Cakka dan Agni memasuki ruangan yang dulu digunakan oleh pemilik rumah sebagai ruang makan.
“Cak.. kita di mana ini.” tanya Agni.
“Gue rasa ini di ruanng makan deh…” kata Cakka.
“Bener juga sihhh…” kata Agni melangkah kaki lebih masuk ke dalam.
“Ag… loe yakin mau masuk ke sana?” tahan Cakka.
“Iya lah.. udah masuk aja…” ajak Agni.
“Gilak nie tempat jorok banget sihh…” kata Cakka menyeka debu di meja makan dengan telunjuknya.
“Iya Cak banyak banget debunya.” Kata Agni yang juga menyeka debu di meja makan dengan telunjuknya.”
“Tapi Ag… tunggu dulu… sini dehhh… lihat ini.” kata Cakka menunjukan sesuatu yang dia ambil dari papan yang menempel di tembok untuk tempat benda-benda.
“Ini??? Ini kan Cuma kotak music usang.” Kata Agni.
“Bukan … loe lihat bener-bener dehhh… ada yang aneh sama kotak ini.” kata Cakka.
(Agni menganalisis kotak music itu) “Iya bener cak…!! Kotak Ini………………….”
HHHHHHH
Ray dan Keke memasuki ruangan yang dulu digunakan pemilik sebagai ruangan baca.
“Kak Ray… Keke takut baget nieee…” kata Keke yang sejak tadi menggandeng Ray terus.
“Udah kamu tenang aja… jangan takut ada aku di sini.” Kata Ray menenangkan Keke.
“Tapi Kak…” kata Keke ketakutan. Mereka terus melangkah lebih masuk ke ruangan itu. Tiba-tiba…
NGIK NGUK NGIK NGUK (kursi goyang yang ada di ruangan itu bergoyang sendiri *emang suaranya gitu ea?? Ahhh auk ahhh…* )
“HUWAAA kak Ray!!!!” kata Keke ketakutan dan langsung memeluk Ray erat banget.
“Keke… keke… kamu jangan takut… ada aku di sini. Mungkin kursi itu Cuma ketiup angin.” Kata Ray panic jga namun tetap mencoba menenangkan Keke.
“Tapi kak… Keke takut…” kata Keke masih memeluk Ray.
“Udah kamu tenang aja…” kata Ray yang ngomong sok jantan (emang Ray itu kalau sama Keke ngomongnya sok jantan tapi kalau uda sama temen-temennya koclok banget.)
BUKK… (salah satu buku terjatuh dari raknya dan terbuka)
“Huwa.. apa itu kak.” Kata Keke yang masih memeluk Ray sejak tadi.
“Bentar Ke…” kata ray melepaskan pelukan keke dan medekat ke Buku yang terbuka itu. Ray menyeka bagian buku yang terbuka itu dan menciumnya dengan hidungnya.
“Ini kan…..” kata ray keget menyadari benda itu bukan benda biasa.
“Itu apa kak…” tanya Keke yang mendekati ray.
“Lihat ini Ke…” kata ray menyiumkan telunjuknya yang tadi dia gunakan menyeka buku.
“Ini kan…………………………………..”
HHHHHHH
Ify dan Iel memasuki ruangan di lantai 2, tepatnya di ruangan yang dulu di gunakan oleh pemilik rumah sebagai salah satu kamar tidur.
Bukan tampang takut di wajah Ify namun terlihat tampang yang sebel karena Iel.
“U.uh… loe thu nyebelin banget yaa Iel… asal banget sih loe maksa-maksa gue. Loe pikir loe siapa gue??? Gue pikir loe itu baik sejak kejadian Zahra itu tapi ternyata loe tetep jadi cowok rese di mata gue.” Omel Ify yang mengikuti langak Iel.
“Bawel loe… udah mending gue jemput terus gue juga mau nemenin loe buat mencar.” Kata Iel datar.
“Aishhhh sapa juga yang mau di jemput ma loe??? Dan perlu loe catet yaaa… gue gak minta satu team ma loe…!” kata Ify tegas.
“Udah diem aja loe… kita itu sekarang di sini bukan buat ribut tapi buat nyari petunjuk tauk.” Kata Iel masih datar.
“Hu.uh… awas ya loe.” Kata Ify cemberut.
Tiba-tiba
“Awas!!!” kata Iel menarik Ify ke arahnya karena Ify nyaris saja kejatuhan kayu yang rapuh dari langit-langit ruangan. Otomatis Ify berada dalam dekapan Iel selama beberapa detik, jelas dalam hati Iel derasa DAG DIG DUG gak karuan tidak terkecuali Ify juga merasan hal yang sama.
“Ify… loe emang udah buat hidup gue berubah setelah Zahra.” Kata Iel dalam hati saat mendekap Ify.
“Astaga kalau kayak gini kok Iel kelihatan cakep yaaa… buset nie cowok….” Kata Ify dalam hati masih dalam pelukan Iel.
Beberapa detik berlalu Ify lebih dulu tersadar dari kejadian itu.
“Iuhhh… loe apa-apaan sihhh… peluk-peluk gue gak sopan banget sihh..” kata Ify.
“Ihhh loe tu yaaa… mending di tolongin… kalau gue gak tolongin loe… loe udah kejatohan kayu tauk.” Kata Iel gak terima sambil menunjuk pada kayu yang hampir jatuh di atas Ify.
“Ouwww… gitu… yaaa… maaf dehhh kalau gitu, gue gak tahu kalau maksud loe baik. Makasih yaaa…” kata Ify malu sendiri karena udah asal marahin Iel.
“Iye gue maafin kali ini.” kata Iel merasa menang dari Ify.
Mereka melanjutkan langkah mereka memasuki kamar itu lebih dalam. Semakin memasuki kamar itu aura menakutkan semakin kuat.
“Duhhh nyeremin banget sihh.” Kata Ify bergidik yang berjalan di belakng Iel.
“Sini loe..” kata Iel langsung menarik Ify dan mendekatkannnya pada dirinya.
“Iih apaan sih loe.” Kata Ify bela diri.
“Udah… katanya takut. Makannya jalannya jangan jauh-jauh dari gue.” Kata Iel dengan nada maksa. Tapi entah mengapa Ify gak berkutik saat di gandeng erat oleh Iel ia hanya bisa berdiam karena merasa nyaman berada di samping Iel.
WUSSSSS (terasa agin berhembus, dan angin itu mengantarkan sebuah benda yang teromang-ambing mengikuti arah angin)
Seeettt… dengan sigap Iel mengambil benda itu dan dia merasa kaget banget.
“Itu apa Iel???” tanya Ify yang bingung dengan benda yang di bawa Iel.
“Coba loe lihat ini…” kata Iel menunjukan benda itu.
“What???? Kok bisa ada benda kayak gini di Rumah Setua ini????” kata Ify kaget.
“Makanya itu gue bingung… kita harus tunjukin benda ini ke temen-temen.” Kata Iel.
HHHHHHH
Oik dan Ozy melangkah menuju ruangan yang dulu digunakan oleh pemiliknya sebagai dapur.
“Zy, aku takut banget nieee…” kata Oik yang terus nempel Ozy.
“Udah kamu tenang aja yaaa… kann ada aku di sini….” Kata Ozy menenangkan Oik.
Mereka terus memasuki ruangan dapur yang napaknya sering di pakai oleh orang.
“Zy… kok ruangan ini aneh yaaa????” kata Oik.
“Iyaaa… gue juga ngerasa aneh banget.” Kata Ozy.
“Bayangin deh, ini kan rumah tua kok dapurnya kelihatan sering di pakai gini ya…” kata Oik memeperhatikan sekitar.
“Iya bener banget kata kamu Ik.” Kata Ozy juga memperhatikan sekitar.
“Jangan-jangan bener kata Alvin ma Via kalau rumah ini ada yang nempati dan rumah ini di gunakan untuk markas sindikat narkoba lagi.” Kata Oik.
“Kalau emang bener gitu, kita harus hati-hati.” Kata Ozy.
“Astaga Ozyy… lihat itu.” Kata Oik menunjuk suatu barang.
“Apa????? Astaga ini gak mungkin!!!!!” kata Ozy gak percaya.
“Kita harus bawa benda itu dan tunjukin ke temen-temen.” Kata Oik mendekat pada benda itu.
“Hati-hati Ik.” Kata Ozy memperingati.
“Iya tenang aja.” Kata Oik mengambil benda-benda itu.
HHHHHHH
Shilla dan Rio berjalan memasuki halaman belakang yang Nampak gersang banget. Wajah Shilla kelihatan beda banget seakan dia menatap banya mata di situ. Shilla seakan bebisik dalam hati dan berbicara dengan orang yang cukup banyak.
“Shill loe kenapa kok kelihatan aneh banget.” Tanya Rio yang bingung melihat tingkah aneh Shilla tadi.
Shilla hanya diam penuh tatapan aneh.
“Shill, loe jangan buat gue takut donk. Gue jadi takut nie sama loe…” kata Rio begidik.
“Tolong jangan ganggu gue dulu Yo… gue lagi berusaha….” Kata Shilla mengantungkan kata-katanya dengan misterius.
“Berusaha??? Berusaha apaan??? Ayolah Shill kita pergi dari sini aja yukk…” ajak Rio yang sudah mulai ketakutan dengan tingkah Shilla.
Shilla tidak menjawab, dia hanya menatap Rio dengan tatapan misterius.
“Shill… kok loe natap gue kayak gitu.” Kata Rio ketakutan.
Shilla kembali menatap luas halaman dan mulai bertingkah aneh lagi.
“Shillaa…” panggil Rio.
Shilla terus berkonsentrasi.
“Shill… Shilla… Ashilla…” panggil Rio lagi.
Shilla masih diem.
Tiba-tiba…
“ARGHHH…” teriak Shilla seakan mendapat dorongan yang membuatnya terjatuh ke belakang.
“Shill… loe kenapa????” tanya Rio pada Shilla yang terjatuh.
“Gue gak kuat Yo… gue gak kuat. Ini terlalu kuat buat gue.” Kata Shilla seakan ketakutan sendiri.
“Kuat??? Kuat apa sih Shill.” Tanya Rio bingung.
“Gue gak kuat. Kita harus cari temen-temen dan keluar dari sini. Secepatnya.” Kata Shilla ketakutan.
Shilla dan Rio langsung beranjak dari halaman belakang.
HHHHHHH
Deva sama Acha memasuki kamar lain dari rumah itu.
Deva masih aja bingung kenapa juga Acha milih jalan sama dia ketimbang sama Alvin kakak Acha sendiri.
“Cha…” panggil Deva sedikit ragu.
“Ya…” jawab Acha.
“Gue boleh tanya gak???” tanya Deva ragu.
“Tanya??? Tanya aja kak.” Kata Acha.
“Hmm… kok loe milih jalan sama gue sih ketimbang sama kakak loe sendiri???” tanya Deva.
“Bukannya kakak tahu alasan aku???” kata Acha.
“Jadi karena Via???? Kamu yakin mau Alvin sama Via???” tanya Deva seakan masih ragu sama keputusan Acha.
“Buat apa ragu kak?” Acha malah balik tanya.
“Ya… kan loe tahu kalau Alvin gak bisa pacaran dulu.” Kata Deva.
“Komintmen itu?! Makannya ku ajaj kakak, sekalian mau minta tolong ke kakak untuk keluarin kak Alvin dari komitmen itu.” Kata Acha.
“Tapi itu gak mungkin Cha… gank itu yang buat Alvin.” Kata Deva.
“Gak ada yang gak mungkin kak.” Kata Acha.
“Tapi kan Chaaa…” kata Deva seakan masih gak percaya sama permintaan Acha yang gak mungkin dia kabulkan.
“Udahlah kak… aku percaya kok sama kakak.” Kata Acha menyunggingkan senyumnya sekaan memohon pada Deva.
“Acha gue itu….” Kata Deva belum selesai berbicara namun ditahan oleh ucapan Acha.
“Tunggu kak… kakak lihat ini deh.” Kata Acha yang mengambil barang yang berada di kasur dan memberikannya pada Deva.
“Astaga????!!!! Kok barang kayak gini bisa di sini???” tanya Deva kaget.
“Kita harus beritahu ini sama yang lain.” Kata Acha.
“Iya… gue setuju.” Kata Deva.
HHHHHHH
Alvin dan Via memasuki ruangan yang sebelumnya pernah mereka masuki.
Alvin melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu.
“Tunggu Vin.” Kata Via mencegah Alvin sambil mengambil sesuatu di tasnya.
“Apa Vi???” tanya Alvin menahan langkahnya.
“Akan lebih baik kalau kita pakek ini.” kata Via menunjukan handycam yang dia bawa.
“Handycam??? Buat apaan??” tanya Alvin bingung.
“Cepz… gak kreatif loe Vin… kalau kita rekam semua kejadian, rekaman ini bisa jadi bukti untuk orang yang ada di luar terutama polisi kalau benar rumah ini di jadiin markas pengedar.” Jelas Via.
“Wahhh… pinter juga loe… gak nyangka gue.” Kata Alvin salut.
“WOhhh… ya jelas Via pinter… siapa dulu… VIA…” kata Via narsis.
“Yaudah lahh mendingan sekarang kita masuk dan cari benda itu.” Kata Alvin mengajak via.
Alvin dan Via memasuki ruangan itu. Via terus aja ngerekam handycam tanpa liat hasilnya kerena Via juga harus konsentrasi mencari barang yang sebelumnya dia temukan sama Alvin.
“Loh Vi… kok barang itu gak ada lagi sihh…” kata Alvin bingung.
“Iya kok gak ada sihhh…” kata Via yang juga bingung.
“Sabar Vi… kita harus pelan-pelan carinya.” Kata Alvin.
“Iya gue juga lagi sabar nie.” Kata Via yang mecari barang yang di maksud.
Setelah beberapa menit mereka akhirnya menemukan barang itu juga.
“Dapet.” Kata Alvin.
“Loe dapet Vin??? Mana???” tanya Via.
“Ini.” kata Alvin.
“Bagus. Sekarang kita harus temuin temen-temen.” Kata Via.
HHHHHHH
Nah mereka semua dapet barang-barang yang aneh. Tapi apa???? Dan apa hubungannya sama misteri rumah tua ini???? terus apa maksud perkataan Shilla???? Apa mereka bakalan bisa keluar dari rumah tua itu???? Maybe Yes maybe no!
Oke daripada penulis banyak cingcong kita lanjutin aja ceritanya.
HHHHHHH
Alvia, Rayke, Fyel, Yoshill, DevCha, Okzy, Cagni sama-sama menuju tempat mereka berpisah dan merekapun tiba secara bersama-sama membawa barang yang sama-sama mereka temuin kecuali Shilla yang Nampak lemas dan jalan dipapah oleh Rio.
“Loh Shill… loe kenapa???” tanya Iel yang bingung dengan wajah pucat Shilla.
“Gue gak papa kok. Mendingan sekarang kalian kumpulin aja barang yang kalian temuin.” Kata Shilla lemas.
“Oke kalau gitu sekarang kita kumpulin barang-barang ini.” komando Alvin.
“Gue sama Agni nemuin kotak music penuh ganja di dalam mesinnya.” Kata Cakka meletakan barang taruhanya di tengah-tengah mereka semua.
“Gue sama Keke nemuin buku using ini. tapi dalam buku ini banyak narkoba yang di selipin perhalaman.” Kata Ray melakukan hal yang sama dengan Cakka.
“Gue sama Ozy nemuin bahan makanan yang kelihatannya masih baru dan seger.” Kata Oik melakukan hal yang sama seperti Cakka dan Ray.
“Gue sama Acha menuin pakaian yang masih kelihatan baru dan kelihannya juga baru-baru ini pernah di pakek sama orang.” Kata Deva melakukan hal yang sama dengan Ray, Oik, Cakka.
“Kalu gue sama Via berhasil dapetin gambar rumah ini dan barang yang kemarin gue bilang.” Kata Alvin melakukan hal yang sama seperti teman-temannya.
“Nah kalau gue nemuin koran ini. aneh nya koran ini bertuliskan bulan ini dan isi berita utamanya itu tentang pengedar narkoba keji yang kabur dari tahanan dan sekarang masih menjadi buronan.
“Apa???? Jadi bener!! Kalau gitu kita dalam bahaya!” kata Alvin.
“Iya kita dalam bahaya!” kata Via.
“kita gak bisa nanganin ini sendiri. Kita harus minta bantuan.” Kata Agni.
“Gue rasa kita harus segera pergi dari sini.” Kata Shilla yang akhirnya angkat bicara juga.
“Bener.” Kata mereka semua Nampak kekutan. Dan bergegas untuk pergi namun langkah mereka tertahan oleh bentakan dari orang lain.
“TUNGGU KALIAN GAK AKAN BISA KELUAR!!!!” tahan seseorang yang sudah menodong mereka dengan pistol dan di belakang orang itu ada teman2nya yang kelihatan sadis. Ternyata semua gerak-gerik mereka sudah di ketahui penjahat.
“KYAAAAA…” teriak mereka sama-sama.
“Kalian tikus-tikus kecil gak akan bisa keluar dari sini. Karena kalian udah tahu tentang kami maka kalian gak akan selamat keluar dari sini.” Ancam orang itu dan gerombolannya yang ternyata adalah seorang penyelumdup narkoba yang di makud adalan korang yang di temukan oleh Iel.
“Oooo… jadi bener kalau kalian ini penjahat.” Kata Alvin berani walaupun dia dan teman2nya sudah terpojok oleh todongan pistol.
“Heh anak sipit! Berani juga kamu bicara kayak gitu.” Kata penjahat lainnya.
“Kita gak takut!!! Kita ini benar!!!!” kata Iel yang gak kalah beraninya.
“Dasar ya kalian ini diambang kematian kalian masih aja sok berani. Ckckckckck..” kata penjahat yang lainnya.
“Udah cukup gak usah basa-basi lagi. Kalian akan saya bunuh dengan segera. Jadi cepet bilang kata2 terakhir dari kalian.” Kata penjahat pertama.
“Tunggu dulu donk. Kan kita bareng-bareng jadi kata2 terakhir kita harus kompak. Jadi ijinin kita buat rembukan dulu apa kata2 terakhir kita.” Kata Ray konyol padahal dalam hatinya dia memiliki rencana.
“Aishh Ray… loe thu udah tahu diambang kayak gini masih aja becanda.” Bisik cakka pada ray.
“Udah deh loe diem aja. Gue punya rencana.” Kata ray balik berbisik.
“Hmmmm… oke! Karena kita lagi berbaik hati. Kita ijinin kalian untuk rembukan dulu. Tapi awas kalau macem2.” Kata penjahat pertama.
“Oke kalau gitu.” Kata ray langsung mengajak mereka rembukan. Mereka membuat lingkaran dan saling merangkulkan tangan pada bahu sebelah dan merekapun berdiskusi.
“Oke… di sini gue punya rencana.” Kata ray.
“rencana apa??? Buruan kita diambang maut nie.” Kata Agni penasaran.
“Jadi gini. Saat gue bilang kata ‘permohonan kita’ kita semua lari dan narik pasangan masing-masing kayak tadi dan kita semua mencar buat ngecoh mereka. Dan siapapun yang bisa keluar lebih dulu mereka harus cari bantuan.” Usul ray.
“Hmmm gue setuju. Gue rasa itu ide yang cukup bagus.” Kata Alvin menyetujui yang disambut anggukan dari teman lainya yang menyatakan setuju juga.
“Heh! Udah belum.” Tanya penjahat ke 2.
“Udah kok mas penjahat tenang aja.” Kata ray konyol.
“Jadi apa permohonan terakhir kalian????” tanya penjahat pertama.
“Perhohonan kita…” kata ray.
“KYAAAAAAAAAAAA…” mereka semua langsung aja teriak dan menerobos ke 3 penjahat tadi lalu kabur kocar-kacir yang mambuat pajahat itu bingung dan kelabakan. Tapi begoknya Ray salah narik orang. Hayo kok bisa???? Njuk sapa yang di tarik Ray????
Mereka semua kocar kacir gak karuan dan mencar untuk ngecoh penjahat. Ketiga penjahat itu juga mencar untuk nyari mereka semua.
Ray salah narik orang. Harusnya Keke yang di tarik Ray tapi malah cewek lain yang di tarik ray. Mereka berdua berlari sampek ruang yang dianggep mereka aman.
“Hosh.hosh.hosh. akhirnya aman juga.” Kata ray masih menggandeng orang itu.
“Hosh. Hosh.hosh. capek banget rasanya.” Kata cewek yang digandeng Ray.
“Iya nie capek banget, tapi yang penting kita aman.” Kata ray menoleh kea rah cewek itu.
“Hah??? ACHAA??? Kok bisa kamu???” kata ray kaget saat mendapati orang yang dia gendeng adalah Acha.
“Kak Ray???” kata Acha gak kalah kagetnya.
“Loh.Loh.Loh kok aku bisa narik kamu??? Keke mana??” kata ray kebingungan.
“Nahlo… mana Acha tahu. Abis kakak asal narik sih…” kata Acha.
“Kok loe gak bilang kalau loe Acha waktu gue narik loe???” tanya Ray malah menyalahkan.
“Ya mana Acha tahu, orang tadi semua pada kocar-kacir lagian juga kan Acha kira yang narik Acha kak Deva.” Kata Acha.
“Astaga!!! Jadi gue salah narik gitu.” Kata Ray menepuk keningnya sendiri. Acha Cuma bisa diem walaupun dia juga bingung.
“Hei tikus-tikus nakal… kalian gak akan bisa lari dari kita.” Terdengar suara panjahat ke 3 yang berada dekat dengan Ray dan Acha.
“Mampus kita hampir ketawan.” Kata Acha.
“Ayo kabur.” Kata Ray menarik Acha kabur.
Secara Acha di tarik sama Ray, jelas Deva bakalan narik Keke. Mereka juga sama gak nyadarnya kalau mereka itu salah narik orang.
“Hosh.hosh.hosh… Sumpah gue capek banget. Loe gak papa kan Cha…” kata Deva yang kuatir penyakit Acha kumat karena kecapean lari.
“Acha???” kata Keke bingung mendengar orang yang dia anggap ray itu memanggilnya Acha.
“Loe gak papa kan Cha.” Kata Deva menoleh ke Acha.
“Kak Deva??!!!” kata Keke yang baru menyadari kalau orang yang menariknya bukanlah Ray tapi Deva.
“Haik…! Keke??? Kok loe ada di sini???” tanya Deva bingung mendapati orang yang dia tarik bukanlah Acha tapi Keke.
“Harusnya Keke donk yang tanya ke Kakak… kok kakak bisa narik Keke. Dan terus yang di tarik kak Ray siapa coba.?” Kata Keke bingung sambil garuk2 kepalanya yang gak gatel.
“Nahlo bukannya tadi Ray udah narik cewek yaaa… dan gue pikir itu elo, tapi kok sekarang loe ada di sini?” kata Deva gak kalah bingungnya.
“Berarti kak ray malah narik Acha donk.” Kata Keke cemberut+cemburu.
“Emang kenapa kalau Ray narik Acha? Kok muka loe jadi berubah merah gitu sih gara-gara ray narik Acha?” tanya Deva bingung melihat perubahan wajah Keke.
“O.o.o.. Engg..ggg..ggaaa..gggaaakkk kok kak… Keke gak kenapa-kenapa.” Kata keke ngeles.
“Bohong. Loe suka kan sama Ray?” kata Deva curiga.
“Hah??? Enggak kok kak…” kata Keke ngeles.
“Gue gak percaya.” Kata deva malah makin gak percaya.
“Udah lah terserah kakak juga… lagian Kakak juga suka kan sama Acha??? Udah ngaku aja.” Kata Keke malah balik menyerang perkataan Deva.
“hah??? Gu.gu.gue… gak suka kok sama Acha… ngacok loe..” kata Deva ganti ngeles.
“Cepz… udalah kak kita itu sama-sama munafik tauk.” Kata Keke.
“Maksud loe???” tanya Deva gak donk.
“Trap..Trap..” terdengar langkah kaki penjahat ke 2 yang berada dak jauh dari merek.
“Shuttt… diem… mereka mendekat.” Kata Keke.
“yaudah kita kabur.” Kata Deva menarik Keke kabur.
Iel dan Ify ngacir bareng sama Cakka dan Agni.
“Hosh.hosh.hosh.hosh. kita udah lumayan aman nie.” Kata Iel terengah-engah.
“Iya nie… gue rasa tempat ini lumayan aman.” Kata Ify dengan ngos-ngosan.
“Cak… loe apa-apan sihhh dari tadi nglendotin gue muluk. Cemen banget loe.” Protes Agni pada Cakka yang nglendotin Agni ketakutan sejak tadi.
“yah Agni gue ka takut.” Kata Cakka dengan nada kettakutan.
“Udah ahhh lepasinnn…. Risih gue.” Kata Agni melepaskan pegangan cakka.
“Aduhh Agni… loe gitu amet sihhh…” kata Cakka ketakutan.
“Ihhh Cak… loe cemen banget sihhh… malu gue jadinya punya temen kayak loe..” kata Iel yang ikut risih melihat tingkah Cakka yang penakut banget.
Tiba-tiba…
Cit cit cit cit…(para tikus berlarian kalang kabut yang membuat cakka kaget setengah mampus dan keceplosan ngomong sesuatu)
“Kyaaa… Ampunnn… gue masih mau hidup gue belum mau mati. gue belum kawin.. gue belum dapet pacar. Dan gue belum sempet ungkapin perasaan gue ke agni.” Kata Cakka ketakutan banget karena ngira tikus tadi adalah penjahat. Iel, Ify terutama Agni cengo dan bengong mendengar kata-kata Cakka terutama kata-kata cakka yang bilang kalau dia belum sempet ungkapin perasaanya ke Agni.
“Ca.ca..caa..cakkk…kkkaaa…” kata Agni gagap.
“Loe bilang apa cak???” kata Iel yang kaget banget mendengar kata-kata terakhir Cakka.
“Ooopsss…” kata cakka langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
“Cak! Loe ngomong apa!!! Loe mau ingkarin komitmen The Jomblo!.” Kata Iel sedikit emosi.
“Gu…guu..guuuee… bu..buu..kkk..kkkaa…aannnn gitu Yel… gu.gu.gu.guee.” kata Cakka gagap dan gak tahu mau ngomong apa yang jelas dia udah ngelakuin hal terbodoh dalam hidunya.
“Pecundang loe Cak…!!!” Iel tambah marah dan sedikit mendorong Cakka. Di situ Cakka malahan emosi karena gak terima di gituin sama Iel.
“Heh! Loe gak usah sok suci dehhh…. Loe juga pecundang dan munafik kayak gue..!!!” kata Cakka terbawa emosi dan membalas mendorong Iel.
“Gue!!???? Enak aja loe.” Kata Iel gak terima.
“Alah… Muna loe Yel. Loe juga suka kan sama Ify??? Ha???!!! Iya kan??? Gak usah bohong loe… gue lihat waktu loe natap Ify dengan tatapan yang beda.” Kata Cakka emosi.
“Apa yel?!! Loe suka sama gue???” kata Ify kaget, sedangakn Agni masih aja bengong.
“Apa loe bilang. Anjrit loe… jaga tu mulut.!” Iel malah ngotot.
“Ahhh SHIT loe! Gue sama Loe itu sama-sama munafik. Jadi jangan bilang gue munafik kalau loe juga muanafik!” cakka gak kalah nyolotnya.
“Sialan loe.” Kata iel nyaris menghantam Cakka namun di tahan oleh Agni.
“Cukup!! Ini bukan waktunya kita berantem. Sekarang itu saatnya kita mikir gimana cara kita bebas dari sini.” Kata Agni melerai dan mencoba menutupi ke kagetannya akibat omongan Cakka tadi.
“Agni bener lebih baik sekarang kita cari jalan keluar yang tepat.” Kata Ify juga mencoba menutupi kekagetannya akibat perkataan Cakka tentang Iel.
“SHIT.” Kata Iel menjatuhakan genggaman tangannya yang nyaris menghantam Cakka sambil menahan emosi. Cakka Cuma bisa diem karena jujur aja Cakka itu di The Jomblo paling takut sama Iel karena Iel itu galaknya bukan main.
“Mendingan sekarang kita cabut aja dari sini. Kita gak boleh lama-lama di sini. Kalau penjahat itu nemuin kita bisa berabe nanti.” Kata Ify menenangkan keadaan. Dan mengejak mereka semua untuk pergi dari tempat itu.
Shilla dan Rio terus berlari hingga Shilla menhentikan langkahnya dan kembali bersikap aneh.
“Tunggu Yo…” tahan Shilla memulai tingkah anehnya.
“Apaan Shill???? Kita ini harus segera cari jalan keluar.” Kata Rio beehenti dan menengok kea rah Shilla yang berada di belakangnya.
“Siapa kamu???!!!!” tanya Shilla aneh.
“Gue???? Buat apa loe tanya kayak gitu ke gue?? Udah lah gak usah bercanda lagi Shill buruan kita itu harus segera cari jalan keluar.” Kata Rio bingung.
“Siapa kamu???!!! aku bilang siapa kamu???” tanya Shilla aneh lagi dan berjalan mendekat.
“Shill… loe apa-apaan sihhh…. Gue jadi ngeri nie ma… loe… loe gak lagi kesurupan kan… gue Rio…” kata Rio ketakutan karena Shilla berjalan kearahnya.
“Siapa kamu???” kata Shilla terus berjalan dan melewato Rio.
“SHILL… loe kenapa sihhh???” tanya Rio menahan langkah Shilla.
“Lepasin gue Yo… gue harus tahu siapa dia dan punya maksud apa dia ke sini…” kata Shilla.
“Dia siapa???” tanya Rio.
“DIA.” Kata Shilla menunjuk ke satu sudut ruangan itu.
“Siapa sihh… orang gak ada siapa-siapa juga.” Kata Rio ngeri sambil melihat sekitar.
“Loe mau lihat???” tanya Shilla.
“Lihat apa???” tanya Rio makin bingung.
“Ya… loe mau lihat gak???” tanya Shilla lagi.
“Yaa.. udah lah gak papa.” Kata Rio sedikit ragu.
“Oke kalu gitu loe pejemin mat aloe dan loe berdoa sesuai kepercayaan loe.” Kata Shilla.
“Ya…” kata Rio mulai memejamkan matanya.
“Gue mohon loe konsentrasi dan setelah gue suruh loe buka mata loe, gue mohon jangan kaget sama apa yang bakalan loe lihat.” Kata Shilla mengelapkan telapak tangannya pada muka Rio.
“Sekarang loe buka mata loe.” Perintah Shilla diikuti oleh Rio yang membuka matanya perlahan.
“ASTAGA!!!!!” Kata Rio kaget melihat sesosok remaja dengan wajah yang pucat layaknya mayat yang berada pada sudut ruangan yang di tunjuk oleh Shilla lagi.
“Udah loe gak usah takut… gue yakin dia baik kok.” Kata shilla menennagkan Rio yang kaget.
“Iya… gue bakalan tenang.” Kata Rio mencoba tenang.
“Sekarang gue tanya lagi siapa kamu?” tanya Shilla pada sosok tadi.
“Gue… Iley… gue tinggal di sini…” kata sosok itu dengan nada yang menyeramkan.
“Loe baik?” tanya Shilla.
“Yaaa… gue di sini mau bantu kalian dan gue juga mau minta bantuan ke kalian.” Kata sosok itu yang ternyata penunggu rumah itu yang tak lain adalah anak dari pemilik rumah ini dulu yang meninggal di rumah itu.
“Bantuan??? Bantuan apa???” tanya Shilla.
“Gue sengaja tarik kalian untuk datang ke sini agar kalian bisa bantuin gue.” Kata Iley.
“Owhhh… jadi elo emank sengaja tarik kita semua yaaaa… gue udah duga itu…. Tapi kenapa loe pilih kita.” Tanya Shilla.
“Gue yakinnn… Cuma kalian yang bisa bantuin gue… dengan persahabatan kalian gue yakin kalian bisa bantuin gue.” Kata Iley.
“Bantuin apa?” tanya Rio nimbrung. Iley tidak mau menjawab.
“Shutt… loe jangan ngomong apa-apa begok… hantu ini gak mau di ajak omong sama orang lain selain gue. Dia gak ngerti bahasa loe. Dia Cuma bisa ngerti bahasa gue.” Kata Shilla.
“Upsss… sorry… gue kira… gue bisa berkomunikasi juga sama dia.” Kata Rio.
“Shuttt… udah dehh loe diem aja.” Kata Shilla. Rio pun diem.
“Oke gue minta maaf karena kelancangan temen gue.” Kata Shilla.
“Iya… gue maafin…” kata Iley lemas.
“Sekarang mau loe apa??? Kenapa loe bawa kita ke dalam situasi kayak gini?” protes Shilla.
“Gue mau kalian semua bantuin gue untuk bisa mengusur Bandar narkoba itu dari rumah ini. gue mau tenang.” Kata Iley.
“Tapia pa yang buat loe yakin kita bisa bantuin loe dan gak akan terjadi apa-apa sama kita semua???” tanya Shilla.
“Karena gue berjanji.” Kata Iley.
“WOIII tikus-tikus nakal… kalian gak akan bisa kabur dari kita.” Tiba-tiba terdengar suara penjahat ke 2 yang semakin dekat dengan keberadaan Rio dan Shilla. Saat terdengar suara penjahat itu tiba-tiba Iley menghilang.
“Iley…” kata Shilla yang kaget melihat Iley menghilang.
“Shuttt Shill jangan teriak-teriak…. Kita harus segera kabur dari sini.” Ajak Rio.
“Tapiii Yo… ini belum selesai.” Kata Shilla.
“Udah itu gampang…” kata Rio langsung menarik Shilla kabur dari tempat tadi.
Oik dan Ozy lari terus tanpa henti mereka Cuma muter-muter gak jelas. Mereka gak berani untuk berhenti mereka Cuma bisa lari dengan ketakutan.
Via dan Alvin terus aja lari sampek mereka berhenti pada suatu tempat yang mereka anggep aman.
“Hosh… Hosh… Hosh…” kata Via kelelahan.
“Hosh… Hosh… Hosh…” kata Alvin yang juga kelelahan.
“Busettt… capek banget nieee…” kata Via.
“Acha lari kemana yaaa…” kata Alvin masih sempat memikirkan adiknya itu.
“Udahlah Vin… loe tenang aja… gue yakin siapapun yang narik Acha tadi pasti bakalan jaga Acha.” Kata Via menenangkan Alvin.
“Harusnya gue gak usah ajak Acha ke sini. Tempat ini terlalu berbahaa buat Acha… gue bener-bener nyesel banget ajak Acha ke sini.” Sesal Alvin.
“Udah lahhh Vinn… jangan pernah loe sesali apa yang udah loe perbuat.” Kata Via kembali menenangkan Alvin.
“Tapii Vii… gue kuatir dan gue punya firasat buruk tentang Acha. Gue itu memang bukan kakak yang baik buat dia” Kata Alvin menyesali keputusannya mengajak Acha.
“Vinn… gue mohon… loe jangan pernah berfikir kayak gitu… gue yakin loe itu kakak yang paling baik banget buat Acha.” Kata Via membelai pipi Alvin dengan lembut.
“Viii… loe memang paling bisa ngertiin gue.” Kata Alvin memegang lembut tangan Via yang telah membelai pipinya.
“Upsss maaf ya Vin… gue gak sengaja megang pipi loe.” Kata Via kaget saat Alvin memegang tangannya dan ternyata Via gak sadar kalau dia itu barusan membelai pipi Alvin. Begitu juga Alvin yang gak sengaja memegang tangan Via.
“Upsss… gue juga minta maaf… gue gak sengaja megang tangan loe.” Kata Alvin salting dan wajahnya sedikit memerah.
“Iya… gue juga minta maaf lagi.” Kata Via salting dan wajahnya juga memerah.
“BAGUS… BAGUS… Drama SMA yang bagus banget itu. Tapi drama itu akan segera berakhir saat aku tarik pelatuk pistol ini.” Kata penjahat pertama yang ternyata sejak tadi menyadari keberadaan Via dan Alvin.
“KYAAAAA!!!!” kata Via dan Alvin kaget dan terpojok.
“Kalian gak bisa kemana-mana sekarang.” Kata penjahat itu.
“Vi… saat gue bilang lari. Kita berdua harus lari.” Bisik Alvin lirik saat mereka terpojok.
“Iya…” kata Via.
“1…2…3… LARIIII…” kata Alvin langaung lari diikuti oleh Via. Mereke menerobos penjahat itu dan Via sempat menendang ‘barang’ penjahat itu untuk mematikan pergerakan penjahat itu. Via dan Alvin lari sambil begandengan.
Suasana di rumah tua itu semakin seru. Mereka semua berlari kocar-kacir. RaCha dan IkZy berlari dan bertemu di satu titik namun dititik itulah mereka dikejar-kejar oleh penjahat ke3. DevKe dan Yoshill juga bertemu di satu titik dan di titik itulah mereka di kejar-kejar oleh penjahat ke2 sedangkan Alvia, Fyel, dan Cagni juga bertemu di satu titik dan di titik itu jugalah mereka dikejar-kejar oleh penjahat pertama.
Mereka saling kejar-kejaran kayak di film Scooby doo… tahu kan???? Nah gak usah di jelasin ya… pokoknya thu mereka muter-muter gak jelas, kejar-kejaran… masuk ruangan sana, ruangan sini. Teriak gini teriak gitu. Lari sana lari sini. Pokoknya mereka kejar-kejaran kayak di film Scooby doo
“KYAAA”
“HUWAA”
“LARIII”
“KABURRR”
Teriakan kayak gitu udah menggema di rumah tua tsb.
Sampai pada akhirnya mereka SEMUA bertemu juga di satu titik namun pada titik itu mereka malah tepojok oleh ketiga penjahat yang sama-sama membawa pistol.
“NAHHH… Tikus-Tikus kecil… kalian gak bisa kabur lagi sekarang.” Ancam penjahat itu saat mereka SEMUA terpojok.
“Ampunnn… pak penjahat… saya belum kawin…” rengek Cakka kayak anak kecil.
“Ihhh.. apa-apaan sih loe Cakk… malu-maluin aja.” Kata Agni lirih dan menyenggol Cakka.
“Ihhh emang bener kok… gue belum mau mati taukkk…” kata Cakka.
“UDAH jangan pada bawel kalian.” Kata penjahat ke 3.
“Ampunnn pak penjahat….” Kata Ray ikut-ikutan merengek.
“Udahhh jangan banyak cingcong boss… tembak aja langsung.” Kata penjahat ke 2 pada penjahat pertama.
“Bawel loe.. nie gue juga mau nembak begok.” Kata penjahat pertama.
“Huwaaaa…” mereka semua berteriak saat penjahat itu makin mendekat.
“Kita Cuma punya satu cara… kita harus serbu mereka.” Usul Alvin lirih.
“bener itu. Kita harus serbu mereka.” Kata Via lirih.
“Oke dalam hitungan ke3 kita serbu mereka.” Kata Alvin.
“1…2…Tiiiiigaaaaaa … Serbuuuu…” perintah Alvin.
“mereka semua menyerbu pejahat itu. Mereka memukuli penjahat itu.
“Uhh… mampus loe… mampus loe…” kata Ray, Deva, Cakka, dan Ozy menaiki badan penjahat ke 3 dan menggebukinya.
“Ihh… rasain ni..” kata Keke, Acha, Oik dan Ify yang menancap nancapkan paku payung pada kaki penjahat ke 2.
“Bukkk…Dukk…Buokkk…” Agni, Iel, Alvin, Rio, Via dan Shilla mengeroyok penjahat pertama.
Mereka semua mengeroyok penjahat-penjahat itu.
“Udah… mendingan sekarang kita cabut aja. Mumpung penjahat ini lagi K.O.” kata Alvin.
“Iya kita cabut aja. Terus hubungin polisi.” Kata Cakka diikuti anggukan dari temen-temennya dan gerakan temennya yang menjauhin penjahat itu yang udah babak belur. Namun Ray masih saja menaiki panjahat ke 3 dan menggebukinya.
“Uhhh… rasain loe.. rasain nie…” ray masih asik nggebuki penjahat yang udah K.O itu.
“Ray… ayooo burun kita cabut…” ajak Ozy.
“Ntar dulu gue masih belum puas gebukin penjahat ini. Rasain nie.” Kata Ray masih nggebukin penjahat itu.
“Udahlah Ray buruan.” Bentak Iel.
“Iye.iye.” kata Ray beranjak namun dari situlah musibah di mulai. Saat Ray hendak bejalan menuju teman-temannya ternyata penjahat pertama tidak K.O dan dia mencoba meraih pistol yang terjatuh di depannya dan bersiap-siap menembak Ray yang sedang berjalan menuju teman-temannya. Saat itu hanya satu orang yang memergoki gerakan penjahat itu dan dengan sigap.
“Kak Ray awasss…” kara orang itu yang bergegas berlari menuju Ray dan mendorong Ray kea rah lain namun karena kecerobohannya, peluru yang sedang meluncur itu malah mengenainya.
DORRR…
“ACHAAAAA!!!!” teriak Alvin yang shock melihat peluru itu mengenai dada Acha.
“Uhuk.. Uhukk…” kata Acha seakan manahan kesakitan.
“ACHAA!!!” kata Deva yang gak kalah histerisnya.
“Acha…” kata Ray yang kaget melihat Acha tertembak karena menyelamatkannya.
“ACHA…” kata Alvin berlari menuju Acha dan mencoba menyelamatkannya.
“Kak Alvin…” kata Acha terpotong-potong karena menahan sakit.
“Cha… kamu gak papa kan..??? Cha kamu harus kuat.” Kata Acha yang menangis.
“Kak… jangan nangis kak… Acha gak mau lihat kakak nangis.” Kata Acha terpotong-potong.
“Dasar penjahat KEJAM….” Kata Via yang geram dan mendatangi penjahat itu.
“Dasar Jahat!!! Loe udah nembak Acha!!!.... Loe itu kejam banget!!!” kata Via sambil menangis yang memukul-mukul penjahat itu yang sedang berusaha bangkit.
“Loe jahat!!!” geram Via lagi yang malahan membuatnya tertangkap oleh penjahat itu.
“AUUWWW” kata Via kesakitan saat tangannya di remas oleh penjahat itu.
“Via???” teriak Oik yang kaget melihat Via tertangkap penjahat itu.
“Acha…” kata Alvin yang masih saja menangis dan menggendong Acha.
“Kita harus bawa Acha ke RS.” Kata Alvin.
“Tapi Vin…Via ketangkep penjahat itu.” Kata Iel.
“Via…” kata Alvin yang menengok ke arah Via.
“Udah kalian kabur aja sekarang. Gue gak papa kok. Kalian bawa Acha dulu aja ke RS” Teriak Via pada teman-temannya.
“Tapi Viii…” teriak Agni gak tega.
“Udah kalian bawa Acha dulu. Gue gak papa. Selametin gue setelah kalian selametin Acha.” Kata Via masih digenggam oleh penjahat-penjahat.
“Via bener… kita pentingin Acha… kita keluar dulu dari sini… kita harus selametin adik gue dulu.” Kata Alvin egois.
“Tapi Vinn…” kata Ify ragu.
“Udah! Gue bilang kita selametin adik gue dulu.!!!!!” Kata Alvin egois.
“UDAH KALIAN LARI AJA.” Teriak Via.
“Iya Vii…” kata mereka semua yang berlari keluar rumah tua itu.
“Kalau kalian mau temen kalian selamet kalian datang lagi kesini dan serahin diri kalian. TANPA POLISI!!! Kalau kalian bawa polisi. Teman kalian gak akan SELAMET.” Ancam penjahat itu pada mereka semua.
Mereka semua kecuali Via segera membawa Acha yang semakin melemas ke RS.
***
Saat ini Acha sedang berada di UGD, keadaannya sangat kritis.
Saat sore hari di RS itu Terlihat wajah lelah, kekecewaan, kesedihan, penyesalan, kemarahan, dan segala rasa yang selayaknya mereka semua rasakan. Oik, Ozy, dan Keke duduk di ruang tunggu depan UGD dengan wajah cemas, lelah dan kuatir dengan Via ataupun Acha. Ify terlihat shock dan hanya bisa menyenderkan kepalanya di pundak Iel dan Iel merangkul Ify untuk menenangkannya. Ray duduk di sebelah Keke dengan telungkup menyesali semua itu, rambut gondrongnya berjatuhan menutupi semua wajahnya. Shilla duduk bersebelahan dengan Rio, Nampak pada diri Shilla keadaan yang aneh seakan sedang meditasi. Deva Nampak sangat cemas dan kuatir dengan keadaan Acha. Cakka dan Agnipun sangat shock dan memikirkan keadaan Via yang sekarang berada di tangan penjahat. Alvin lebih-lebih dia sangat kuatir dan emosi akibat keadaan tadi dia hanya bisa menyenderkan badannya ke tembok dengan penuh penyesalan dan kekesalan.
“SHITTT!!!” teriak Alvin penuh emosi.
“Gue memang goblok….!!! Gak seharusnya gue ajak Acha!!!!” Sesal Alvin.
“Loe tenang aja lah Vinn… loe pikir kita gak kuatir apa sama Acha??? Kita juga kuatir Vinn.” Kata Cakka meneangkan Alvin.
“Kalian tahu apa tentang kekawatiran?! Hah????!!!! Gue ini kakaknya… gue lebih bisa ngersain kekawatiran itu!!! Kalian itu gak tahu apa-apa!!” Alvin malah membentak Cakka.
“Vin!!! Loe gak bisa semena-mena kayak gitu! Kita ini juga kuatir dan jangan loe pikir Cuma Acha yang dalam bahaya!! Via juga dalam bahaya!” sambung Agni yang gak terima sama sikap egois Alvin.
“Gue gak perduli yaaa…!!! Yang ada dalam pikiran gue Cuma Acha!!! ACHA!!!” kata Alvin makin menjadi.
“PLAK..!” Oik menampar pipi Alvin penuh emosi.
“Ik! Loe apa-apaan sih???!!!” kata Alvin makin emosi dan mulai mengepalkan tangannya untuk menonjok Oik.
“Loe thu egois Vin!! Sekarang Via itu dalam bahaya!!! Dan elo bilang gak perduli!!! Jahat banget sih loe!!!” kata Oik marah dan menangis.
“SHITTTT!!!” kata Alvin manjatuhkan kepalan tangannya.
“Vin!!! Loe thu gak bisa egois kayak gitu Vin…!!!! Kita semua di sini juga kuatir sama Acha… tapi kita juga harus mikirin keadaan Via!!! Loe gak bisa kayak gini.” Kata Iel yang terbawa emosi.
“Iya Vin!! Loe thu egois! EGOIS!!!” kata Ozy emosi. Alvin hanya bisa tertunduk emosi, tiba-tiba Alvin mendongakkan lagi kepalanya kali ini terlihat wajah Alvin yang penuh emosi membara dan terdengar Alvin mengucap kata.
“Ray…” kata Alvin penuh emosi dan melangkah mendekati Ray.
“BUOKKK!!!” Alvin menarik Ray dan menonjok Ray keras.
“Vin!! Loe apa-apaan sih???!!!” kata Ray yang kaget saat di hantam oleh Alvin.
“SEMUA INI KERENA LOE!!!! LOE YANG NYEBABIN ACHA KAYAK GINI!!!!!!!!!” kata Alvin emosi dan masih menarik kerah baju Ray.
“Vin!!! Gue tahu gue salah!!! Tapi gue minta maaf Vin… gue juga gak tahu kalau kejadiannya bakalan kayak gini.” Kata Ray yang mulutnya penuh darah akibat hantaman keras dari Alvin.
“BULSHIT loe!!!” kata Alvin menghantam pipi Ray lagi, Ray hanya bisa tertunduk pasrah.
“Vin… Cukup loe itu gak usah anarkis kayak gitu kenapa sih??!!! Loe thu sabar!” kata Agni nimbrung.
“Diem loe!!! Gue gak ada urusan sama loe!! Dasar cewek setengah cowok!!” bentak Alvin.
“SHIT loe!! Apa maksud loe bilang kayak gitu?! Anjir loe!!!” bentak Agni gak kalah emosinya.
“Udah Ag… gak usah di ladeni!” kata Cakka mencoba menenangkan Agni.
“Awas loe ya!” ancam Agni.
“Gue gak takut!” balas Alvin.
“BUKKK!!!” Alvin menhatam Ray lagi dengan keras.
“Auw…Vin gue minta maaf…” kata Ray lemas karena Menahan sakit akibat di hantam berulangkali dengan Alvin.
“DIEM LOE!!! Loe barhak dapetin ini!!!” BUK. Kata Alvin mengantam Ray lagi. Keke yang awalnya diem saja dan takut melihat kejadian itu mencoba bangun dan melindungi Ray dari hantaman Alvin yang bertubi-tubi.
“Rasain ini.” kata Alvin bersiap menghantam pipi Ray lagi.
“CUKUP KAK!!! CUKUP!!! Jangan sakitin kak Ray lagi Kak!! Kasihan kak Ray. Hikz.hikz.” kata Keke menghalangin hantaman Alvin dan berdiri tepat di depan badan ray yang lemas guna menghalangi hantaman Alvin ke Ray.
“Keke…” kata ray kaget melihat Keke sudah berada di depannya.
“KEKE!!!??? Loe apa-apaan sih! Loe gak usah ikut-ikutan!” kata Alvin menahan hantamannya karena kaget melihat Keke tiba-tiba berada di depan Ray.
“Hikz.hikz.hikz. Cukup kak… Keke mohon jangan sakitin Kak Ray lagi.” Pinta Keke sambil menangis.
“DIEM LOE anak kecil! Loe gak usah ikut-ikutan masalah ini.” bentak Alvin.
“Keke emang masih kecil tapi Keke mohon hentikan semua ini! CUKUP! Jangan sakitin Kak Ray lagi.” Pinta Keke lagi.
“Kenapa emangnya!!! Hah!!!! Loe suka sama Pecundang ini!!!” cibir Alvin.
“Ke…ke…keke…” kata Keke speechless dengan perkataan Alvin.
“Kenapa loe?!!! Gak bisa jawab !!! HAH!!! Minggir loe!!” bentak Alvin yang menorong Keke ke samping dan menbuat Keke terjatuh, melihat itu ray sontak kaget dan gak terima.
“VIN!!! Loe apa-apaan sih!!” bentak ray dengan sisa-sisa tenaganya itu sambil membantu Keke berdiri.
“OHH…. Bisa ngejawab juga loe Pecundang!!! Kenapa loe perduli banget sama dia?!!” cibir Alvin.
“Gu…gu…gu..gue…” kata Ray yang sama-sama speechless dengan pertanyaan Alvin.
“Gak bisa jawab loe!!!!! Loe thu gak adil Ray!!! Loe udah buat adik kesayangan gue itu dalam keadaan kritis!!!! Tapi sekarang loe belain Keke!! Harusnya loe itu sadar kalau elo itu salah!! Dan seharusnya yang ada di dalam keadaan kritis itu loe!!! Bukan Acha!! Ngerti loe!!” kata Alvin nyolot.
“Gue tahu gue salah! Tapi please Vin jangan libatin Keke. Gue gak mau terjadi apa-apa sama Keke.” Kata Ray yang mulai gak terima di gituin sama Alvin.
“Loe memang salah!!!” kata Alvin mendorong Ray, kali ini Ray terbawa emosi dengan segala kesakitannya akibat di hantam abis-abisan oleh Alvin Ray mencoba memberikan perlawanan.
“Biasa aja deh loe! Gue kan udah minta maaf!!! Gak usah nyolot kayak gitu.” Balas Ray.
“Masih bisa ngebales juga loe.” Bentak Alvin yang mendorong Ray lagi, suasana makin memanas, Alvin makin menyalahkan Ray, sedangkan Ray juga mulai gak terima di salahkan sepenuhnya. Terjadi dorong-dorongan antara Ray dan Alvin. Cakka, Rio, Iel, Deva dan Ozy mencoba melerai mereka berdua yang berusaha saling memukul. Deva dan Iel mencoba menahan Alvin sedangkan Rio dan Cakka mencoba menahan Ray. Ify yang sejak tadi diam memikirkan keadaan Acha dan Via mulai geram melihat situasi seperti ini sama halnya dengna Agni. Oik mencoba menenangkan adiknya yang masih menangis. Shilla masih saja diam dengan tingkah yang aneh. Alvin dan ray makin menjadi-jadi.
“CUKUPPPPPPPPPPP!!!!!! Teriak Ify yang geram dengan tingkah Ray dan Alvin.
PLAK!!! PLAK!!! (Ify menampar pipi Alvin dan Ray bergantian. Iel dan yang lainnya yang melihat itu Cuma bisa cengo aja sambil masih memegang Ray dan Alvin.
“Auw… sakit Fy!” protes Alvin.
“Aduhh Sakit Fy!” eluh Ray juga.
“DIEM!!!!” bentak Ify. Sejenak keadaan menjadi hening. Alvin yang sebelumnya penuh emosi sejenak Diam.
“Kalin berdua sadar gak sih. Apa yang kalian lakuin itu gak berguna apa-apa untuk Acha dan Via. Kalian pikir sekarang ini Acha dan Via lagi dalam bahaya.” Kata Ify.
“Makannya itu Fy! Gue harus bikin perhitungan sama ray yang udah nyebabin masalah ini!” sela Alvin.
“DIEM LOE VIN!!! Sekarang ini semuanya salah. Semua ini bukan murni kesalahan Ray.” Kata Ify penuh emosi.
“BUkan kesalahan Ray???!!! Loe gak salah ngomong apa?!!! Kalau aja Ray segera keluar dari rumah itu pasti Acha gak akan ketembak.” Protes Alvin penuh emosi.
“Gue tahu Vin! Tapi loe juga harus inget! Kalau aja loe gak pernah ngajak ke tempat itu ini gak akan terjadi!” kata Ify yang membuat Alvin tertunduk menyesal juga.
“Tapi tetep aja gue gak bisa maafin Ray!” kata Alvin anggkuh.
“Gue ngerti Vin! Tapi please jangan bersikap kayak gini. Sekarang loe juga harus pikirin keadaan Via yang masih dalam bahaya.” Kata Ify.
“Via…” kata Alvin yang sedih mengingat keadaan Via yang dalam bahaya.
“Loe baru sadar kan?!! Yang harus loe pikirin sekarang ini bukan Cuma Acha tapi Via juga. Orang yang udah ngerelain dirinya buat loe!” kata ify yang bener-bener buat Alvin tertunduk kecewa dan menyesal. Sejenak Alvin merasa menyesal dia mencoba melepaskan diri dari pegangan teman-temannya dan tertunduk menghadap ke tembok dan memukul-mukulkan tangannya yang dia kepalkan keras ke tembok.
“ARGHHH!!! Gue memang bodoh!!!” kata Alvin menyesali semua ini.
“Vin… lebih baik loe tenang aja dulu ya Vin.” Kata Ozy menenagkan Alvin.
“Via!!” kata Alvin memukulkan tangannya lagi ke tembok.
Keadaan menjadi hening. Shilla masih saja belum berbicara, walaupun badanya berada di situ tapi entah di mana jiwanya berada.
Tiba-tiba dokter datang, Alvin yang melihat itu sontak langsung menanyai perihal keadaan Acha.
“Dokter… bagaimana keadaan adik saya Acha???” tanya Alvin.
“Kamu tenang aja. Operasi pengeluaran peluru dari dada adik kamu berhasil. Sekarang kita tinggal menunggu adik kamu siuman. Mungkin sebentar lagi dia sudah siuman.” Jelas dokter itu.
“Syukurlah dok.” Kata Alvin sedikit lega.
“Kalau begitu saya kembali ke ruangan saya dulu. Oiya saya mohon jangan buat keributan lagi.” Pamit dokter itu yang ternyata menyedari keributan yang terjadi namun dokter itu hanya diam saja.
“Iya dok. Maafin kita semua.” Kata Alvin malu.
Dokter itu pun pergi menuju ruangannya. Keadaan kembali hening, tiba-tiba seorang Deva yang tidak arogan berubah sikap drastic. Dengan langkah yang pasti Deva mendatangi Ray yang masih bonyok karena di gebukin Alvin.
“Rayy…” kata Deva yang menatap Ray dengan tatapan kebencian.
“Dev… loe kenapa?” tanya Ray yang bingung dengan tatapan Deva padanya.
“Ray! Gue kecewa sama loe…! BUKKKK!!” kata Deva yang malahan menonjok muka ray yang udah bonyok.
“Deva!!” semuanya sontak kaget melihat Deva tiba-tiba menonjok Ray.
“Dev! Loe apa-apaan sih Dev?! Gue salah apa ke elo?!” protes Ray yang gak terima di perlakukan kayak gitu.
“Loe memang gak salah ke gue tapi loe udah salah ke Acha! Loe tahu beruntung Acha selamat! Gue sangat bersyukur! Tapi gue gak habis pikir buat apa Acha selametin loe! Gue kasihan sama Acha!” kata Deva.
“Kasihan? Maksud loe apa??? Gue bener-bener gak ngerti!” kata Ray makin bingung.
“Gue kasihan sama Acha. Begitu banyak kesakittan yang dia rasain. Dan sekarang loe nambah kesakitan itu Ray!!!” kata Deva dengan emosi bercampurr sedih.
“Tunggu Dev… apa maksud loe dengan menambah kesakitan?? Kesakitan apa yang udah di rasain sama Acha???!!!” samber Alvin yang ikut bingung dengan kata-kata Deva.
“…” Deva gak bisa menjawab pertanyaan Alvin karena Deva sudah berjanji pada Acha untuk merahasiakan semua ini.
“Jawab Dev?!! Kesakitan apa???!” kata Alvin mengoyangkan badan Deva yang diam saja.
“…” Deva masih saja belum bisa menjawab.
“Deva!!! Gue mohon jawab pertanyaan gue.” Paksa Alvin.
“ARGHHHH…” Deva geram karena gak sanggup mengungkapkan semua ini.
Tiba-tiba…
“VIA!!!” teriak Shilla yang akhirnya bicara juga dan seakan nyawanya sudah kembali.
“Shill… loe kenapa????” tanya Rio yang bingung.
“Via Yo… Via…” kata Shilla cemas.
“Via??? Via kenapa???” tanya Rio.
“Via dalam bahaya!! Kita harus selametin dia.” Kata Shilla seakan mengetahui semua keadaan Via.
“Dalam bahaya???!! Maksud loe????!!!” samber Alvin. Sejenak perkataan Deva barusan terlupakan.
“VIA… Via… dalam bahaya.” Kata Shilla kuatir banget dan seperti orang yang kesurupan.
“Loe tahu dari mana Shill…” tanya Rio.
“Iley… loe inget Iley kan…??? Tadi gue coba kontak sama dia dan dia bilang kalau Via dalam bahaya, kita harus segera selametin Via.” Kata Shilla.
“Iley??? Siapa dia???” sambung Ify yang juga bingung.
“Susah untuk jelasin itu Fy…” kata Rio, Shilla masih saja terlihat kebingungan.
“ARGHHH… VIA!!!” kata Shilla makin menjadi. Semuanya menjadi panic terlebih Rio dan Alvin. Alvin juga kuatir dengan keadaan Via. Saat keadaan menjadi tiba-tiba suster keluar dari ruang perawatan Acha.
“Maaf…” kata suster yang sejenak dapat mengalihkan perhatian semua.
“Suster?! Ada apa?! Ada yang terjadi pada Acha.?” Tanya Alvin.
“Owhh… tidak… saudari Acha baik-baik saja dan sekarang sudah siuman namun saudari Acha sejak tadi memanggil yang bernama Alvin. Siapa di sini yang bernama Alvin?” tanya suster itu balik.
“Saya sendiri sus.” Kata Alvin.
“Owhhh anda… kalau begitu anda silahkan masuk.” Kata Suster mempersilahkan Alvin masuk. Alvin pun masuk ke ruangan itu. Dia berjalan mendekati Acha yang terbaring lemas.
“Acha…” panggil Alvin lirih.
“Kak Alvin…” jawab Acha dengan nada lemas.
“Kamu gak papa kan sayang.” Kata Alvin membelai rambut Acha.
“Acha baik-baik aja kok kak.” Kata Acha tersenyum.
“Bagus lah kalau gitu sayang. Kamu yang banyak istirahat ya…” kata Alvin lembut.
“Iya kak…” kata Acha.
“Kamu jangan tinggalin kakak ya sayang…” kata Alvin membelai rambut Acha lagi.
“Iya kak… Acha bakalan selalu ada di samping kakak kok.” Kata Acha.
“Kak…” kata Acha lagi.
“Iya sayang….” Jawab Alvin dengan nada lembut dan sambil tersenyum manis.
“Kak Via mana???” tanya Acha yang membuat wajah Alvin berrubah menjadi sedih.
“Viaaa…” kata Alvin gak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
“Kak Via mana Kak…???” tanya Acha bingung dan mengulang pertanyaannya lagi.
“Viaa…” kata Alvin masih gak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba Oik masuk ke ruangan itu dan dengan panic mengabarkan sesuatu pada Alvin.
“Alvin…!!” kata Oik dengan panic.
“Oik??? Ngapain loe???” tanya Alvin bingung.
“Shilla!! Shilla Vin!” kata Oik panic.
“Shilla??? Shilla kenapa???” tanya Alvin makin bingung.
“Shilla makin menjadi… dia udah kayak orang kesurupan. Dia terus-terusan bilang kalau Via dalam bahaya. Kita harus selametin dia. Itu kata Shilla vin.” Jelas Oik dengan paniknya.
“Apa??!! Loe yakin???!!” kata Alvin kaget.
“Kak Alvin… apa yang terjadi sama kak Via???” tanya Acha.
“Cha… jujur Via ketangkep penjahat waktu dia marahin penjahat itu setelah nembak kamu Cha.” Jelas Alvin gak tega.
“APA KAK?????????!!!! Kakak serius?” tanya Acha kaget banget.
“Iyaaa Cha…” kata Alvin gak sampai hati.
“kalau gitu kakak harus selametin kak Via sekarang juga.” Kata Acha.
“Tapi Cha… nanti siapa yang bakalan nungguin kamu????” kata Alvin gak yakin dengan permintaan Acha.
“kak!! Pleaseee… jangan pikirin Acha dulu untuk saat ini. saat ini yang harus kakak pikirin adalah kak Via! Acha mohon selametin kak Via demi Acha.” pinta Acha.
“Tapi Cha… nanti siapa yang bakalan jaga kamu?!” kata Alvin.
“Biar gue aja Vin…” kata seorang yang tiba-tiba datang.
“ELO????!!!! Ngapain lo eke sini??!!! Masih punya nyali juga loe!!!!” kata Alvin ketus pada orang itu.
“Gue dateng ke sini karena gue itu sahabat loe Vin….” Kata orang itu.
“SAHABAT!!!! DENGER YA RAYNALD PRASETYA… sejak kejadian itu Loe bukan lagi SAHABAT GUE!!” kata Alvin dengan penekanan pada kata yang di caps lock pada orang yang ternyata adalah Ray.
“Tapii Vinn… kita itu masih the jomblo…” kata Ray.
“Dan satu hal lagi yang perlu loe inget ray! LOE BUKAN ANGGOTA THE JOMBLO LAGI!!!! NGERTI LOE!!!!” kata Alvin nyolot.
“What???? Apa loe bilang. The Jomblo itu kita berenam dan The Jomblo tanpa gue itu bukan The Jomblo.” Kata Ray gak terima di keluarin dari The Jomblo.
“Hah??!! Apa loe bilang?! Ada atau gak adanya loe gak berpengaruh sama The Jomblo. The Jomblo akan tetep ada walaupun gak ada loe! Ngerti loe!!!” kata Alvin.
“tapi Vin…” kata ray gak rela.
“Cukup Kak…!” kata Acha menengahi pembicaraan itu.
“Aku mohon Kak. Jangan bertingkah seperti ini. Acha gak suka.” Kata Acha.
“Tapi Chaa…” kata Alvin.
“Pleasee kak… ini semua bukan murni kesalahan Kak Ray… Acha Cuma mau selametin kak Ray aja.” Kata Acha.
“Tapi Cha…” kata Alvin.
“Udahlah Kak… Acha mau kok di temenin sama Kak Ray.” Kata Acha.
“APA???!!! Sama pecundang ini!!! Cha! Kakak gak mau kamu di celakain lagi sama Pecundang ini!” kata Alvin yang melirik Ray sinis pada saat mengucapkan kata Pecundang.
“Kak… jangan egois… Acha yakin kak Ray gak akan ngapa-ngapin Acha.” kata ACha mencoba menatap Kakaknya itu yang sedang emosi.
“Tapi Cha….” Kata Acha gak yakin.
“Pleasee kak…” mohon Acha.
(menghela nafas panjang) “Oke Cha…. Kalau kamu memang maunya gitu. Kakak akan turutin.” Kata Alvin pada Acha. “Dan untuk Loe! Kalau sampai terjadi apa-apa sama adik gue! Gue gak akan maafin loe SAMPAI KAPANPUN!!!” kata Alvin sambil menunjuk-nunjuk Ray.
“ARGHHHH!!!!!!!” terdengar suara teriakan Shilla yang makin menjadi.
“Vin… kita harus segera keluar dan selametin Via.” Kata Oik.
“udah kak… sekarang kakak selametin Kak Via aja. Biar Acha di sini sama Kak Ray.” Kata Acha.
“Iya Vin… loe selametin Via aja.” Kata Ray. Alvin hanya membalas dengan tatapan sinis.
“Iya Cha… kamu baik-baik yaa…” kata Alvin pada Acha.
Alvin, dan Oik pun keluar ruangan untuk menemui teman-temannya untuk segera menuju Rumah Tua itu lagi. Ray masih tinggal di dalam untuk menemani Acha.
“Apa yang terjadi?” tanya Alvin saat keluar dari ruangan diikuti Oik.
“Shilla Vinn… dia semakin menjadi.” Kata Cakka.
“Vin… Kita harus selametin Via.” Kata Shilla seaakan kesurupan gitu.
“Iya Shill! Kita pasti akan selametin Via… tapi loe tenang dulu. Mana mungkin kita bisa selametin Via kalau loe kayak gini karena loe yang tahu keadaan Via.” Kata Alvin.
“Oke Vin… gue akan tenang…” kata shilla mencoba menenangkan dirinya sendiri.
“Yaudah kalau gitu sekarang kita harus segera selametin Via.” Kata Alvin diikuti oleh anggukan teman-temannya yang lain.
“Loh Vin… terus Acha gimana???” tanya Deva.
“Acha sama Ray.” Kata Alvin dengan nada ketus pada kata Ray.
“Ray??” kata Deva gak percaya.
“Iya.” Kata Alvin dengan nada sebel.
“Kalau gitu gue ikut jagain Acha aja deh… lagian gue yakin loe pasti gak tenang kan kalau Acha Cuma sama ray.” Kata Deva.
“Hmmmm… bener juga loe… yaudah kalau gitu loe juga jagain Acha.
“Oke vin… gue pasti akan jagain Acha kok.” Kata Deva.
“Keke juga tinggal di sini aja… Keke takut balik ke rumah itu lagi. Keke juga mau jagain Acha. kan Acha temen Keke.” Kata Keke yang sedikit bohong karena sebenrnya Acha mau tetep tinggal di RS karena gak mau lihat Ray sama Acha.
“Iya Vinnn… biar Keke di sini aja. Gue kawatir sama Keke kalau dia ikut kita.” Kata Oik.
“Hmmm yaudah lahhh…. Kalau gitu Keke sama Deva tetep tinggal di sini.” Kata Alvin yang diikuti anggukan dati teman-temannya.
Pukul 19.00 Alvin dkk berangkat menuju Rumah Tua itu lagi untuk menyelamatkan Via. Sebelumnya mereka semua member kabar pada orang rumah kalau akan pulang malam. Ray, Keke, dan Deva masih tinggal di RS untuk menunggui Acha.
***
Ray masih menunggui Acha yang sedang terbaring sakit akibat operasi pengeluaran peluru dari badannya. Mereka hanya berdua dalam ruangan itu.
“Acha… gue minta maaf yaaa…” kata Ray pada Acha
“Iya kak… Acha gak papa kok. Kakak gak perlu minta maaf sama Acha. Acha iklas kok nolongin Kakak.” Kata Acha dengan nada lemas.
“Tapi Cha,,, aku bener-bener ngerasa gak enak sama kamu cha… karena aku kamu masuk RS.” Kata Ray dengan tampang menyesal.
“Udah kak… gak papa kok…” kata Acha tersenyum manis pada Acha.
“Tapi Cha… sungguhhh…. Gue bener-bener nyesel banget Cha… coba aja waktu itu loe gak usah selametin gue… loe pasti gak akan kayak gini.” Kata ray makin merasa menyesal.
“Kak Ray… kakak percaya dehhh… Acha sama sekali gak marah dan menyesal udah nyelametin kak Ray…” kata Acha memegang tangan Ray yang berada di sebelah kasurnya, Ray kaget melihat tangannya di pegang oleh Acha.
“Acha… loe emang cewek paling baik… makasih banget ya Cha.” Kata Ray memebrikan senyumannya pada Acha.
“Ekhem…” terdengar suara seseorang yang batuk dengan sengaja.
“Keke…” kata ray kaget saat menengok kea rah datangnya suara itu dan mendapati Keke dengan wajah yang cemburu, di belakang Keke terlihat juga sososk Deva yang gak kalah cemburunya.
“…” Keke hanya diam saja dengan wajah yang hampir meneteskan air mata. Segera Keke pergi karena gak sanggup melihat adegan itu.
“Keke… kamu mau kemana???” tanya Ray.
“Keke kecewa sama Kak Ray…” kata Keke langsung pergi.
“Keke tunggu…!!!” kata Ray yang sudah beranjak untuk mengejar Keke namun langkahnya terhenti kerena ia teringat oleh Acha yang harus dia tunggui.
“Kejar Keke kak.” Pinta Acha yang seakan tahu masalah ini.
“Tapi ke… nanti siapa yang jagain kamu.” Kata Ray.
“Kan ada Kak Deva…” kata Keke menunjuk kea rah Deva.
“Deva?? Kok loe ada di sini?” tanya Ray kaget, memang Ray belum menyadari keberadaan Deva.
“Kenapa??? Gak boleh??? Loe gak suka gue di sini??” kata Deva ketus dan berjalan menuju Acha dan Ray.
“Bu..bu..buu…kkaan gitu Dev… tapi bukannya loe ikut yang lain ya…” kata Ray.
“Bukan urusan loe juga kan!” kata Deva ketus.
“Udah gak usah berdebat lagi. Mendingan kak Ray sekarang kejar Keke.” kata Acha.
“Iya Cha…” kata Ray dan langsung berlari mengejar Keke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar