena blower. Beberapa mata memandang gue entah heran karena baru ngelihat gue atau terpesona. Dengan langkah pasti gue terus jalan aja.
Gue nyari ruang guru.
“Ruang guru-ruang guru…” gumam gue nyari ruang guru. Gue celingak-celinguk gak jelas sampek-sampek gue gak merhatiin jalan dan…
BRUKKKKK!!!! Gue tambarakan sama orang lain.
“Aduhh sorry…” kata gue pada orang yang gue kenal itu.
“Udah gak papa…” kata orang itu yang gue yakin itu cowok soalnya kelihatan dari suaranya.
“Maaf yaa… gue gak sengaja.” Kata gue lagi. cowok itu kemudian melihat kea rah gue.
“ASTAGA!!!! Ka,ka,ka,kamu….” Kata orang itu sambil ngelihat gue kayak ngelihat setan.
“Kenapa ya??? Kok ngelihatin gue kayak gitu banget.” Kata gue ilfil di lihatin kayak gitu.
“Elooo….” Kata cowok itu cengo sambil nunjuk2 gue. Ett dahh aneh banget… --“
“Udah ahhh gue mau cari ruang guru.” Kata gue langsung ngacir. Males dah ngurusin orang gakjelas.
Dengan segenap perjuangan akhirnya gue ketemu ruang guru dan gue nanya gue masuk kelas X berapa. Waktu bel udah bunyi gue sama Bu Ira (guru yang gue temuin itu) ke ruang kelas X.3 (ruang kelas gue)
“Kamu tunggu sini dulu ya …” kata Bu Ira.
“Iya buk…” jawab gue lembut. Bu Ira pun masuk ke kelas sedangkan gue masih suruh nungguin di luar.
“Siang anak-anak” gue denger suara bu Ira dari luar.
“Siang bukkk…” bales murid-murid.
“Anak-anak hari ini kita akan kedatatangan siswa baru…” kata Bu Ira. Wah yang dimaksud kan gue… jadi malu gue…. *pletak*
“Yeeee…” kelihatannya yang lain pada suka deh… syukur lah… J
“Raissa silahkan kamu masuk.” Gue denger Bu Ira sebut nama gue. Gue pun langsung masuk. Masih banyak anak-anak yang gak ngeh sama kehadiran gue.
“Raissa sekarang silahkan kenalakan nama kalian…” suruh Bu Ira.
“Nam ague Raissa Arif Jasmine… gue dari SMP di L.A. salam kenal…” kata gue memperkenalkan diri.
“Acha???!!!!! Acha!!!???” tiba-tiba ada cewek yang manggil gue dengan nama Acha dengan nada histeris gilak…
“No..No… My Name Is Raissa Arif Jasmine not Acha… just call me Raissa… Oke..??” kata gue.
“Bukan! Elo Acha… tapi kok elo ada di sini???!!! Elo kan udah…” kata cewek ngotot itu gak nyelesain kata-katanya.
“No…No… gue Raissa mungkin loe salah orang…” kata gue nyoba kalem.
“Gak mungkin…” kata cewek itu makin ngotot.
“Keke??? Kamu kenapa??? Acha??? Acha siapa???” tanya Bu Ira bingung.
“Acha adiknya Kak Alvin bukk…” jawab cewek itu yang ternyata namanya Keke.
“Astaga Keke… Acha itu kan sudah meninggal… mungkin hanya mirip saja…” kata Bu Ira. Et dahhh gue di miripin sama orang yang udah meninggal… --“
“Tapi Bukk… dia mirip banget sama Acha…” kata si keke.
“Sudah-sudah tidak udah di perpanjang lagi. lebih baik Raissa sekarang kamu duduk di sebelahnya Keke saja kebetulan teman sebangku Keke tidak masuk.” Perintah Bu Ira.
“Baik Buk…” kata gue langsung menuju kursi yang dimaksud yaitu sebelah si Keke yang nyebut gue Acha.
“Gue Raissa…” kata gue ngenalin diri gue lagi ke Keke.
“Keke…” jawab dia masih heran sama gue. Auk ahh… --“
“Baik anak-anak karena ibu ada urusan ke Dinas jadi ibu akan meninggalkan kalian tugas untuk di kerjakan dan dikumpulkan. Kerjakan halaman 7-15 buku paket Geografi. Mengerti!” kata Bu Ira.
“Mengerti bukk…” semua anak ngejawab dengan bersemangat yaiyalah secara di tinggal guru pasti pada seneng.
“Yasudah sekarang kalian kerjakan dan tetap kondusif ibu akan pergi.” Pamit Bu Ira.
“Ya bukkk….” Semangat banget dah jawabnya. Baru berapa detik Bu Ira keluar kelas udah gaduh kayak pasar hewan ada burung, bebek, ayam, dll semuanya berkicau dan berkoceh bersamaan. Hadehhhh dimana-mana sekolah itu sama yaaa… ckckckckckck….. --“ Oke masalah itu udah wajar aja ya ada satu hal yang gak wajar di sini yaitu KENAPA KEKE NGELIHATIN GUE MULUK!!!!! Arghhhh risih gue.
“Ke… loe ngapa sih lihatin gue muluk??? Naksir loe???” tanya gue karena risih di lihatin muluk sama nie anak.
“Loe nyata kan???” kata si keke malah nepuk-nepuk pipi gue yang cabi ini.
“Aduh-aduh sakit Ke… iyalah gue nyata loe pikir gue saiton hirojim apa????” kata gue gak terima.
“Tapi kok elo mirip sama Acha yaa…” kata Si Keke.
“Astaga Acha maning-Acha maning… sapa sih tu anak… semirip apa sih gue sama dia???” kata gue bosen di bilang kayak Acha.
“Tapi sumpah loe itu mirip banget sama Acha….” kata si Keke masih yakin gue mirip.
“Yayayayaya… mank si Acha sapa sihh…” tanya gue yang langsung ngebuat si keke nekuk mukanya.
“Acha itu sahabat terbaik gue… dia itu The Best Of The Best…” kata Keke sedih.
“Loh kok loe jadi sedih sihhh??? Gue gak maksud buat loe sedih lohhh…” kata gue gak enak sama Keke.
“Udah bukan karena loe kok. Gue emang belum bisa nerima kepergian Acha. walaupun gue gak kenal lama sama Acha tapi bagi gue Acha itu yang terbaik. Acha juga udah pernah nyelametin cowok gue dari bahaya.” Jelas Keke dengan wajah yang belum berubah yaitu sedih.
“Wah loe udah punya cowok ya???” tanya gue ke Keke.
“Iyalah… dia itu kakak kelas…” jawab si keke.
“Ouwwh kapan-kapan kenalin ya…” kata gue tersenyum ke Keke.
“Iya dehhh… ehhh tapi kalau di pikir-pikir elo memang mirip secara fisik sih sama Acha tapi kalau udah kenal sama loe, elo itu beda banget sama Acha…” kata si Keke.
“Yaiyalah secara gue bukan Acha… gue itu Raissa… R.ara I S S A… RA-I-SS-A…” kata gue ngeja nama gue secara jelas.
“Hehehe… loe itu lucu banget dehhh… gokil… ini yang buat loe beda sama Acha…” kata Keke ketawa lihat gue. Et dahhh mank gue lagi ngelawak…
“Emang bedanya apa??” tanya gue.
“Kalau Acha itu orangnya kalem terus kalau ngomong pakek aku kamu bukan gue elo, terus lagi si Acha itu rambutnya suka diiket. Sedangkah elo kan bawel, cerewet, kalau ngomong pakek gue elo, terus lagi elo itu rambutnya diiket kan…” terang si Keke.
“Ouwwwhhh gitu tah…. Ya jelas lah bed ague kan udah bilang kalau gue itu bukan Acha tapi Raissa Arif Jasmine… ocrehh…” kata gue.
“Hahahaha… oke dahh…” kata si keke bisa ketawa juga.
“yaudah ahh mendingan kita kerjain tugas aja yuk…” ajak gue.
“Siph dah…” jawab si Keke ngacungin jempol.
***
Author P.O.V
bel istirahat udah berkumandang dengan hebatnya…
Keke berjalan ke kantin untuk menemui ray dkk. Saat keke sedang berjalan ke kantin Raissa menghampirinya.
“Keke…” sapa Raissa.
“Acha..ehh maksud gue raissa..” jawab keke.
“Loe mau ke mana???” tanya Raissa.
“Kantin…” jawab keke.
“Gue ikut donk… gue kan belum kenal sama siapa-siapa kecuali loe…” kata Raissa.
“Yaudah yukk sekalian loe gue kenalin sama Gang terkeren si antero sekolah ini.” kata Keke.
“Gang terkeren?? Apa??” tanya Raissa.
“Namanya The Jomblo…” jawab Keke.
“Kok namanya aneh…” kata Raissa bingung.
“Udah loe itu aja gue juga mau kenalin loe ke cowok gue…” kata Keke menarik Raissa.
-kantin-
“Hai kakak-kakak semua…” sapa Keke pada Ray, Alvin, Via, Iel, Ify, Ozy, dan Oik.
“Hae Keke…” kata yang di sebut sambil menengok ke Keke.
“ACHA?!!!!” Ray, Alvin, Via, Iel, Ify, Ozy, dan Oik kaget setengah mampus ngelihat Raissa dan mereka teriak sekenceng-kencengannya terutama Alvin. untung aja kantin gak begitu rame.
“Astaga… Acha lagi… HUfttt… sabar-sabar…” ratap Raissa.
“Acha???!!! ini kamu???” kata Alvin mendekat.
“Elo??? Elo kan yang waktu tadi tabrakan sama gue dan ngelihatin gue kayak ngelihatin setan.” Kata Acha heran melihat Alvin ternyata orang yang tadi pagi menabraknya saat sedang mencari ruang guru.
“Acha… koko kangen sama kamu…” kata Alvin tanpa basa-basi memeluk Raissa.
“Buset dahhh… hei gue bukan Acha… lepasin..” kata Raissa risih asal di peluk oleh orang yang gak di kenal dan mencoba melepaskan tapi susah.
“Acha… kamu kembali buat Koko kan….” Kata Alvin masih memeluk Raissa.
“Woii gue bukan Acha… lepasin… Keke bantuin gue…” kata Raissa makin gak berkutik karena pelukan erat Alvin.
“Kak Alvin ini bukan Acha… lepasin Kak…” kata Keke membentu melepaskan pelukan Alvin.
“Vin jangan gitu donk…” kata Via membantu dan berhasil.
“Via kok kamu gitu sihh… aku kan masih kangen sama Acha…” kata Alvin saat pelukannya terlepas.
“Aduhhh… kakaknya gue itu bukan Acha… nama gue itu Raissa… RAISSA… bukan Acha…” kata Acha menjelaskan.
“Gak mungkin! loe pasti Acha kan…” kata Alvin ngotot.
“Astaga kakaknya di bilangin gak pecaya gue ini RAISSA ARIF JASMINE bukan Acha…” jelas Raissa sekali lagi.
“Tapi loe mirip banget sama Acha…” kata Alvin masih yakin.
“Raissa memang mirip Kak sama Acha tapi itu Cuma fisiknya aja… sifatnya beda banget…” Jelas Keke.
“Yak betul banget kata Keke…” tambah Raissa.
“Husshhh jadi dia bukan Acha ya…” kata Alvin kecewa.
“Kamu jangan sedih ya sayang… ka nada aku di sini…” kata Via menenangkan Alvin.
“Iya sayang… aku gak akan sedih demi kamu…” kata Alvin.
“Yaudah mendingan sekarang gue kenalin nie semua kakak-kakak kelas sekaligus temen terdekat gue.
“Nam ague Via…” kata Via.
“Raissa…” balas Raissa.
“Alvin…”
“Raissa…”
“Ify…”
“Raissa…”
“Iel…”
“Raissa…”
“Oik…”
“Raissa…”
“Ozy…”
“Raissa…”
“Elo??? Ray kan??” kata raissa saat mengetahui orang berikutnya adalah Ray orang yang dia kagumi.
“Loh kok loe kenal gue…” kata Ray cengo.
“Raissa kamu kenal Kak Ray…” tanya Keke.
“Gak sih tapi waktu hari sabtu kemaren gue sempet tambarakan sama orang ini dan gue tau namanya karena waktu itu dia panggil sama temennya dengan nama Ray…” jelas Raissa.
“Ouwhh jadi itu elo… sorry deh kalau gitu…” kata Ray.
“Iya gak papa kok…” kata Raissa gugup.
“Nah ini loh sa cowok gue…” kata Keke yang membuat Raissa kaget mampus saat tau orang yang dia kagumi itu pacarnya Keke temennya sendiri.
“Ja,jadi ini cowok loe.” Kata Raissa kaget.
“Iya emang kenapa…” tanya Keke.
“Ga, gak papa kok kalian cocok…” kata Raissa menutupi kecemburuannya.
“Maksih loh…” kata ray seneng.
“I,Iya…” kata Raissa.
“Ehh kakak-kakak semua kok kalian gak lengkap sih???” tanya Keke mengubah alur pembicaraan.
“Kalau si Cakka sama Agni lagi di panggil pak Lim buat pertandingan basket antar sekolah gitu kan mereka sama-sama kapten tim basket.” Jawab Oik.
“Kalau Rio sih seperti biasa sama Shilla ngurusin OSIS gitu secara Rio bakalan gantiin posisi Shilla sebagai ketua OSIS…” jawab Iel.
“Terus Kak Deva???” tanya Keke.
“Kalau Deva…” kata Alvin belum selesai bicara.
“Hey guys…” tiba-tiba Deva datang.
“Hae Dev…” sapa yang lainya.
“Loh ELO???” kata Raissa kaget melihat Deva.
“Elo??? Ja,jadi elo nyata???” tanya Deva cengo ngelihat Raissa.
“Astagaaaaaa elo kan yang waktu itu ketemu di mall itu kan… si cowok freak…” kata Raissa.
“Ja,jadi beneran elo… Acha?????!!!!!!! ini mustahil…” kata Deva gak percaya.
“Astajim…. Buju buset…. Gue itu bukan Acha…” kata Raissa capek di bilang Acha.
“gak mungkin loe bukan Acha… terus loe siapa setan gitu???” kata Deva ngotot.
“Di bilangin juga gak percaya… gue itu bukan Acha…. gue itu Raissa… You Know…” kata Raissa.
“Gak mungkin… loe Acha kan???!!!” kata Deva ngotot namun seakan menahan air mata.
“Dev dia bukan Acha kok. Memang awalnya gue pikir dia itu Acha tapi ternyata bukan.” Kata Alvin menjelaskan.
“Tapi Vin… dia itu… dia itu… Arghhhh….” Kata Deva kesal dan berlari pergi meninggalkan semuanya.
“Dev aloe mau ke mana???” tahan Ray namun percuma saja karena Deva sudah terlanjur lari berurai air mata.
“Udah Ray… Deva butuh waktu.” Tahan Alvin saat Ray ingin mengejar.
“Biar gue aja, mungkin gue bisa jelasin semua ini kalau gue ini bukan Acha.” kata Raissa.
“Tapi Sa… loe yakin.” Kata Keke.
“Iya Ke… kalian tenang aja.” kata Raissa langsung pergi tanpa kata setuju dari semuanya.
Raissa berlari mengejar Deva. Dia mencari Deva ke mana-mana sampai akhirnya dia menemukan Deva sedang duduk di taman sekolah dengan uraian air mata.
“Gue kangen sama loe Cha… elo selalu ada di hati gue….” Kata Deva sambil memandangi foto Acha yang selalu dia bawa ke mana pun.
“Acha cantik ya…” kata Raissa tiba-tiba datang dan menyebelahin Deva.
“Elo??? Buat apa loe dateng ke sini???” tanya Deva.
“Begitu berarti kah sosok Acha di mata loe dan yang lain???” tanya raissa.
“Ya… dia malaikat kecil gue… dia cinta pertama gue.” Kata Deva manitikan air mata saat memandang foto Acha.
“Gue inget kata-kata dari Nenek gue… mungkin sulit saat harus melupakan kenangan terindah dengan orang terindah tapi kita harus ingat dunia kita telah berbeda… itu yang diucapkan nenek gue saat gue terpukul dengan kepergian kakak gue.” Kata Acha.
“Gue tahu tapi ini beda… bagi gue dia itu separuh nafas gue dan separuh nyawa hidup gue.” Kata Deva.
“Tapi apa dia bakalan seneng saat dia lihat loe kayak gini.” Tanya Raissa yang membuat Deva memalingkan pandangannya dari foto tersebut kini memandang Raissa.
“Apa loe bener-bener bukan Acha???” tanya Deva menatap lekat wajah Acha.
“Menurut loe??? Yakinin apa yang menjadi keyakinan loe… tapi asal loe tahu di dunia ini tidak ada yang bisa bangkit dari kehidupan abadinya kecuali Tuhan.” Kata Raissa menatap Deva.
“El,lo… elo kenapa elo harus dateng ke sini??? Kenapa elo gak ke tempat lain di mana gak ada orang orang yang bakalan anggap loe sama dengan orang lain.” Tanya Deva makin menatap Raissa.
“Sampai kapanpun kita gak akan tahu apa yang bakalan terjadi karena itu Rahasia Tuhan…” kata Raissa.
“Loe beda… loe memang sama kayak Acha… tapi sekarang gue yakin loe bukan Acha… loe orang yang beda…” kata Deva yang sudah yakin kalau Raissa BUKAN ACHA!
“Ya… loe bener…” kata Raissa tersenyum pada Deva.
“Maafin gue udah buat loe Ilfeel ke gue…” kata Deva membalas senyuman Raissa.
“Sahabat kak…” kata Raissa menunjukan kelingkingnya.
“Sahabat…” kata Deva mengaitakn kelingkingnya juga ke kelingkin Raissa.
***
Rio P.O.V
Haduh ribet juga nie kalau jadi calon ketua OSIS… walaupun gue belum resmi jadi calon Ketua OSIS tapi gue udah kecipratan repotnya soalnya ketua OSIS yang sekarang itu minta tolong ke gue untuk ngurusin pensi buat acara penutupan MOS. Gue gak bisa nolak lah secara yang minta tolong Ashilla Zahrantiara. Hehehehe….
Kali ini gue sama Shilla lagi sibuk nentuin tema buat pensi. Kita Cuma berdua aja nie di ruang OSIS. Seharusnya kita pelajaran tapi karena tuntutan yang mendesak jadi kita ijin buat gak ikut pelajaran.
“Yo temanya bagus yang mana ya????” tanya si Shilla sambil nyodorin beberapa proposal mengenai pensi ke gue.
“Hmmm bagus-bagus semua sih Shill…” kata gue juga bingung.
“Terus yang mana nie??? Tapi kalau menurut gue diantara 2 tema ini bagus juga sih…” kata Shilla milih 2 proposal terbaik diantar 5 proposal.
“Hmmm bener juga sih…” jawab gue.
“Tapi yang mana nie??? Yang ‘The Power of Love’ atau ‘The Miracle of Love’…???” tanya Shilla.
“Hmmmmmmm gimana yaaa…” kata gue singkat. Hey tau gak kenapa gue jawabnya dari tadi singkat??? Soalnya dari tadi gue gak connect karena gue ngelihatin Shilla muluk. gue terpesona sama kecantikan Shilla yang natural. Jujur gue udah suka sama Shilla sejak lama tapi karena Shilla udah jadi cowok Kak Riko gue ngalah deh selain itu waktu itu kan The Jomblo masih gak bolehin pacaran. Tapi berhubung Shilla udah gak sama Kak Riko dan The Jomblo udah bolehin pacaran jadinya gue bebas deh… hihihi…”
“Yo… kok loe malah ngelihatin gue sih…???” si Shilla ngagetin gue waktu gue lagi konsen lihatin mukanya yang cantik itu.
“Hah??? Apa Shil???” gue gelagapan nanggepin Shilla.
“Ihhh Rio loe tu kenapa sihh… konsen donk… loe itu calon ketua OSIS… loe harus bisa bantuin gue dalam pensi ini itung2 latihan jadi ketua OSIS.” Si Shilla nyeramahin gue lagi dah… sering banget dah noh anak cearmahin gue tapi gue tetep aja kepincut ma tu orang.
“Iya-Iya… sorry deh… kalau menurut gue bagusan yang The Miracle of Love…” kata gue kembali konsen.
“Hmmmm iya sihh… gue juga sempet mikir bagusan ini… yaudah deh kita pilih yang ini aja.” kata shilla.
“Iya…” jawab gue. Kita kembali sibuk lagi, tapi lagi-lagi gue gak konsen karena ngelihatin Shilla muluk. gue udah gak bisa nahan perasaan gue lagi gue harus segera ungkapin ini gua gak mau terlambat lagi. karena itu gue tekatin diri gue untuk ungkapin perasaan gue.
“Shill…” panggil gue saat Shilla lagi cari proposal lain di lemari OSIS.
“Hmm..” jawab Shilla singkat banget, secara dia lagi sibuk.
“Eeee Shill gue bolehh ngomong sesuatu gak????” tanya gue beraniin diri.
“Boleh kok…” kata Shilla masih sibuk dengan proposalnya.
“Sebenernya…. Sebenernya gue…” gue ragu ungkapin perasaan gue.
“Iya??? Loe mau ngomong apa sih???” tanya Shilla makin sibuk dengan proposalnya.
“Gu,gue… gu,gue..su,su…” kata gue belum selesai ngomong tiba-tiba….
“Shilla loe di panggil pak Dave tuh… katanya penting… sekalian bawa proposal yang mau loe ajukin…” tiba-tiba si Gita dateng ngagetin.
“Hah??? Pak Dave??? Yaudah gue langsung ke sana…” kata Shilla langsung beranjak dengan terburu-buru.
“Shill loe mau ke mana??? Gue kan belum selesai ngomong…” kata gue sempet nahan langkah Shilla yang terburu-buru.
“Aduh Yo ntar ajah deh ngomongnya…. Gue lagi buru-buru nie di panggil Pak Dave..” kata Shilla langsung ngacir.
“Tapi Shill…” gue kecewa banget gagal ngomong ini…
“S***!!!! Masak gagal sih!!!!!!! Astaga!!!!! AGRHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” gue jengkel banget karena gagal ngomong persaan gue ini. tauk ahhh puyeng gue…. Mendingan gue baca-baca proposal aja deh…
Gue milih baca-baca proposal. Kira-kira 15 menit kemudian si Shilla dateng.
“Rio…” kata Shilla dateng terus nyapa gue.
“Shilla??? Uda kelar.” Kata gue masih bête sama kejadian tadi.
“Udah nie… dan gue punya kabar gembira nie…” kata Shilla dengan wajah berbinar-binar.
“Apa???” tanya gue nyoba nutupin kebetean gue.
“Proposal kita di terima Yo…. Gue seneng banget…” kata Shilla seneng dan langsung meluk gue. Josss banget waktu di peluk Shilla… rasanya deg-degan mampus. Gue speechless plus gugup.
“I,Iya Shill gue juga seneng…” kata gue speechless saat di peluk sama Shilla.
“Aduhh Yooo… sumpah yaa gue seneng banget rasanya…. Berkat saran loe tentang Yooo.. sumpah berkat saran loe… makasih yaa…. CUP…” ASTAGA Shilla nyium gue???!!! OMG gimana dengan muka gue nie??? Pasti jadi pink eh bukan langsung merah. Astagaaaaa… OH Tuhannn mimpi apa gue semalem??? Astaga!!! OMG…. Seorang Ashilla Zahrantiara cium gue. Catet CIUM gue!!! OMG!!!!!!!!!!!!!!!!!!
“Sh,Shil… e,elo ci,cium gu,gue???” kata gue gagap dengan muka merah dan megang pipi gue yang di cium sama Shilla.
“Opsss sorry gue kelepasan… Astaga Yoo Sorry banget… gue gak sengaja…Astaga.Astaga….” Shilla panic banget takutnya gue marah karena dia asal nyium gue padahal gue senengnya minta ampun bahkan kalau boleh gue mau minta lagi..hehehe…*ngarep*
“O,Oh gak papa kok… gue tahu loe gak sengaja… tapi gue seneng…” Opsss gue keceplosan.
“Apa??? Yo loe tadi bilang apa terakhir???” Kelihatannya Shilla gak begitu denger deh sama kata-kata gue terakhir. Untung dahh…. Bisa malu banget gue.
“O,Oh gak papa kok… gue gak bilang apa-apa… lupain aja…” kata gue ngeles.
“Ohh yaudah… tapi yang penting sekarang gue seneng banget Yoo… sekarang kita tingal nyusun acaranya aja. soalnya Pak Dave udah setuju…” Shilla kelihatan antusias. Sejenak gue lupain keinginan gue untuk ungkapin perasaan gue karena gue gak mau konsentrasi untuk pensi ini buyar Cuma karena gue ngungkapin perasaan ini. gue harus berkorban demi Shilla.
“Iya Shill kita harus semangat!!!!” kata gue semnagat.
“SEMANGAT!!!!” Shilla semangat banget.
***
Alvin P.O.V
Astaga kok gue kepikiran sama si Raissa ya??? Gue kebayang mukanya muluk. dia itu mirip sama Acha. gue gak bisa mungkirin kalau Acha itu udah meninggal tapi gue juga gak bisa mungkirin kalau Raissa itu mirip Acha dan Raissa itu bener-bener ngingetin gue sama Acha. sepanjang pelajaran gue gak bisa lupain wajah Raissa sampek-sampek Via heran sama gue karena gue ngelamun muluk, tapi gue Cuma bisa jawab gak papa kok… huft tapi apa sih yang sebenernya terjadi sama gue.
Daripada gue mikirin alasan yang buat gue mikirin Raissa mendingan gue datengin aja si raissa tapi buat ketemu Raissa gue harus bohong ke Via dulu.
-pulang sekolah-
“Vi, gue gak bisa anterin loe pulang ya…” kata gue ngeles ke Via.
“Loh emang kenapa?? Loe ada acara ya???” tanay si Via. Waktu itu gue lagi jalan berdua sepulang sekolah.
“E,E gu,gue ada urusan sih Vi… sorry banget yaa…” kata gue ngeles.
“Ohh gitu yaa… yaudah dehhh gak papa…” gue lihat wajah Via yang kecewa banget waktu gue bilang gak bisa anterin dia.
“Aduh say loe gak marah kan???” tanya gue mastiin kalau Via gak marah.
“Enggak kok… buat apa gue marah…” jawab Via mencoba tersenyum.
“Tapi kok muka loe kelihatan kecewa gitu sihh…” tanya gue.
“Hmmmm gue itu kayak gini soalnya gue bingung mau balik sama siapa…” kata cewek gue melas.
“Astaga say-say… itu tah… gue pikir loe marah sama gue…” kata gue sedikit lega.
“Enggak lah buat apa gue marah… tapi sekarang gue balik sama siapa coba???” tanya cewek gue makin melas.
“Hmmm bentar deh…” gue mikir nie siapa kira-kira yang bisa anterin Via balik. Rio, Ray, Iel, gak mungkin! Mereka kan tonti. Ozy gak mungkin juga! Soalnya si Ozy pasti naik motor sama Oik masak nanti Via di taruh di ban sih.. aduhh jangan donk dia kana yank kyu… Cakka sama Agni juga gak mungkin nanti kan mereka latihan basket mana mungkin di batalin orang Agni aja sampek rela ijin tonti Cuma karena ikut latihan basket. Berarti satu-satunya yang bisa Cuma Deva doank. Yap berarti gue minta tolong ke Deva aja.
“Apin loe kok ngelamun???” tanya Via bangunin gue dari lamunan.
“Gue tadi mikirin siapa kira-kira yang bisa anterin loe.” Jawab gue.
“Terus siapa???” tanya Via.
“Deva…” jawab gue.
“Woi Vin gue denger loe manggil nama gue.” Panjang umur juga tu anak bali baru di sebut sekali udah nongol tu orang. Mana dia denger lagi kalau gue sebut namanya. Buset dah ternyata bukan Cuma matanya yang gede tapi telinganya juga. Ckckckck…
“Pin kok kamu malah geleng-geleng lihatin Deva.” Tanya Via heran waktu gue geleng-geleng sendiri ngelihatin Deva.
“Iya nie… loe ngapa sih malah geleng-geleng lihatin gue???” tanya si telinga gede itu (Deva maksudnya)
“Abisnya elo baru sekali di sebut namanya udah nongol aje… ternyata bukan Cuma mat aloe yang belok tapi telinga loe juga peka banget.” Kata gue.
“Enak aja loe…” kata Deva gak terima.
“Hehehehe… JustKidding Brotha…” kata gue ngengir kuda ngalahin cengiran Ray.
“Udah ah,,, tapi BTW ngapa loe sebut-sebut nama gue??? Kangen loe…???” kata Deva kePDan.
“Idih najis Tralala deh gue kangen sama loe…” kata gue.
“Lah terus???” tanya si Deva lagi.
“Jadi gini Dev… gue mau minta tolong donk ke elo…” kata gue.
“Minta tolong apaan???” tanya si Deva.
“Loe bisa gak anterin Via balik??? Gue hari ini masih ada urusan di sekolah nie… loe bisa gak???” tanya gue.
“Aduhh Vin… gue gak bisa kan gue harus ikut kaderisasi buat persiapan lomba fisika.” Kata Deva yang buat gue sama Via kecewa.
“Yah Dev… masak gitu sih??? Terus si Via gimana nie??? Gue gak tega kalau dia pulang sendiri lagian dia kan gak begitu tahu Jogja.” Kata gue.
“Ya gimana lagi gue gak bisa Broo… mendingan loe minta tolong aja sama Iel…” kata Deva nyaranin.
“Aduhh mana mungkin… si Iel kan ngajar tonti… gimana sih loe...” kata gue.
“Wehh enggak ya… hari ini dia ijin kok… tadi waktu pelajaran dia cerita katanya dia lagi BT sama Ify jadinya dia gak mau ikut tonti takutnya dia tambah BT sama Ify.” Jelas si Deva.
“Hah??? Mank si Iel ada masalah ya sama Ify???” sambung Via.
“Kelihatannya sih gitu… tapi gue gak tahu kenapa mereka ada masalah. Si Iel gak mau cerita sih…” jelas Deva lagi.
“Emang boleh ya ijin ngajar tonti. Mank si Ray mbolehin???” tanya gue.
“Boleh kok tadi kan si Ray tahu kalau Iel lagi BT kayak apa…” jawab si Deva.
“Yaudah sekarang Iel mana???” tanya Via.
“Woyo ngomongin gue ya…” astaga selain Deva si Iel juga telinganya panjang yaa… tiba-tiba Iel dateng.
“Panjang Umur loe Yel, baru diomongin udah dateng…” kata Via.
“Tu kan kalian ngomongin gue…” kata Iel.
“Ehh Yel gue bisa minta tolong gak???” tanya gue langsung To The Point.
“Apaan??? Awas loe macen-macem.” Kata si Iel curiga.
“Kagak macem-macem kok orang Cuma satu macem.” Kata gue.
“Ya apaan???” tanya si Iel lagi.
“Jadi gini… gue bisa minta tolong loe anterin my princess gak???” pinta gue sambil ngerangkul My Princess Via.
“Ihh Apin apaan sih.. malu tahu…” kata Via malu saat gue puji.
“Yaudah gak papa kok… tapi gue godain sedikit gak papa kan…” kata si Iel ngegodain Via.
“Nie godain!!” kata gue kasih tangan gue yang udah gue kepalin persis di depan muka Iel.
“Ampun Kakakkkkkk…. Hehehehehe…” kata si Iel nyerah. Enak aja dia mau godain Via… gue gibeng mampus dah…
“Udah ahh gue udah capek banget nie… balin sekarang yok Yel….” Ajak si Via.
“Yaudah kita balik yuk Vi…” kata Iel mau menggandeng Via.
“Heh! Gak usah pakek gandeng-gandeng! Gue gibeng loe!” ancam gue.
“Ampun bos… hehehehehe.” Kata si Iel Cuma ngengir sambil pergi sama Via ninggalin gue sama Deva sendiri.
“Yaudah deh Vin gue ke lab Fisika dulu ya…” si Deva ikut ngacir juga.
“Ini saatnya gue nemuin Raissa.” Kata gue langsung ngacir nyari Raissa sebelum dia mulai MOS tonti.
Gue celingak-celinguk nyariin Raissa sampek akhirnya gue lihat dia lagi di taman sendiri. Gue langsung deketin dia.
“Hai…” sapa gue menyebelahi Raissa.
“Ehh Kak…” kata dia lupa nama gue.
“Alvin…” sambung gue.
“Oiya Kak Alvin…” kata Raissa.
“Hmm sendirian aja Cha…” kata gue.
“Cha??? Nama aku Raissa kak… Bukan Raicha…” kata Raissa gak suka gue paggil Cha.
“Opss sorry gue lupa… gue inget manggil loe Acha…” kata gue.
“Acha lagi-Acha lagi…” kata dia sebel.
“Maaf deh Raissa…” kata gue gak enak hati.
“Yaudah deh Kak gak papa kok…” kata Raissa. Sejenak kita berdua diem-dieman aja. gue terus natap wajah Raissa yang gak jauh beda sama Acha.
“Kak… Kakak ngapain ngelihatin aku terus.” Kata Raissa sadar sejak tadi gue mandangin dia.
“Acha…” kata gue sedikit berkaca-kaca.
“Acha lagi… aduh Kak nama aku itu Raissa…” kata dia kelihatan jengkel.
“Acha…” kata gue makin berkaca-kaca dan tanpa gue sadari beberapa air keluar dari mat ague.
“Kak Alvin… aku bilang….” Raissa gak nyelesain katanya dia malahan natap wajah gue yang udah berurai air mata.
“Acha…” makin banyak air mat ague keluarin.
“Kakak nangis???” tanya Raissa ke gue.
“Acha….” Cuma nama itu yang bisa gue sebut.
“Kak.. Kak Alvin… kakak kok malah jadi nangis???” gue ngerasain suara Raissa yang gak jauh beda sama Acha.
“Acha!!!!” kata gue langsung meluk Raissa. Untung aja waktu itu taman lagi sepi.
“Kak Alvin!!!” Raissa kelihatan kaget waktu gue langsung meluk dia. Tapi gue gak perduli.
“Acha… kenapa kamu pergi… kakak masih gak bisa lupain kamu… kembali sama Kakak… Oma, kakak sangat rindu sama kamu… Acha… kembali Acha…” gue nangis di pelukan Raissa.
“Kak aku bukan Acha…” kata raissa.
“Acha… kakak kangen sama kamu… kakak sayang sama kamu… Acha… Acha…” gue makin nangis dan memeluk Raissa.
“Kak Alvin sadar Kak ini aku Raissa bukan Acha…” kata Raissa.
“Bukan!! Kamu pasti Acha… Tuhan pasti udah bengkitin kamu kan…???? Acha....” kata gue masih dalam pelukan raissa.
“Kakak… mana mungkin ada orang yang bangkit dari kematian.” Kara raissa.
“Enggak kamu Acha… Kamu itu Acha!!! kamu gak bisa bohong sama Kakak… kakak tahu kamu Cha…” gue masik gak bisa hentiin tangisan gue.
“Kak Alvin… tatap mata aku…” kata Raissa lepasin pelukan gue dan maksa gue natap dia. Gue natap mata dia dengan lekat.
“Siapa aku Kak???” tanya Raissa.
“Acha…” jawab gue lirih.
“Lihat mata aku bener-bener… siapa aku??!!” tanya Raissa lagi.
“Acha…” jawab gue lirih.
“Lihat Kak! Perhatiin yang bener!” kata Raissa sedikit menggoncang badan gue.
“…” gua gak bisa jawab pertanyaan dia.
“Jawab kak… siapa aku???” tanya raissa.
“...” gue masih gak bisa jawab.
“Jawab Kak!” di sedikit bentak gue.
“Maafin gue Raissa… gue kalut…” kata gue bener-benet sadar kalau Raissa itu bukan Acha. setelah gue tatap mata Raissa ada yang beda dengan Raissa yang buat gue yakin kalau dia itu bukan Acha.
“Sekarang kakak udah yakin kan kalau aku ini bukan Acha… dan Acha itu udah meninggal.” Kata Raissa lembut.
“Iya Raissa… gue udah sadar… mungkin gue terlalu sayang sama Acha sampek gue ngotot kalau loe itu Acha. sekali lagi maafin gue Raissa…” kata Gue minta maaf.
“Iya Kak aku maafin kok… aku bisa ngerti perasaan kakak saat kehilangan saudara yang paling kita sayang.” Kata Raissa.
“Jadi elo juga pernah merasakan kehilangan yang sama???” tanya gue.
“Iya… saat kakak aku meninggal karena kecelakaan motor.” Kata Raissa.
“Kakak kamu meninggal???” tanya gue gak percaya.
“Iya kak… Kakakku yang bernama Kak Jonathan (ngarang.com) udah 2 tahun meninggal karena kecelakaan motor.” Jelas Raissa sedikit menahan kesedihan.
“Jadi kita ini memang senasib ya Raissa…” kata gue.
“Iya… tapi kak kalau boleh jujur kakak itu mirip sama kak Jonathan loh…” kata Raissa.
“Emang iya???” tanya gue mulai menghapus kesedihan.
“Iya kak… sifat cool kalian itu sama…” kata Raissa.
“Yaudah kalau gitu loe bisa anggap gue kakak loe…” kata gue tersenyum ke Raissa.
“Beneran kak???” kata Raissa kelihatan seneng.
“Iya… beneran.” Kata gue tersenyum.
“Makasih ya kak… kalau gitu sebagai gantinya Kakak juga boleh kok anggap aku sebagai adik Kakak…” kata Raissa tersenyum.
“Makasih ya Ssa… selain itu kalau kamu mau kamu bisa kok panggil aku Kak Jonathan atau apalah seprti kamu manggil kakak kamu itu.” kata gue yang buat Raissa makin seneng.
“Beneran Kak??? Berarti aku bisa panggil kakak dengan nama kak Nathan???” kata Raissa kelihatan seneng banget.
“Beneran kok…” kata gue ngeyakinin Raissa.
“Yaampun makasih ya kak… kalau gitu kakak juga boleh kok panggil aku Acha kayak Kakak panggil Almarhumah adik kakak.” Kata raissa yang buat gue seneng.
“Beneran???” gue seneng banget ngedenger itu.
“Iya Kak,,,” kata Raissa senyum lagi.
“Yaudah sekarang kita kakak adik. Kamu adik aku dan aku kakak kamu…” kata gue.
“Iya Kak Nathan…” kata Raissa pertama kali panggil gue dengan nama kakaknya.
“Iya Acha…” kata gue.
“Hehehehehe…” kita berduapun tertawa bersama. Tapi tawa kita terhenti saat panggilan tonti di kumadangkan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar